EPILOG

118 4 0
                                        

Tujuh bulan kemudian setelah kejadian di rumah Bimo

Indira memandangi langit yang mulai abu-abu. Tanda mau turun hujan.

“Anda ingin menemui tuan Alan lagi?” tanya Azad melihat Indira membawa bunga.

“Iya.” Mendengar jawaban singkat Indira dan melihat lingkaran hitam dibawah mata Indira itu membuat Azad merunduk sedih.

“Aku baik-baik saja, jangan memasang raut wajah seperti itu, Azad.” Indira menoleh, tersenyum tipis. Azad mengerjap, ia diam sebentar, kemudian mengangguk dan berjalan mengikuti nona nya ke arah mobil.

👑

“Gue udah duga lo di sini, Ra.” Jauzan berjalan mendekati Indira yang memandangi tubuh Alan yang masih terbaring di brankar rumah sakit. Sudah tujuh bulan Alan koma dan selama itu Indira selalu rutin ke ruang rawat Alan sambil membawa bunga kesukaan Alan.

“Lo udah makan?” tanya Jauzan. Sedikit sedih Indira jadi pendiam setelah kehilangan Alin dan Alan yang koma.

“Belum,” jawab Indira singkat. Jauzan tersenyum tipis. “Kalo gitu gue beli makanan dulu, ya.” Indira mengangguk. “Makasih, Zan.”

Jauzan hanya mengusap bahu Indira dan melangkah keluar. Kini, tersisa Indira dan Alan saja.

Lengang sejenak.

Indira perlahan tersenyum. “Kamu … kenapa belum bangun, Alan?” Gadis itu menunduk. “Aku kangen sama kamu,” lirihnya.

“Mau sampai kapan kamu tidur?” Tangannya terkepal. Lagi-lagi ia bicara sendiri, tidak ada sahutan dari Alan.

“Bimo udah gak ada, aku udah tau semua masa lalu keluarga aku dan Bimo dari Ava, Grandma juga udah minta maaf sama aku, Vernon dan Jauzan juga jadi akrab, Ellie dan Derel sekarang udah pacaran, Arlo lagi pdkt sama Kaila, Calvin udah baikan sama ayah nya, Indra udah gak terlalu galak lagi, mereka semua udah mulai bahagia. Terus kita kapan? Kita kapan bahagia, Alan?”

Indira mendongak, menatap Alan yang masih diam. Kedua mata indah Alan masih terpejam. Melihat itu, Indira langsung berbalik. Ia tidak bisa menahannya lagi. Ia harus ke kamar mandi untuk menyegarkan diri dan agar air matanya tidak keluar.

“Aku ke toilet dulu, ya.” Walaupun pasti tidak ada sahutan, Indira tetap pamit. Kakinya pun bergerak, ia melangkah. Namun, ketika ia memegang knop pintu, suara laki-laki yang begitu ia rindukan menghentikan gerakannya.

“Queen....”

Deg

Deg

Deg

Indira berbalik, kedua mata nya membesar kala melihat Alan yang menatap dirinya teduh. Wajah pucat Alan sedikit merona kala melihat gadis nya. “Queen….”

Tes

Disaat itu juga, Indira menumpahkan semuanya, ia berlari dengan air mata mengalir deras. Tubuhnya yang kurusan itu memeluk tubuh Alan. Begitu erat, begitu hangat dan begitu nyaman.

“Elang.”

“Iya, sayang.”

“Elang.”

Alan mempererat pelukannya. “Maaf sudah membuatmu menunggu lama, Queen.”









*

SHE IS A QUEEN END*

AKHIRNYA END JUGAAA😭
Maaf ya kalo kurang memuaskan endingnya, tapi endingnya emang begitu😔

Sisanya ada di extra chapter yaa!!!

Terima kasih yang udah vote, komen dan follow akun aku, semoga kalian suka sama cerita She Is A Queen yaaa🥰

Sampai ketemu di cerita aku selanjutnya!!

👋🏻👋🏻

SHE IS A QUEEN (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang