BAGIAN 37 : PENGORBANAN

58 5 2
                                    

Sebelum kecelakaan Indira

"Halo, Nona Indira!"

"Ada apa, Pak Alva?"

"Beberapa perusahaan besar yang berada dipihak Bimo mulai goyah, sekarang anda bisa menambahkan bensin agar mereka semakin terbakar dan berada dipihak anda." Senyum Indira terbit.

"Terima kasih, Pak Alva. Saya sudah menyiapkannya, sekarang tinggal mengirim bensinnya saja."

"Anda memang hebat, Nona."

Indira menunduk, kepalanya spontan menggeleng. "Tidak, jika tidak ada kalian, aku tidak bisa berbuat sejauh ini. Sekali lagi, terima kasih Pak Alva."

"Sama-sama, Nona. Hm ... apa saya boleh bertanya?"

"Silahkan."

"Apa keluarga tunangan Nona yang membantu?"

Lengang sejenak. Indira mengangguk. "Benar, mereka menepati janjinya dan membantu aku. Mereka juga yang menangkap paman nya Bimo."

"Ah, jadi mereka?"

"Iya."

Benar, keluarga Alan lah yang sangat membantu menghancurkan perusahaan Bimo. Ibu dan Ayah Alan menepati janji, mereka berdua menangkap paman Bimo, pria yang mencoba memperkosa Ibu nya.

Jadi, hanya tersisa Bimo yang masih bebas.

👑

Masa sekarang

"Sudah cukup ba—"

Dor!

Perkataan Bimo terpotong kala Indira langsung menembak. Sialnya, Bimo dengan gesit menghindar. Benar-benar seorang pria yang kuat. Sebenarnya Indira tidak yakin bisa menang dari Bimo, tetapi ia mau mencobanya. Ia ... tidak bisa diam saja dan berlindung di balik punggung Alan.

Kali ini, bukan Bimo yang membunuh Indira, tetapi Indira lah yang akan membunuh Bimo.

Bimo mengeluarkan senjatanya, ia menembak satu kali dan Indira berhasil menghindar. Kini, mereka diam sejenak dengan napas sedikit tersengal.

Indira membuang pistolnya lalu mengambil pisau lipat di saku celananya dan kembali memasang kuda-kuda. Melihat itu, Bimo juga mengganti senjatanya. Ia menggunakan pisau juga.

"Kamu tidak boleh mencintai orang lain, Indiraku."

Indira tersenyum. "Kamu tidak ada hak untuk melarangku, Bimo." Sambil berkata seperti itu, Indira bergerak maju. Melayangkan tendangannya. Tetapi, lagi-lagi Bimo menghindar dengan tenang walaupun tadi sempat sedikit terkejut.

"Jangan berkata seperti itu, sayang." Kali ini Bimo memegang pergelangan tangan Indira yang mencoba memukulnya. Dengan cepat Bimo menariknya hingga tubuh mereka berdua sangat dekat.

"Jika kamu tidak mencintaiku, maka kamu tidak boleh mencintai laki-laki lain, agar adil, sayang." Bimo mendekatkan wajahnya. Indira mendengus. "Omong kosong!" Kaki Indira bergerak, menendang Bimo hingga genggaman nya terlepas.

"Kamu keras kepala, Indira."

"Berkacalah!" sinis Indira dan kembali melayangkan pukulannya, kali ini gerakan tipuan dan Bimo terkecoh. Tubuh laki-laki itu mundur dua langkah karena perutnya terkena tendangan Indira.

SHE IS A QUEEN (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang