BAGIAN 8 : JAUZAN TAU

118 12 4
                                    

Sejak kejadian di kantin kemarin. Indira menjadi terkenal di sekolah tersebut. Baru masuk belum juga seminggu sudah ribut dengan kakak kelas, apalagi kakak kelasnya terkenal populer karena cantik, gimana gak terkenal?

"Kata Jauzan, kamu jadi terkenal karena menendang senior kamu, itu benar?" Tanya Alan sambil menyetir. Indira yang duduk di sebelah Alan itu mengangguk.

"Iya, mungkin. Jauzan cerita?"

Alan mengangguk, "Dia suka cerita apa yang terjadi sekolah. Aku dan dia sudah dekat, seperti saudara." Jawab nya dengan nada datar. Indira mengerjapkan matanya, Alan tuh ... benar-benar kaku ya? Tapi, justru itu yang membuat nya menarik. Jarang-jarang ada cowok sekaku dia.

Indira bersidekap dada, sedikit kaget mendengar Alan dan Jauzan dekat. Padahal mereka baru mengobrol kemarin. Sedangkan sebelum-sebelumnya hanya bertemu, tapi tidak pernah mengobrol.

"Jauzan kenapa gak bareng?" Tanya Alan, memecahkan keheningan. Ia ingin terus bicara, apalagi ia ingin mendengar suara Indira yang begitu merdu.

"Dia udah tinggal di apartemen, jadi gak di rumah aku lagi." Jawab Indira sambil menatap ke jalanan yang ramai.

Hening kembali. Kali ini Alan tidak membuka mulutnya lagi. Ia bingung mencari topik apa lagi. Laki-laki itu juga jarang sekali mengobrol. Jadi, bingung mencari topik.

"Apa ... kamu nyaman dengan perjodohan ini?" Tanya Indira, menoleh ke Alan yang melirik gadis itu sekilas.

"Sedikit." Jawabnya pelan. GAK SEDIKIT! AKU NYAMAN BANGET SAMA KAMU INDIRA! Batin Alan heboh. Ia mencengkram erat setir mobilnya. Keringat dingin mulai muncul, bagaimana ini? Kenapa Indira tidak bicara lagi.

"Aku juga. Perjodohan ini ... tidak buruk juga." Indira memiringkan kepalanya dan menatap Alan dengan kehangatan. Ia tersenyum lebar.

Alan yang terpana itu langsung memelankan mobilnya, ia buru-buru fokus ke depan. Detak jantung nya berdegup tidak karuan. Apa-apaan ini? Hanya di beri senyuman seperti itu Alan langsung keringat dingin, rasanya detak jantung nya juga semakin berdegup kencang.

"Alan? Kamu baik-baik aja?" Indira yang ingin menyentuh Alan itu langsung di tepis oleh si empu. "Ah, maaf ... habisnya wajah kamu merah banget. Aku khawatir-"

"Aku gak pa-pa! Jadi, jangan sentuh aku ...." Lirih Alan di akhir kalimat. Ia menelan ludahnya kasar. Apa yang sudah ia lakukan? BODOH! KAU BODOH ALAN! HARUSNYA KAU MEMBIARKAN INDIRA MENYENTUHMU! SIALAN KAU ALAN!

Berbeda dengan Indira yang terlihat sedikit terkejut itu dengan cepat mengangguk dan mengalihkan pandangannya ke jalanan. Ia jadi teringat perkataan Ibu Alan yang mengatakan kalo Alan tidak suka di sentuh perempuan lain. Dasar bodoh! Masa kamu melupakan hal itu?

Mobil itu pun menjadi hening. Tetapi tidak dengan isi kepala mereka yang berisik dan saling mengatai diri mereka sendiri bodoh.

👑

"Indira sama siapa?" Tanya Ellie pada Derel yang berdiri di sebelahnya. Mereka berdua yang ingin masuk ke dalam sekolah itu menghentikan langkah mereka ketika melihat Indira yang keluar dari mobil yang kelihatan asing.

"Gak tau, orang yang nganter dia gak keluar. Kemungkinan bukan supir Indira, soalnya Indira buka pintu sendiri." Kata Derel. Ellie mengangguk setuju.

Ia tersenyum lebar, dan ingin berseru memanggil Indira. Namun, melihat Kaila yang tiba-tiba merangkul Indira itu mengurungkan niatnya. Perlahan senyumnya menghilang.

"Tumben gak sapa?" Tanya Derel. Ellie menggeleng pelan, ia kembali tersenyum ceria. "Indira kayaknya lagi ngomong serius sama Kaila, jadi lain kali aja aku sapa mereka. Kalo gitu ... ayo kita ke kelas!" Seru Ellie. Walaupun dadanya terasa sesak melihat Indira yang kelihatan senang bersama Kaila, tapi ia tidak mau melunturkan senyumnya. Ia akan selalu tersenyum walaupun perasaan nya sedang sakit.

SHE IS A QUEEN (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang