BAGIAN 4 : PENYERANGAN

186 15 2
                                    

"Lo udah mau pulang?" tanya Indira pada Jauzan yang sudah rapi setelah mandi. Sekarang sudah pukul 7 malam, Indira sedang di dapur dan masak untuk makan malam.

"Iya, gue ngambek sama lo, lo gak pernah bilang kalo lo punya temen sebanyak itu!" seru Jauzan kesal. Ia cemberut. Tadi, sewaktu di sekolah, ketika Indira kembali, para temannya itu langsung memperkenalkan diri dan bilang mereka teman dekat Indira di SMP. Kan, Jauzan jadi kesal.

Padahal dia sepupu dekat Indira tapi dia tidak tau apapun soal Indira apalagi semasa Indira di SMP nya, gadis itu tidak pernah cerita. Lebih banyak dirinya lah yang sering cerita kepada Indira.

"Temen gue emang banyak, bukan hanya mereka, tapi diluar sekolah SMP juga ada." Bangga Indira. Ia terkekeh pelan mendengar suara hentakan kaki Jauzan di belakangnya.

"Tapi ... di lihat-lihat lo emang pantas di temenin sih, apalah daya gue yang gak punya teman ini," gumam Jauzan sambil terkekeh miris.

"Kok bisa? Lo keren ah, mana mungkin gak—"

"Fitnah, Aurora yang ngefitnah gue, tuh sepupu kayak bukan sepupu, suka banget fitnah gue dan bikin gue gak punya teman." Jelas Jauzan langsung.

Pergerakan tangan Indira terhenti, ia menoleh. "Fitnah apa?"

"Gue ... lecehin dia, padahal gue eng—"

Prang!

Jauzan spontan memejamkan matanya ketika Indira membanting spatula yang ia pegang karena sedang menggoreng ayam.

"Ra—"

"KENAPA LO SELAMA INI GAK BILANG?!" Teriak Indira marah. Jauzan tersentak, ini yang sedikit Jauzan takutkan jika menceritakan masalah apa yang terjadi sewaktu ia SMP, karena Indira pasti akan marah besar. Indira tuh tipe orang yang paling gak bisa membiarkan orang terdekat dia dihina atau dicelakai orang lain. Dia akan benar-benar murka dan membalas orang itu lebih parah lagi.

"Ra, ini yang gue takutin, lo akan marah kayak gini!"

"Siapa sih yang gak marah orang yang lo sayang dihina sama orang lain?!" Tajam Indira. Napasnya tersengal.

"Maaf, tapi Ra ... masalahnya udah berlalu, gue juga gak peduli lagi soal itu, lagipula gue sama dia gak satu sekolah lagi, ja—"

"Itu buat lo, tapi buat gue dia harus mendapatkan balasan atas tindakannya, jadi gue akan membalasnya kalo lo gak mau."

"Ra! Gue gak mau makin banyak orang yang membenci gue! Gu—"

"JANGAN DI PERBUDAK OLEH ORANG LAIN JAUZAN! Kita ... hidup buat diri kita sendiri, kalo mereka gak suka dan benci sama kita yang gak punya kesalahan ke mereka, buat apa kita peduli? Buat apa lo peduli sama orang-orang seperti mereka? BUAT APA?!" Seru Indira geram.

"Untuk lo yang udah punya banyak temen gak akan bisa merasakan jadi gue, Ra. Dari kecil, ayah, mamah dan kakak gue benci sama gue. Karena apa? Karena gue gak punya bakat dan gak sepintar kakak gue. Orangtua lo udah gak ada, jadi gak akan mengerti perasaan gue. Lagipula ... orangtua lo sebelum pergi sayang banget, kan? Dan ... sekarang juga lo gak sendirian, ada Pak Azad, ada Pak Jaya dan beberapa teman lo yang selalu ada buat lo. Kalo gue? Gue sendirian, Ra. Gue gak punya siapapun selain lo! Gue ... cuman punya lo!" Kedua mata Jauzan berkaca-kaca. Jika dia berkedip, maka air matanya yang menumpuk di pelupuk matanya akan terjatuh.

Tes

Tanpa sadar, air mata Indira mengalir mendengar perkataan Jauzan. Ah, benar. Selama ini ... yang paling kesepian adalah Jauzan. Karena ia memiliki keluarga yang bahkan tidak menyukainya, sepupu yang lain juga sama. Bahkan ia ... tidak punya teman.

SHE IS A QUEEN (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang