"Astaghfirullah," ujar Ghaffir ketika sadar apa yang dia lakukan adalah salah.
Tadi Ghaffir sedang berjalan menuju ndalem sehabis mengajar di asrama putra tetapi ketika berjalan ia tak sengaja melihat adiknya bersama seseorang yang sepertinya ia pernah lihat dan ternyata benar itu adalah salah satu maba dikampusnya.
"Assalamu'alaikum."
Zahra mendengar ada yang memberi salam dari belakang jadi dia menoleh.
"Eh waalai'kumussalam." Dan ketika menoleh dia sedikit terkejut karena yang memberi salam adalah seniornya.
"Kamu ngapain disini?" Tanya Ghaffir.
"Saya disini bersama orang tua saya, kakak sendiri ngapain disini?" Ujar Zahra.
"Ini rumah saya" Jawab Ghaffir.
Zahra hanya ber oh ria tanpa bertanya apapun lagi karena dia pikir mungkin katingnya ini adalah santri disini.
"Lalu kenapa kamu berada diarea asrama putra?"
Zahra melihat ke sekeliling ternyata benar ini asrama santri putra dia tadi tidak sadar tiba tiba berada disini.
"Saya tidak tahu tadi saya hanya berjalan di halaman teras ndalem dan gak sengaja liat Abidzar mau manjat buat ngambil kupu-kupu tapi dia jatuh."
Ghaffir yang mendengar itu langsung menoleh pada Abidzar dan memeriksa tubunya, untungnya tidak ada yang terluka.
"Abaaanggg kanennnn," teriak Abidzar sambil merentangkan tangan agar Ghaffir menggendongnya.
Sambil menarik Abidzar dari gendongan Zahra Netra keduanya bertemu karena jarak mereka yang lumayan dekat.
"Astaghfirullah," ujar mereka bersamaan.
"Abang kan cuman sebentar ngajarnya kok udah kangen aja" Ucapnya seraya menoel hidung Abidzar membuat sang empu hanya terkekeh geli.
Hah emang boleh bawa adiknya ke pondok? Batin Zahra. Namun ia tak ambil pusing dengan hal itu jadi ia biarkan saja.
"Kalau gitu saya pamit dulu kak," pamit Zahra pada Ghaffir.
"Ya, terimakasih sudah menolong adik saya."
"Iya, assalamu'alaikum."
"Waalai'kumussalam."
Ghaffir terus menatap kepergian Zahra, Setelah melihat Zahra sudah pergi Ghaffir kembali menatap Abidzar yang sedang berada di gendongannya.
"Abang liatin kakak cantik telus, sukaa ya!!" Goda Farrel.
"Hah kaka cantik? Emang namanya cantik?" Tanya Ghaffir.
"Bukan! namanya kak Zahla tapi aku panggil kakak cantik kalna kakaknya cantik," jelas sang adik.
Jadi namanya Zahra, gumam Ghaffir.
"Yaudah mau main gak nih?"
"Mauuuu."
Zahra melangkahkan kakinya menuju ndalem, dia melihat bahwa orang tuanya hendak berdiri sepertinya sudah mau pulang.
"Zahra dari mana saja kamu lama sekali diluar kita sampai sudah mau pulang ini," ujar Hana.
"Maaf Bun tadi ada urusan disana jadi agak lama," jelas Zahra.
"Eh makan dulu yuk Zahra, ayah dan bundamu sudah makan barusan." Titah umma Khadijah.
"Oh gausah umma masih kenyang, tadi sebelum kesini sudah makan."
"Beneran sudah kenyang?"
"Nggeh umma."
"Baiklah kalau begitu."
"Yasudah kalau begitu kami pamit dulu ya Rofiq, Khadijah." Pamit ayah.
"Iya, mari kami antar sampai depan." Ujar Abah Rofiq.
"Iya terimakasih," ucap ayah.
Setelah itu mereka keluar dan memasuki mobil hendak ingin berangkat. "Hati hati dijalan!" Ujar Abah Rofiq.
"Nggeh, assalamu'alaikum."
"Waalai'kumussalam."
Kemudian ayah melajukan mobilnya meninggalkan pekarangan pondok pesantren Al-mu'min.
Bersamaan dengan itu Ghaffir datang bersama adiknya. "Loh ada tamu Abah?" Tanya Ghaffir.
"Iya tadi orang tua dari gadis yang akan Abah jodohkan denganmu datang kemari, apa kau sudah bertemu dengan gadis itu? Dia tadi ikut datang dan mencari angin diluar" Jelas Abah.
Apa Zahra yang akan dijodohkan dengan saya? Batin Ghaffir.
Untuk memastikan Ghaffir bertanya pada Abahnya, "Abah punya fotonya?" Tanya Ghaffir.
"Oh ya! Abah lupa menunjukkannya padamu, sebentar biar Abah ambilkan." Ucap Abah.
Abah lalu mengambil sebuah foto yang terletak di meja tadi dan memberikannya pada Ghaffir. "Ini, tadi ayahnya yang memberikannya pada Abah untukmu."
Ghaffir lalu menerima foto itu dan melihatnya, ketika dia melihat fotonya dia sedikit bingung karena foto nya adalah foto anak SMP, namun dia berusaha biasa saja.
"Siapa namanya Abah, umma?" Tanya Ghaffir karena ia ingin tau nama lengkapnya.
"Namanya adalah Anayla Az-Zahra Humaira," Jawab Abah Rofiq.
'Ternyata benar dia orangnya' batin Ghaffir.
Tanpa sadar Ghaffir sedikit tersenyum, sedikit sekali bahkan sampai orangtuanya tidak mengetahuinya.
"Bagaimana pendapatmu tentang dia? Dia memang bukan seorang Ning tapi dia anak dari teman Abah, Abah yakin dia cocok dan pantas untukmu." Jelas Abah.
"Dia cantik kan?" Goda sang umma.
Mendengar itu Ghaffir hanya menanggapinya dengan tersenyum.
"Ghaffir mengenalnya Abah dia seorang maba di kampus Ghaffir," Ujar Ghaffir.
"Wahh! Ternyata sudah saling kenal ya, jadi gimana nak, mau menerima perjodohan ini hm?" Timpal umma.
Sambil sedikit tersenyum Ghaffir mengangguk sebagai jawabannya, lalu umma ikut tersenyum mendengarnya setelah itu mengelus surai putranya.
"Yasudah kalau begitu kita atur hari untuk bersilaturahmi kerumahnya sekaligus menyampaikan niat baikmu." Ujar Abah.
KAMU SEDANG MEMBACA
ZAFFIR
RandomMenceritakan tentang Zahra si gadis lugu dan cantik ia pindah ke Yogyakarta untuk kuliah di universitas impiannya, kebetulan ayahnya juga ada pekerjaan disana dengan waktu yang cukup lama sehingga mereka memutuskan untuk pindah. Akan tetapi dibalik...