BAGIAN 14 : CALVIN

93 12 4
                                    

Calvin Dharmendra, seorang laki-laki yang sudah pendiam sejak kecil. Ia hanya bicara seperlunya aja. Walaupun kelihatan pendiam dan cuek, namun dia sangat menyukai binatang, terutama kucing.

Senyumnya akan selalu terbit jika melihat kucing atau binatang lainnya. Namun, sekarang ia menerbitkan senyumnya bukan hanya ketika melihat kucing atau binatang yang ia suka, tetapi ia akan tersenyum tipis ketika melihat Indira.

Sejak melihat Indira yang dengan berani melawan kakak kelas bernama Angel itu, Calvin mulai tertarik. Ia selalu diam-diam memerhatikan Indira dan mungkin perasaan nya semakin membesar ketika ia mengetahui banyak hal tentang Indira.

Walaupun mereka berteman dari SMP, tapi Calvin hanya sayang sebagai teman saja, tidak lebih dan tidak penasaran juga tentang kehidupan Indira. Namun, perlahan-lahan sudut pandang nya berubah. Wajah Indira yang awalnya biasa aja kini terlihat sangat cantik dan mengagumkan, rasanya Calvin ingin terus melihat gadis itu.

"Mau kemana kamu?!" Papah nya yang sedang membaca majalah di ruang tengah itu menatap putra sulungnya tajam.

"Rumah temen," jawab Calvin singkat dan berlalu keluar dari rumah tanpa mengucapkan salam.

Ia naik motor dan tersenyum tipis membayangkan akan melihat wajah Indira. Gadis yang mungkin ... sudah ia sukai.

Sampai di rumah Indira bersamaan dengan Derel itu sedikit mengobrol sebentar sambil masuk ke dalam rumah Indira.

"Enak, gak?" Tanya Derel.

"Enak, beli di mana?"

"Deket rumah gue ada," jawab Calvin datar. Ia melirik sudut bibir Indira yang ada noda cokelat. Laki-laki itu pun berdiri.

"Nanti kapan-kapan be—"

Indira langsung menghentikan ucapannya ketika Calvin bertekuk lutut di depannya dan mengusap sudut bibirnya.

"Apa lo jatuh cinta dengan Alan?" Tanya Calvin datar. Walaupun wajah nya datar, tapi detak jantung nya berdegup tidak karuan.

Indira mengerjapkan matanya dan menggeleng, "Gak. Tapi, gue sedikit nyaman."

"Hm ...." Calvin kembali berdiri, ia tersenyum tipis. "Lo lebih imut dari kucing." Katanya membuat Derel dan Indira melongo.

Sangat imut. Kenapa gue baru menyadarinya? Heran Calvin.

"Vin, lo sehat?" Calvin hanya memutar bola matanya malas dan kembali duduk di sebelah Derel, tempat semula ia duduk.

"Gila, kaget gue ...." gumam Derel tidak habis pikir. Lalu, laki-laki itu berdiri ketika ponselnya bergetar. Ia berjalan menjauh dari dua remaja yang saling pandang itu.

"Vin, lo ... gak tertarik sama gue, kan?" Tanya Indira tanpa peduli jika di katakan kegeeran. Jangan lupakan kalo Indira tuh gadis yang peka.

Tangan Calvin terkepal, dengan telinga yang memerah itu, ia menjawab, "Tertarik, gue tertarik sama lo, Ra."

"Lo ...." Indira menghembuskan napasnya. Ia mengusap keningnya yang terasa pusing. Tidak habis pikir dengan jawaban Calvin yang secara terang-terangan itu.

"Gak usah terlalu di pikirkan, gue gak masalah lo gak jadi milik gue, yang penting ... gue bisa lihat lo setiap hari dengan keadaan baik-baik aja." Calvin tersenyum tipis. Ia bersidekap dada menatap Indira datar.

"Kita masih sahabatan, kan?"

"Iya." Jawab Calvin pendek. Ia memiringkan kepalanya, "Tapi ... kalo misalnya lo belom jatuh cinta sama Alan, gue bakal bikin lo jatuh cinta sama gue, seenggaknya masih ada harapan," katanya.

SHE IS A QUEEN (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang