PROLOG

857 32 3
                                    

Dengan napas tersengal, gadis yang memakai piyama itu sesekali menoleh ke belakang. Melihat segerombolan pria yang mengejarnya.

Seandainya kondisinya sehat dan baik-baik saja, ia akan melawan mereka. Tetapi, sayangnya kondisi kesehatan nya tidak baik. Kanker dalam tubuhnya menggerogoti organ tubuhnya yang membuat kesehatan nya memburuk dan kesulitan untuk menghajar orang.

Sekarang saja lari gadis itu tidak secepat dulu. Pelan, sangat pelan. Sungguh, sekarang ia sudah tidak sanggup berlari lagi. Kakinya sudah sangat kesulitan untuk bergerak.

"LEBIH CEPAT! DIA SUDAH TIDAK SANGGUP BERLARI!" teriak salah satu pria yang mengejarnya.

Gadis itu berhenti, ia berbalik dan menatap para pria itu dengan napas yang terus terengah-engah. Sesak. Dadanya terasa sakit.

Sekarang, dia sudah menyerah. Gadis itu sudah tidak sanggup untuk bergerak lagi. Ini ... adalah akhir hidupnya.

👑

Kedua mata indah itu terbuka, napas nya berhembus tidak karuan. Dengan peluh keringat, ia mulai duduk.

"Mimpi apa itu?" gumamnya heran. Semuanya seakan nyata. Rasa sakit itu, seakan-akan ia benar-benar mengalaminya.

"Itu benar."

Deg.

Spontan gadis itu mendongak dan melihat seorang perempuan yang sedang berdiri gagah di depan ranjangnya. Menatap dirinya datar. Perempuan itu memakai jubah hitam. 

Siapa dia?

"Yang kamu mimpikan, itu semua nyata, Indira Fairuza. Kamu ... memang mengalaminya." Perempuan itu duduk di tepi ranjang.

"Apa?! Aku ... tidak pernah sakit, aku tidak pernah selemah itu setelah aku remaja." Heran Indira Fairuza.

"Benar, di dunia ini, di kehidupan ini kamu memang tidak pernah sakit parah seperti itu, tapi di dunia lain, kamu pernah mengalaminya. Ketika kamu hampir meninggal, Tuanku menyelamatkanmu dan memindahkan jiwamu ke dunia ini." Indira menyernyit heran. Tidak mengerti.

"Indira Fairuza, orang-orang terdekatmu sudah berkali-kali memundurkan waktu di saat kamu masih hidup. Mereka semua berharap kamu selamat dan happy ending. Bahkan kekasihmu itu sudah tiga kali lebih berusaha menyelamatkanmu, tapi dia selalu gagal. Takdirmu selalu berujung kematian, Indira. Seberusaha apapun mereka, kamu akan tetap ditakdirkan untuk mati."

Hening.

Indira mencengkram seprai ranjangnya. Apa yang perempuan itu bicarakan?

"Bahkan Tuanku kesulitan mengubah takdirmu," ucap si perempuan misterius dengan datar. Benar-benar dari tadi ia bicara tanpa ekspresi dan nada nya selalu datar.

"Apa maksudmu? Siapa kamu? Aku ... sama sekali tidak mengerti."

Perempuan itu berdiri, "Kamu akan paham jika melihatnya secara langsung. Lalu, cernalah semua yang kukatakan tadi."

Tangan perempuan itu pun terangkat dan menjetikkan jarinya. Dalam sekejap, semuanya langsung gelap.

👑👑👑

Gimana?

Aku ubah prolog nya supaya nanti nyambung sama klimaksnya.

Ah, iya. Aku bakal up cerita ini dua hari sekali ya!

Dan jangan lupa vote, komen dan share cerita ini❤️





SHE IS A QUEEN (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang