"Baiklah anak-anak, jangan lupa ganti seragam! Ellie dan Jauzan tolong taruh bola-bola ini ke gudang olahraga, mengerti?"
"Mengerti, Pak!"
"Tidak mengerti!" Spontan mereka semua menoleh ke Indira yang menjawab berbeda dari yang lain.
"Maksud kamu, Indira?"
"Kenapa harus Ellie? Dia perempuan, kalo bisa aku aja atau laki-laki lain yang lebih kuat," jawab Indira datar. Tidak peduli kalo guru olahraga kelihatan tidak menyukainya.
"Ellie hari ini piket, bukan? Jadi-"
"Derel juga piket hari ini, jadi bisa Derel aja kan, Pak?"
"Baiklah, seterah kalian saja, yang terpenting rapihkan bola-bola nya." Guru olahraga pun melangkah menjauh dari lapangan dengan raut wajah tertekuk.
Indira tersenyum puas, ia bertosan pada Derel yang tersenyum juga. "Gue ke gudang dulu ya," pamitnya. Indira mengangguk.
"Oke, masalah selesai!" Kaila tersenyum puas. Ia berkacak pinggang. Sedangkan Ellie hanya terkekeh pelan.
"Belom, gue ada urusan, kalian ke kelas duluan aja." Indira berbalik dan melambaikan tangannya.
"Eh?" Kaila dan Ellie melongo, kadang Indira tuh benar-benar sulit untuk ditebak. Aneh.
Si empu yang bikin keheranan itu melangkah dengan tegapnya ke arah ruang guru. Tangannya terkepal, tadi ia melihat Cleo yang langsung pergi menjauh ketika guru olahraga itu pergi. Jadi, kemungkinan besar Cleo menyuruh guru olahraga itu untuk memberi perintah ke Ellie dan Jauzan ke gudang. Dengan begitu, tidak ada yang mencurigai gadis itu.
"Cukup pintar, kenapa di novel itu ... aku tidak menyadarinya?" Heran Indira.
"Pak~" Terdengar rengekan seorang gadis yang berasal dari gudang yang kosong. Tepat di dekat taman belakang dan di dekat tangga yang ingin Indira naiki.
Langkah Indira terhenti, ia membelokkan tubuhnya ke arah gudang yang sudah tidak terpakai itu. Dengan langkah tanpa suara itu, ia menajamkan pendengarannya.
"Cleo sayang, saya gak bisa membantah Indira, dia ... aahh ... kamu sangat nakal Cleo."
Indira mengambil ponselnya dan berjinjit, lalu ia merekam semua kegiatan yang dilakukan Cleo dan guru olahraga itu.
Kegiatan yang tidak senonoh dan menjijikkan. Indira yang merekamnya itu mati-matian menahan dirinya untuk tidak muntah.
"Wah ... gila ...." bisik seorang gadis sambil ikut melihat apa yang terjadi di dalam gudang itu melalui jendela yang ada di sebelah Indira.
"Oh, hai!" sapa gadis itu sambil tersenyum manis.
Indira hanya meliriknya datar dan mematikan rekamannya, setelah memastikan kesimpan di galeri, gadis itu pun berbalik dan memilih menyenderkan tubuhnya di dinding, sebelah jendela.
"Kenapa lo di sini?" tanya Indira datar.
"Gue ngikutin lo, soalnya ... gue tertarik sama lo," jawab si gadis yang pakaian nya terlihat kusam dan urakan.
Dia berjongkok lalu mengeluarkan rokok dalam sakunya, "Lo benar-benar orang kaya, ya." Ia menatap Indira, menilai.
"Jangan ngerokok di sini, nanti ketahuan."
Si gadis urakan itu mengurungkan niatnya, ia terkekeh pelan ketika mendengar desahan yang cukup kencang dari dalam gudang itu.
"Sepertinya mereka sebentar lagi sampai klimaks," ucapnya dengan senyuman menghiasi wajah manisnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SHE IS A QUEEN (END)
Roman pour AdolescentsGenre : Transmigrasi, Regresi, Perjodohan, Romance, Action, Angst dan Persahabatan. Ini cerita tentang gadis yang masuk ke dalam dunia novel dan waktu terus berulang ketika ia meninggal, setiap waktu terulang, ia akan lupa ingatan dan jika mengingat...