BAGIAN 21 : SOSOK MISTERIUS

91 8 2
                                    

"Jadi lo di sini mau minta tolong ke gue buat bantuin temen-temen lo culik si kakak tiri nya Ellie?"

"Hm."

"LO GILA YA?!" Gadis yang penampilannya berantakan itu melotot.

"Alin, cuman lo yang jago menyelinap, jadi ya cuman lo yang bisa diandalkan buat culik si cowok itu," ucap Indira sambil menatap datar gadis berantakan itu yang rupanya adalah Alin.

"Gak mau! Gue emang kagum sama lo, gue juga mau terima kerja sama lo, tapi gak gini juga!" Alin melotot dan menggeleng tidak setuju.

"Hanya tiga jam kita menculik dia, gak perlu lama-lama, gue cuman mau beri gertakan agar dia keluar dari rumah itu. Jadi, jangan khawatir akan ketahuan."

"Hah? Tiga jam doang?" Alin pun kembali duduk di sofa ruang tamu Indira. Kembali tenang.

"Iya, kita mulai besok."

"GUE BELOM BILANG MAU YA!"

"Sepuluh juta, itu bayarannya. Lo ... mau menolaknya?" Alin spontan menelan ludahnya kasar ketika mendengar nominalnya.

"Lo lagi butuh, kan?" Si gadis urakan langsung memalingkan wajahnya. Tangannya terkepal.

"Karena lo gak mau ngutang sama gue, jadi gue kasih lo kerjaan yang cukup gampang, kalo misalnya berhasil dan berjalan lancar, gue tambahin sepuluh juta lagi. Jadi, dua puluh juta. Kalo masih kurang bilang aja, gue akan tambah." Alin menunduk. Gadis itu jadi teringat kejadian kemarin sore, disaat Indira datang ke rumahnya dan melihat ibunya yang dipukulin oleh ayahnya karena ibunya ingin keluar dari pekerjaannya.

"Tapi ... kalo misalnya ketahuan, keluarga gue jadi makin kacau, Ra!"

"Gue juga bakal bantuin, tenang aja. Kalo misalnya ketahuan itu tanggung jawab gue, gue yang bakal tanggung, gak usah khawatir."

Alin mengepalkan tangannya, ia mendongak, menatap Indira, terdiam sejenak hingga perlahan ia menggerakkan kepalanya naik turun.

"Jika berhasil juga, gue bakal bantuin ibu lo buat memenjarakan majikan ibu lo itu." Bola mata Alin spontan membesar, terkejut.

"ITU GAK MUNGKIN RA! DIA ... dia ... sangat kaya, ibu gue kalah Ra, ibu gue langsung kalah sebelum memulainya."

"Jangan lupakan kalo sekarang lo berteman dengan orang kaya juga, Alin." Indira tersenyum. Alin terpana.

"Jadi, gimana? Deal?" Tangan Indira terulur, gadis itu tidak melunturkan senyumnya.

Alin menarik napasnya dan perlahan menghembuskan nya. Lalu, ia mengangkat tangannya dan berjabatan dengan Indira.

"Deal."

👑

"Kondisi Kaila mulai membaik, terima kasih Indira. Ini semua berkat kamu," ucap Mamah Kaila. Berterima kasih pada gadis yang duduk di hadapannya.

Indira tersenyum sendu, "Aku tidak melakukan apapun, Kaila bisa membaik karena dia mau maju dan berusaha untuk sembuh."

"Benar, tapi Indira. Rata-rata orang yang terluka mentalnya, mereka akan bangkit hanya dengan kata-kata yang sederhana, seperti disemangati, lalu ditemani setiap hari dan selalu dipuji, itu yang membuat mereka bangkit, sekecil apapun itu, itu sangat berpengaruh untuk mereka yang terluka." Mamah Kaila mengulurkan tangannya, mengusap lembut jemari Indira yang ada di atas meja makan.

Kedua matanya berkaca-kaca, "Seandainya kamu tidak datang waktu itu, seandainya kamu tidak menemani Kaila setiap hari ke psikiater, mungkin kondisi Kaila tidak akan membaik."

SHE IS A QUEEN (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang