BAGIAN 29 : INDIRA FRUSTASI

70 15 55
                                    

“Queen,” panggil laki-laki jangkung dengan penampilan berantakan. Wajahnya yang kelihatan lelah itu menatap sayu gadis berpakaian formal yang sedang memasak di dapur rumah sahabatnya. Elang.

“Kenapa Al?” Laki-laki yang rupanya adalah Alpha itu berjalan mendekat. Ia bersidekap dada. “Kata Elang lo sakit parah, gak ada yang bisa mengobatinya, itu benar?”

Gerakan Queen terhenti sejenak. “Iya,” jawabnya sambil melirik sekilas.

“Kenapa lo gak bilang ke gue? Kita sahabatan dari kecil Queen! Kenapa … lo hanya memberitahu Elang?” Queen menghembuskan napasnya, ia mematikan kompor dan menoleh. “Gue minta tolong ke Elang buat kasih tau ke lo, gue gak bisa ngomong langsung ke lo.” Ia menatap ke arah lain.

“Kenapa?!” seru Alpha kesal.

“KARENA GUE GAK BISA! LO … karena lo sahabat kecil gue, maka nya gue gak bisa bilang.” Queen menunduk, “Dulu, sebelum ada Elang, gue cuman punya lo Al, gue udah anggap lo bukan hanya sekedar sahabat, tapi saudara, lo seperti saudara gue, bantu gue buat bangkit dan menemani gue bangun usaha. Gue … pasti akan nangis kalau ngasih tau langsung ke lo, ini ….” Queen tidak melanjutkan lagi, bahu nya bergetar. Ia menangis.

Alpha adalah laki-laki yang menemani dia sedari kecil. Sedari ia ketika ditinggalkan kedua orangtuanya karena kecelakaan dan Queen jadi sendirian. Dan Alpha muncul, menemani ia disaat ia kesepian.

“Gue udah janji sama lo untuk selalu hidup, bersama lo dan Elang, tapi … gue akan melanggar janji itu, Alpha.”

Alpha melangkah satu langkah dan menarik Queen ke dalam pelukannya. “Kita saudara bukan? Gue lebih marah kalau lo gak bilang masalah lo, dibanding lo ninggalin gue. Jadi, kalau misalnya ada apa-apa bilang sama gue, gue sebagai saudara yang baik akan selalu ada buat lo.” Tangis Queen makin kencang. Ia membalas pelukan Alpha, terisak. Layaknya anak kecil yang sedang menangis kepada kakak nya.

“Gue dan Elang akan berusaha menyelamatkan lo, lo … akan bahagia.”

👑

Tes

Indira perlahan membuka matanya dan mengusap air matanya. Sambil mengusap, ia menatap sekitarnya yang putih. Lho? Ia kira sudah bangun. Tetapi, ini apa? Ini masih mimpi.

“Queen.”

Deg.

Spontan Indira berbalik, seketika bola matanya membesar melihat laki-laki yang begitu ia rindukan muncul di hadapannya. Tersenyum lembut. Seperti biasanya.

“Alpha ….” gumam Indira. Ketika ia ingin melangkah, ia mengurungkan niatnya. Terdiam. Apa ini mimpi? Jika ini mimpi, apa yang harus ia lakukan?

“Diam disitu aja, ini bukan mimpi, jadi dengarkan baik-baik.” Alpha memasang raut wajah serius. Tidak sempat Indira bergerak dan bicara, Alpha lebih dulu bicara. “Gue baik-baik aja, lo gak perlu khawatirin gue tapi … lo harus mengkhawatirkan Elang dan Alin, mereka … dalam bahaya.”

“Ah, Jauzan juga, sepupu lo di dunia ini juga dalam bahaya. Pria bernama Bimo akan membunuh mereka, jadi … kalian harus berhati-hati, Queen.”

“Dan satu lagi! Sebenarnya, jika salah satu dari Elang atau Alin yang terbunuh, maka lo akan selamat. Setelah gue selidiki, jika orang-orang yang kembali ke masa lalu terbunuh, maka orang yang ingin diselamatkan akan selamat. Waktu juga tidak akan mundur lagi.”

“Ap—”

“Tapi, itu tidak bisa dijadikan patokan, berusahalah Qu—tidak Indira, berusahalah, jangan sampai … lo kehilangan lagi.” Alpha tersenyum sendu. Perlahan-lahan tubuh nya memudar. “Gue harap, kalian semua bahagia. Terutama lo, Indira.” Air mata Indira terus mengalir, ia menggeleng ketika Alpha berkata, “Selamat tinggal, ini … pertemuan terakhir kita. Maaf, Indira.”

SHE IS A QUEEN (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang