BAGIAN 15 : TIDAK TERDUGA

88 10 3
                                    

Satu tahun yang lalu.

"Bos, kami sudah berhasil menculik pria itu," ucap seorang pria kurus kepada bos nya melalui benda pipih yang ia genggam.

"BODOH! LANGSUNG BUNUH DAN BUANG MAYAT NYA SEJAUH MUNGKIN! SUDAH SAYA BILANG JANGAN MENELPON SEBELUM KALIAN BERHASIL MEMBUNUHNYA DAN MEMBUANG MAYATNYA!" teriak Bos nya.

"Maaf, Bos. Ka-"

"CEPAT BUNUH DIA!"

Tuttt...

Panggilan pun dimatikan secara sepihak. Pria kurus itu mendengus, ia menoleh ke para anak buahnya, "Ayo bunuh dia!"

Pria yang diculik itu menggeleng, ia menendang kaki nya asal. Berusaha menahan pergerakan para pria yang ingin membunuhnya. "Kalian tau, bukan? Konsekuensi dari membunuh seorang pejabat?!" Serunya.

Si pria kurus terkekeh, "Bos kami sudah menutupinya, jadi kami tidak akan di-"

"KALIAN DIBOHONGI! DIA GA-"

Bugh!

"Berisik!" Si pria kurus mengangkat tangannya dan menodongkan pistol ke kepala pria-Alva. Napas Alva tersendat-sendat, sudah tidak ada harapan lagi. Semua perjuangan untuk menjadi seorang Gubernur akan hancur. Pria itu gagal membuat bangga putra nya yang masih berusia 6 tahun.

Maafkan Ayah, Amar.

Disaat Alva sudah pasrah, munculah seorang gadis yang memakai piyama doraemon. Dengan gerakan begitu cepat, si gadis menendang si pria kurus dan mengambil pistol yang terjatuh. Lalu menatap para pria urakan itu dengan tatapan dingin.

"Aku pengen bersenang-senang, jadi ... bisa kalian lebih kuat?"

Para pria itu mengepalkan tangan mereka. Sangat marah. "Bocah, siap-siap lo kita gilir!"

Gadis yang rupanya adalah Indira itu tersenyum miring, "Apa kalian akan masih hidup sampai bisa melakukan itu?"

Tanpa bicara lagi, para pria itu menyerang maju sambil membawa tongkat panjang. Indira menunduk dan berputar ketika salah satu pria itu melayangkan pukulan. Si gadis piyama itu menendang mereka dan langsung menembak kepala mereka.

Tapi, ia sedikit terkena pisau yang dilayangkan dari belakang tubuhnya.
Indira kembali menembak secara brutal kepada mereka yang hampir mendekati dirinya. Lima pria tumbang. Sisa empat lagi.

Kondisi nya sedikit terdesak, peluru yang ada di pistol sudah habis. Jadi, mau tidak mau Indira melawan mereka menggunakan tangan kosong. Untungnya tubuh mereka tidak besar-besar.

Indira memasang kuda, tidak mempedulikan lengannya yang berdarah. Sedetik kemudian, mereka maju dan kembali saling melayangkan pukulan. Lima menit berlalu, sisa dua lagi. Indira menyeka ujung bibir nya yang berdarah akibat dipukul oleh salah satu pria itu.

"Bagaimana bisa ... bocah seperti dia membunuh teman-teman kita, Bos?" Pria yang tubuh nya dipenuhi tato itu mundur. Tidak berani untuk maju lagi.

Bos-si pria kurus itu mendengus, "Lemah!" ketusnya dan berlari maju. Kali ini, satu lawan satu.

Si pria kurus melayangkan kayu yang cukup keras itu pada Indira. Gadis itu menghindar, tapi itu lah yang ditunggu-tunggu si pria kurus. Ia langsung menendang Indira yang baru menghindar. Tubuh Indira terpelanting jatuh.

Cepat, pantas saja dia bos nya. Tapi, bukan berarti dia lebih kuat dariku. Batin Indira sambil kembali bangkit. Ia meludah darah dan berjalan mendekati si pria kurus yang tersenyum bangga.

Aku harus mempercepat gerakanku.

Langkah Indira semakin cepat, lalu kali ini ia yang melayangkan pukulan. Namun, tangannya ditahan oleh si pria kurus.

SHE IS A QUEEN (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang