"CEPAT LARI!" teriak Indira sambil menarik Jauzan untuk berdiri dan berlari. Jauzan yang baru mengumpulkan nyawanya itu hanya pasrah.
"NONA! INI BOM WAKTU! DAN—"
DUAR!!!
Ledakan yang cukup besar menghancurkan kamar Jauzan. Untung nya, Indira sudah berhasil keluar bersama dengan Jauzan. Walaupun tubuh mereka sedikit terkena dampak ledakan. Tapi, tidak parah.
Napas Jauzan tersengal, ia menoleh ke belakang, menatap kamar yang dikhususkan untuknya dari Indira sudah hancur dan berasap.
"Arsen! Jaga Jauzan! Aku akan periksa belakang rumah ini, kemungkinan besar penyusup satunya di daerah situ setelah menaruh bom," ujar Indira yang langsung berdiri. Arsen mengangguk patuh, walaupun ia khawatir. Tapi, ia harus tetap mengikuti perintah.
"Kalian, ikuti Nona!"
"Baik!" Tiga penjaga dengan sigap berlari mengikuti Nona mereka. Sedangkan yang lain membantu Jauzan bangun.
"Apa aja yang sakit?" Tanya Arsen pada Jauzan.
"Sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa tiba-tiba ada bom?" Tanya Jauzan kaget. Ini pertama kali untuknya, selama ia menginap di rumah Indira. Semuanya aman-aman aja.
Tatapan Arsen berubah sendu, ia mengisyaratkan yang lain untuk membawa Jauzan ke ruang rawat yang ada di rumah ini.
"Lebih baik tubuh anda di obati dulu dan anda juga bisa istirahat di ruang ra—"
"Gue bertanya, Pak Arsen." Dingin Jauzan. Ia menepis penjaga yang ingin menuntunnya ke ruang rawat.
"Maaf Tuan Jauzan, Nona Indira yang akan menjawab." Arsen menunduk hormat.
"Apa ... Indira sering mengalami ini?" Tanya Jauzan. Lelaki itu pun menghembuskan napas nya melihat Arsen tetap diam, menunduk.
"Gue akan ke Indira."
"Maaf, tapi Nona Indira tidak mengijin—"
"OMONG KOSONG SOAL ITU!" Teriak Jauzan dan berlari ke arah tadi Indira pergi.
Di saat para penjaga ingin mengejar Jauzan, Arsen menghalangi dan menggeleng, "Biarkan dia melakukan apa yang dia mau."
Napas Jauzan tersengal, ia menyeka keringat yang berada di lehernya. Ia pun kembali berjalan hingga sampai di belakang rumah Indira, tubuh nya langsung membeku melihat Indira yang memotong tangan pria yang di pegangi oleh salah satu penjaga.
"Indira ...." lirih Jauzan. Ia benar-benar terlihat sangat kaget, apalagi melihat tatapan Indira yang begitu dingin dan tampak asing.
Untuk pertama kalinya, Jauzan melihat sisi Indira yang seperti ini. Sisi yang Indira sembunyikan jika di dekat orang lain dan hanya ia perlihatkan kepada musuhnya.
Indira berdiri, ia menyeka darah yang muncrat di wajahnya. Gadis itu pun menoleh ke sebelah nya, ia melihat Jauzan yang diam membisu.
"Ra ... kamu tidak membunuh dia, kan?" Indira tersenyum, "Nanti." Jawabnya dan mengisyaratkan ke penjaganya untuk membawa si penyusup.
"Jangan lupa bawa yang satunya, dia ada dikamarku."
"Baik, Nona."
Setelah para penjaga pergi. Indira berjalan mendekati Jauzan yang masih terlihat shock. "Gima—" Perkataan Indira dan langkahnya terhenti melihat Jauzan yang berjalan mundur.
"Ah ...." Jauzan yang sadar langsung menggigit bibir bawahnya. Merasa bersalah. Ia meremas jemarinya ketika melihat tatapan Indira yang terlihat sedikit kecewa.
KAMU SEDANG MEMBACA
SHE IS A QUEEN (END)
Teen FictionGenre : Transmigrasi, Regresi, Perjodohan, Romance, Action, Angst dan Persahabatan. Ini cerita tentang gadis yang masuk ke dalam dunia novel dan waktu terus berulang ketika ia meninggal, setiap waktu terulang, ia akan lupa ingatan dan jika mengingat...