PENGAKUAN DARA

1.7K 111 4
                                    

Memikirkan kata-kata Dara 'semalam kelelahan' membuatku berfikir macam-macam. Entah kenapa aku jadi sesak bernafas, di otakku sudah terbayang apa saja yang Dara dan Zee lakukan semalam, apalagi mereka berdua adalah mantan kekasih dan juga Dara masih sangat berambisi pada Zee. Ini pasti karena Zee kecewa padaku, ini pasti karena aku yang telah dua kali menolak Zee. 

"Clara... " Panggilku begitu sampai di cafe. 

"Iya kenapa Lia ?"

"Tadi Dara masuk kuliah enggak ?" Tanyaku langsung tanpa basa basi. 

"Enggak."

" Kalau Zee?"

"Gak tau, kan gak sekelas."

Aku memeluk Clara dan menangis sejadinya. Kuceritakan apa yang barusan Dara katakan padaku.

"Gak mungkin !"

"Aku jujur Clara, buat apa aku bohong? Aku berniat untuk menghubungi Zee karena aku sudah memikirkan jawaban apa yang akan aku berikan pada Zee, tapi ternyata Dara yang angkat teleponku. Zee jahat sama aku Cla."

Clara memelukku kembali. Dia mengusap-usap punggungku menenangkan aku. Hatiku kalut. Aku benci Zee, aku  kecewa pada Zee, katanya menyukaiku tapi tidak bersamaku dua hari saja  dia sudah berpaling dengan Dara, bahkan mereka ..... Ash sudahlah membayangkan saja aku sudah sulit untuk bernafas. Kata-kata Dara masih terus terngiang jelas di telingaku, membuatku berfikir yang bukan-bukan tentang Zee dan Dara. Aku terlambat, dan aku kehilangan Zee, tapi aku tak menyesal, karena aku tau bagaiamana Zee sebenarnya padaku. Kink segala ucapam Dara memang benar. Bahwa Zee hanya menjadikan aku pelampiasan. Dan setelah berhasil mengaduk-aduk perasaanku dia meminggalkanku dengan cara yang sadis.

"Aku butuh waktu untuk memberikan jawaban pada Zee tentang bagaimana perasaanku padanya, bertanya padamu, pada bang Fay, dan pada Lando adikku. Tapi setelah aku menemukan jawabannya Zee malah tega sejahat ini sama aku. Bukan hal yang mudah untukku memberikan jawaban tentang perasaanku pada Zee, aku yang bukan siapa-siapa kehidupanku yang normal bertemu Zee lalu terbawa nyaman tapi aku harus  menghadapi lingkunganku semua butuh waktu."


"Iya Lia, aku ngerti. Aku paham dengan apa yang kamu rasakan. Tapi aku gak yakin dengan apa yang Dara bicarakan ."

"Tapi seperti itulah kenyataannya Cla, Dara yang menjawab teleponku. Dara yang bilang itu padaku. Apa aku salah jika aku berfikir yang buruk sama Zee ?" 

"Aku kenal Zee, dia tidak akan mungkin menyentuh apa yang bukan menjadi miliknya. Dan Dara sudah bukan lagi pacarnya. Aku tau bagaimana Zee nunggu jawaban dari kamu, gimana tiap hari dia nelpon aku cuma mau tau apa yang sedang kamu lakukan, bagaimana kabarmu, dan aku rasa sangat mustahil jika Zee seperti itu dengan Dara."

"Aku benci Zee Cla."

"Jangan begitu Lia, ayo coba kamu ikut aku dulu." Clara menarik tanganku dan mengajakku pergi. Dia bahkan sampai meliburkan cafenya hanya untuk permasalahanku. Clara terus meyakinkan aku dan dirinya sendiri bahwa memang apa yang diucapkan Dara itu sangat tidak benar. Clara mengajakku pergi ke rumah Zee. Benar saja ada mobil Dara terparkir di rumah Zee.

"Ayo turun!" Ajak Clara. 

"Gak mau Cla." Aku tetap bertahan di kursi dudukku. Aku tidak mau keluar bertemu dengan Zee.

"Turun aku bilang!" Clara emosi. Bahkan lebih emosi dari aku, tak pernah dia membentakku bahkan saat aku melakukan kesalahan dalam pekerjaan, tapi kali ini dia membentakku dan menarik paksa aku keluar dari mobil untuk membawaku masuk ke rumah Zee.

Clara menggedor-gedor pintu rumah Zee. Sungguh tak sabar sekali dia menunggu Zee membuka pintu. Aku melihat sekeliling rumah Zee, rumah yang selalu menjadi tempat  bersandarku selama beberapa bulan terakhir. 

"Hai Clara, Hai Li ..... " 

Plakkkk !!! Clara menampar Zee begitu Zee membuka pintu.  Wow aku melongo. Asli aku kaget dengan perlakuan Clara pada Zee. Aku bisa melihat sisi lain dari Clara. Dibalik kelembutannya dia bisa juga segahar ini. Perhatianku sudah tak tertuju lagi pada Zee melainkan Clara. 

"Cla ada apa ini ?" Tanya Zee bingung.

"Kalau emang lo masih ada hubungan sama Dara gak perlu lo bikin Lia bingung dengan perasaannya." Tunjuk Clara pada Zee.

"Cla ada apa ini ? Aku gak tau maksudmu!" Zee masih bingung. 

"Lia ada apa ? Kenapa Clara semarah ini sama aku ?" Tanya Zee padaku. 

"Jangan mendekat!" Clara menarikku kebelakang badannya dan menjauhkan aku dari Zee.

"Cla plese, ada apa ini ? Aku gak ngerti maksud kamu Cla."

"Kalau emang kamu masih sayang sama Dara harusnya gak perlu kamu bikin Lia bimbang sama perasaannya ke kamu. Trus juga selama ini kamu sering curhat ke aku perkara perasaanmu ke Lia tu apa Zee ? Kamu sekarang mau jadi playbutch ?" 

"Cla bentar, bisa gak ini diomongin baik-baik ? Aku bener-bener gak paham ini ada apa?"

"Tanya tu sama mantan lo yang saiko ! Gue benci sama lo Zee ! Gue kecewa sama lo. Tau gitu dari kemarin mending gue ngejauhin elo dari Lia !"


Clara kembali menarik tanganku dan menarikku pergi ke mobil. Diikuti dengan Zee yang masih kebingungan. Aku melihat Dara, dia memasang wajah santai seperti seolah tak pernah terjadi sesuatu. Bahkan dia tersenyum penuh kemenangan kepadaku. 

"Tunggu ! Clara berhenti!" Zee menarik tangan Clara .

"Lepas!" Clara melepas paksa tangan Zee.

"Cla kasih aku kesempatan dulu buat ngomong, setidaknya biar aku tau ini ada apa, kalau emang aku salah aku akan mundur dan pergi dari depan kamu dan Lia." Kata Zee. 

"Habis ngapain lo semalam sama Dara ? Gue gak nyangka ya Zee lo bisa berubah seburuk itu sekarang."

"Semalam apa sih ? Nglakuin apaan ? Coba kamu ngomong sama aku." Kata Zee. 

"Lia .... " Zee memanggilku lembut. 

Aku memalingkan wajahku tak ingin melihat Zee. Aku sungguh kecewa pada Zee. 

"Oke . Kita masuk. Biar aku jelasin. Ini mumpung Dara juga disini. Please Cla, kita udah lama temenan, jangan kaya gini. Lia.... " Zee berjalan ke arahku. 

"Gak usah deketin Lia !" Kata Clara lagi sambil mendorong Zee menjauh dari arahku. 

"Oke. Tapi kita masuk." Kata Zee. 

Aku, Clara dan Zee masuk kembali kerumah. Kali ini kulihat wajah Dara sedikit panik. Dia seperti orang bingung tapi tetep santai. Aku duduk disamping Clara, berhadapan langsung dengan Dara yang terus menatapku penuh dengan kebencian. Zee berada di kursi samping Clara menghadap kami bertiga.

"Ada yang bisa jelasin kenapa ini ?" Tanya Zee. 

Diam . Tak ada jawaban.

"Cla please jelasin sama aku."

"Bener semalam kalian bersama ?" Tanya Clara.

"Iya. Tapi.... " 

"Oke ... Kita udah tau jawabannya. Ayo Lia." Clara memutus kata-kata Zee dan menarikku dari tempat dudukku.

"Tunggu dulu, ini gak seperti yang kalian bayangkan. Dara bisa kamu jelasin ke mereka ? Terlebih ke Lia ?" Pinta Zee ke Dara. 

Dara diam untuk beberapa saat. Dia memilih untuk menyalakan rokoknya terlebih dahulu dan membiarkan kami menunggu penjelasan dari Dara. 

"Lia, aku dan Zee semalam bersama. Kita pergi ke karaokean sama temen-temen belok yang lain. Kemudian Zee ngajak aku pulang dan ya gitu deh kita tidur bareng, trus ..... " Kata Dara dengan yakin sambil tersenyum dan melihat ke arahku. 

Jangan tanya bagaimana perasaanku mendengar hal itu, membayangkannya pun aku tidak sanggup. Mataku melihat ke arah Zee, mata kami bertemu dia menggelengkan kepalanya padaku. 

"Dara ! Jangan ngarang cerita ya kamu !" Bentak Zee pada Dara.

"Zee, kamu gak inget kita semalam ngapain ? Kita menghabiskan waktu berdua lho. Udahlah Zee ngapain sih bohong terus sama perempuan kampung itu kalau kita sudah tidak ada apa-apa lagi ?" 

"Jaga mulut kamu Dara, aku gak pernah bohong sama Lia. Aku tidak ada pa-apa dengan kamu semalam! Kalau ngomong yang jujur Dar, jangan fitnah !" Zee berkata dengan nada tinggi.


"Cukup !" Aku membuka suara.

"Jadi yang selama ini dibilang Dara bener ya Zee ?" Tanyaku pada Zee dengan suara yang bergetar. 

"Kalau kamu cuma jadiin aku pelampiasan atas putusnya kamu sama Dara. Kalau kamu hanya memanfaatkan kepolosan aku. Kamu jahat Zee, kamu bahkan lebih jahat dari Ardan. Aku kecewa sama kamu Zee." 

Aku lari meninggalkan mereka bertiga. Air mataku tak dapat kubendung lagi. Ini bener-bener menyakitiku.

cinta yang sakit(gxg) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang