Indira yang sudah selesai diobati itu meringis melihat para temannya yang menatap dirinya tajam.
"Kenapa banyak banget yang di sembunyikan Indira, sih? Ellie suka cerita tentang diri Ellie, tapi kenapa Indira gak pernah?! Katanya kita teman!" Sungut Ellie. Ia cemberut membuat pipinya menggembung lucu.
"Maaf," Indira menunduk. Ia memainkan jemarinya, "Sebenarnya gue gak pernah mau ajak kalian ke rumah gue karena rumah gue gak aman, mau itu siang, sore atau malam, selalu ada penyusup yang datang, mereka mencoba membunuh gue dan berusaha menyakiti orang-orang yang gue sayang, maka nya gue gak pernah ajak kalian ke rumah gue, maaf ...." Indira dengan ragu-ragu menatap para temannya yang menatap dirinya sendu.
"Bodoh, lo ... bodoh Indira," lirih Indra. Laki-laki itu mengepalkan tangannya.
"Thanks udah mau cerita, Ra." Arlo tersenyum. Ia berjalan mendekat dan menepuk-nepuk bahu Indira, "Lo hebat bisa bertahan."
"Gue juga mau cerita, karena Indira udah berani untuk cerita, gue juga bakal cerita." Tiba-tiba Derel mengeluarkan suaranya. Ia mengepalkan tangannya, jika Indira tidak mau menyembunyikan apapun maka ia juga tidak mau.
"Orangtua gue ... cerai, mamah gue selingkuh." Derel mendongak, ia tersenyum sendu. "Gue gak masalah mereka cerai, karena memang dari awal papah dan mamah gue udah gak sejalan tapi ... waktu tadi pagi mamah gue pergi dari rumah, perasaan gue tiba-tiba kayak hampa, padahal sebelumnya gue biasa aja."
Ellie langsung menggenggam jemari Derel yang terkepal. Kedua remaja itu pun saling tatap. Ellie tersenyum hangat, ia mengeratkan genggamannya. Detak jantung Derel spontan berdegup tidak karuan.
"Thanks udah mau cerita, Rel." Kini Arlo gantian menepuk bahu Derel.
"Jadi, sekarang lo tinggal berdua sama bokap lo?" Tanya Indra.
"Hm."
Jauzan dan Alan yang ada di seberang mereka itu saling lirik, kemudian kembali menatap para temannya Indira.
"Kalo masalah gue yang tau cuman Indira, itu juga karena Indira gak sengaja melihatnya, jadi mau gak mau gue cerita ke dia," Arlo diam sejenak. Kali ini gantian dia yang bercerita. Ia menatap satu persatu teman-temannya.
"Ayah gue selingkuh dan mamah gue gila karena itu. Rumah gue yang dulu hangat udah menghilang, ayah gue selalu pulang dalam keadaan mabok dan mamah gue yang akan selalu berteriak histeris dan ... melampiaskan kemarahannya ke gue, karena gue anak tunggal, gue jadi bingung harus cerita ke siapa. Trus waktu gue hampir pingsan karena di pukulin sama mamah gue, Indira melihatnya. Dia mau belajar bareng sama gue dan untungnya karena kedatangan dia gue selamat, mamah gue langsung masuk kamar ... sejak saat itu yang selalu bantuin gue Indira, sebenarnya gue mau cerita ke kalian, tapi ... kalian juga punya masalah, gue ragu dan gak berani." Jelasnya panjang.
Hening. Mereka semua kecuali Indira menatap Arlo terkejut. Tidak menyangka di balik senyuman ramah Arlo, ada banyak luka yang tersembunyi.
"Ar, kalo lo lagi capek banget, lo bisa nginep di rumah gue," ujar Calvin. Setelah keheningan melingkupi mereka, akhirnya Calvin mengeluarkan suaranya. Seperti biasa, dengan nada datarnya.
"Iya, lo juga bisa nginep di apartemen gue, kebetulan gue tinggal sendirian." Kali ini yang bicara Indra. Ia tersenyum tipis dan menepuk-nepuk bahu Arlo.
"Kak Calvin sama Kak Indra gak mau cerita juga?" Tanya Ellie. Ia menoleh ke sana kemari, memandangi dua laki-laki yang berbeda satu tahun dengannya.
"Mungkin ... gue ceritanya nanti." Jawab Indra. Di angguki setuju oleh Calvin.
"Makasih kalian udah mau cerita," Indira tersenyum hangat. Ia bersidekap dada dan bertanya, "Kalian mau makan malam di sini?"
"Mau!" Seru Ellie semangat.
KAMU SEDANG MEMBACA
SHE IS A QUEEN (END)
JugendliteraturGenre : Transmigrasi, Regresi, Perjodohan, Romance, Action, Angst dan Persahabatan. Ini cerita tentang gadis yang masuk ke dalam dunia novel dan waktu terus berulang ketika ia meninggal, setiap waktu terulang, ia akan lupa ingatan dan jika mengingat...