Setelah itu Zahra membereskan perlengkapan sholatnya. Disela-sela kegiatan yang Zahra lakukan Ghaffir membuka suara untuk bertanya.
"Masih marah?" Tanya Ghaffir.
'Pake nanyak' batinnya.
"Gak tau."
Setelah menimbang-nimbang Ghaffir memutuskan untuk minta maaf pada Zahra.
"Maaf."
"Gitu doang?"
Ghaffir mengernyitkan alisnya bingung. "Kamu mau apa? akan saya turuti." Tukasnya.
Zahra memikirkan apa yang dia mau, sebenarnya dirinya sudah tau mau apa namun malu untuk mengatakannya pada Ghaffir.
"Hey kok bengong, jadi mau apa?" Tanyanya seraya menyadarkan Zahra yang melamun.
"Ah gak jadi." Hanya kata itu yang bisa dia keluarkan karena saking malunya untuk meminta.
"Yakin?"
"Iyaa."
"Yasudah kalau begitu ayo siap-siap ikut saya." Ucap Ghaffir kembali.
"Kemana? Bukannya kakak mau ngisi kajian." Tanya Zahra.
"Ikut saya ke kajian, kamu tidak mau? Yasudah saya pergi saja sendiri." Ujarnya.
Apa suaminya ini bisa membaca pikirannya kah kok bisa tau apa yang sebenarnya Zahra inginkan. Ya Zahra ingin ikut datang ke kajian itu karena sebelumnya ia tidak pernah ikut kajian apalagi ini suaminya sendiri yang mengisi acara jadi dirinya penasaran bagaimana jika Ghaffir yang cuek dan irit bicara itu mengisi kajian pikirnya.
"Hey melamun lagi, ikut tidak!"
"Eh iya Zahra ikut." Ucapnya dan segera bersiap-siap dan ganti baju dikamar mandi.
Setelah Zahra keluar dari kamar mandi dengan menggunakan gamis hitam dan hijab abu muda dikepalanya Ghaffir yang sudah siap pun mengajaknya untuk turun.
Dibawah mereka bertemu dengan Abah, umma dan juga abidzar yang sedang rewel ingin ikut juga kekajian.
"Umma abidzar mau ikutt huaaa!" Ujarnya sambil memasang muka disedih-sedihkan.
"Tanya aja sendiri ke Abangmu itu." Tukas umma yang sudah lelah menghadapi abidzar.
"Abang zal boleh ikut kan?" Tanyanya dengan mata berbinar kali ini.
"Gak boleh!" Tegasnya.
"Ihh kenapa abanggg." Mulai rengekannya kembali lagi.
"Nanti kamu nakal ngerepotin." Ucapnya seraya memberikan tatapan mengerikannya.
"Mending disini nonton Upin Ipin bareng Abah dan umma bagaimana." Bujuk Abah pada abidzar.
"Udah kamu disini aja temenin umma sama Abah jangan rewel." Ucapnya dan hendak pergi.
"Zal janji gak bakal nakal dan ngerepotin Abang, tapi zal ikut yaa ya ya ya!" Mohonnya pada Ghaffir.
Zahra yang sedari tadi diam saja jadi tidak tega melihat abidzar yang menampung air matanya di kelopak matanya seakan mau jatuh detik itu juga, akhirnya ia menenangkan anak itu dengan mengusap matanya dan mencoba membujuk Ghaffir.
"Kak apa gak sebaiknya dibawa aja? Kalau abidzar nangis nanti biar Zahra yang tanggung jawab gimana?"
"Dia akan merepotkan kamu tidak papa?"
"Iya Zahra suka anak kecil kok jadi gampang bujuknya kalau rewel, boleh ya?" Mohonnya.
"Baiklah." Ucapnya pasrah.
"Yeay!!" Abidzar kegirangan.
"Ingat jangan nakal ya biar gak dimarahin sama Abangmu janji!" Ucapnya seraya memberikan jari kelingkingnya pada abidzar.
"Janji!!"
Zahra pun tersenyum ia dan suaminya menyalimi mertuanya dan berangkat ke kajian bersama Ghaffir dan abidzar yang kegirangan tentunya. Tanpa sadar kedua mertuanya tersenyum melihat keakraban abidzar dengannya mereka jadi pengen punya cucu hihi.
⋆ ⋆ ⋆
Mereka sudah sampai di kampung sebelah tepatnya di masjid An-Nur yang akan mereka hadiri, acaranya belum dimulai karena memang akan dimulai setelah sholat isya' berjamaah sekalian menunggu semuanya berkumpul terlebih dahulu.
Saat ini Zahra sedang berada bersama dengan para wanita yang seumurannya yang tadi bertemu dan langsung mengajak duduk bersama sedangkan Ghaffir dan abidzar berada di paling depan karena suaminya itu orang yang akan menjadi imam sholat isya' jamaah kali ini dan juga orang yang akan mengisi kajian malam hari ini.
Selesai sholat isya' berjamaah dan berdzikir kajian pun dimulai Ghaffir mengajak para hadirin yang hadir di acara kajian ini untuk bersholawat kepada baginda Nabi Muhammad Saw sebagai awalan sebelum memulai berceramah.
Mereka mendengar ceramah dengan seksama tak sedikit juga beberapa orang yang berbisik mengatakan bahwa suami Zahra itu sangatlah tampan, Zahra yang mendengarnya samar-samar pun sedikit kesal karena kebanyakan yang mengatakannya adalah gadis cantik.
Zahra tidak mengambil pusing dengan bisikan bisikan itu ia membiarkannya saja toh Ghaffir adalah suaminya dia yakin suaminya itu tidak akan berpaling darinya dan ia akan usahakan itu harus!!
Sekarang ini Zahra sedang fokus pada ceramah kali ini terlebih lagi yang ada diatas mimbar itu adalah suaminya sungguh Zahra tidak bohong suaminya itu bertambah tampan berkali-kali lipat jika sedang ceramah seperti itu, suaminya itu sudah sangat ahli dalam hal apapun ia bersyukur mempunyai suami seperti Ghaffir pikirnya.
"Baik ada yang mau bertanya?" Tanya Ghaffir pada seluruh hadirin yang hadir.
Beberapa orang mengangkat tangannya untuk bertanya dan dijawab satu persatu oleh Ghaffir ada pula jamaah perempuan yang berteriak bertanya apakah Ghaffir sudah menikah atau belum.
"Alhamdulillah saya sudah menikah kebetulan juga istri saya ikut dengan saya kesini." Jelasnya.
Mendengar itu Zahra tersipu sekaligus malu dengan perkataan Ghaffir meskipun orang-orang tidak tau yang sebenarnya siapa spesifiknya istri gua tampan itu.
Para jamaah perempuan pun tak kalah heboh mereka serempak menghembuskan nafas pelan mendengar jawaban yang Ghaffir telah lontarkan dan seketika reflek berbisik penasaran siapa yang menjadi istri dari Gus tampan yang ada didepan sana.
Mereka simpan saja rasa penasaran mereka toh ketika tau juga mereka akan semakin sakit hati karena tau siapa orangnya. Biasalah jika melihat orang tampan pastinya akan kagum tapi hanya sebatas kagum saja tak ada yang lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
ZAFFIR
RandomMenceritakan tentang Zahra si gadis lugu dan cantik ia pindah ke Yogyakarta untuk kuliah di universitas impiannya, kebetulan ayahnya juga ada pekerjaan disana dengan waktu yang cukup lama sehingga mereka memutuskan untuk pindah. Akan tetapi dibalik...