“Indira, sebisa mungkin jangan keluar rumah sendirian, harus ada seseorang yang menemanimu, karena aku tidak selalu ada di samping kamu, jadi jangan sendirian. Kamu mengerti?”
“Iya.”
Indira yang hendak keluar untuk belanja bulanan itu menoleh pada Jauzan yang sedang bicara serius dengan Azad di ruang tengah.
"Hm ...." Indira memiringkan kepalanya, ingin meminta tolong pada Jauzan untuk menemaninya tapi ia baru saja menyuruh Jauzan untuk ke pabrik miliknya bersama Azad nanti setengah jam lagi.
Apa menelpon Alan saja? Indira menggeleng, Alan baru saja pulang tadi pagi karena ada pekerjaan nya, jangan sampai ia merepotkan Alan terus. Meskipun sekarang weekend, semua temannya sibuk.
Maaf Ava, kali ini aku tidak bisa menuruti diri—
"Lo kenapa?"
"HUAAA!" Indira berteriak kaget kala tiba-tiba ada yang berbisik padanya. Calvin yang tadi berbisik menaikkan alisnya. "Kenapa kaget banget?"
"Kenapa?" Kali ini Jauzan yang bertanya, ia sampai berdiri sanking kagetnya dengan suara teriakan Indira.
"Nona, anda baik-baik saja?" tanya Azad cemas.
Indira meringis. "Tidak pa-pa, aku hanya terlalu kaget, kalian lanjutkan saja." Setelah itu, kedua laki-laki itu pun kembali duduk dan melanjutkan pembicaraan mereka.
Calvin bersidekap dada, "Lo belum jawab pertanyaan gue, Ra."
"Ya," jawab Indira singkat. Ia berjalan duluan. "Lo sibuk?"
"Nggak, kenapa?" Calvin berjalan mengikuti.
"Ikut gue belanja, mau?"
"Dengan senang hati." Calvin tersenyum tipis.
👑
"Jadi, lo gak boleh keluar sendirian?" Indira mengangguk sambil memutar stir mobilnya, masuk ke dalam parkiran supermarket yang cukup besar di kota nya.
"Kalo gitu lo bisa minta tolong sama kita, Ra. Jangan ragu, dari pada lo dalam bahaya." Indira tersenyum. "Sejak kapan lo jadi banyak bicara, Calvin?"
Calvin melirik. "Entahlah, gue hanya gak mau kekurangan komunikasi sama lo."
Indira mematikan mobilnya dan menoleh pada Calvin. "Thanks," ucapnya dengan senyum yang lebih hangat.
Calvin mengangguk. "Mungkin, di kehidupan sebelumnya itu yang gue sesali, Ra."
Indira membuka pintu mobil, ia melirik sekilas. "Mungkin juga...." Gadis itu memegang erat pegangan pintu mobilnya. Ingatan disaat ia tiba-tiba membunuh Calvin itu muncul. Dada nya kembali terasa sakit jika mengingatnya. Bagaimana bisa ia membunuh sahabatnya sendiri?
"Kenapa?" tanya Calvin sambil keluar dari mobil. Ia berjalan memutar dan mendekati Indira yang masih terpaku duduk dengan tangan yang sudah membuka pintu.
"Calvin, di kehidupan sebelum nya gue bunuh lo, dan itu nyata." Indira mendongak, menatap Calvin dengan tatapan sendu.
Sedangkan laki-laki itu bersidekap dada dan bersikap biasa saja. "Lalu?"
"Lalu ... gu—hah?" Indira mengerjap. "Gu-gue bunuh lo di kehidupan sebelumnya ...."
"Iya, lalu?" Indira kehabisan kata-kata. Mulutnya sedikit terbuka. Calvin tersenyum, ia membungkuk dan menarik Indira agar keluar dari mobil. Gadis itu tampak pasrah.
KAMU SEDANG MEMBACA
SHE IS A QUEEN (END)
Teen FictionGenre : Transmigrasi, Regresi, Perjodohan, Romance, Action, Angst dan Persahabatan. Ini cerita tentang gadis yang masuk ke dalam dunia novel dan waktu terus berulang ketika ia meninggal, setiap waktu terulang, ia akan lupa ingatan dan jika mengingat...