ZAFFIR - 22

1.1K 27 0
                                    

Sekarang Zahra berada dikamar milik Ghaffir, ya dia langsung tau jika itu adalah kamar Ghaffir karena di atas hanya ada balkon dan satu kamar jadinya Zahra langsung mengetahui kalau kamar itu pasti milik Ghaffir

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sekarang Zahra berada dikamar milik Ghaffir, ya dia langsung tau jika itu adalah kamar Ghaffir karena di atas hanya ada balkon dan satu kamar jadinya Zahra langsung mengetahui kalau kamar itu pasti milik Ghaffir.

Sat ini Ghaffir sedang berada dikamar mandi, jadi Zahra inisiatif untuk memindahkan baju-bajunya ke lemari Ghaffir yang ternyata memang sudah ada bagian untuk dirinya. Ya Ghaffir yang memindahkan sebagian baju miliknya ke lemari bagian atas sedangkan yang dibawah ia kosongkan untuk Zahra. Karena istrinya itu pendek jadi agar mudah saja untuk mengambilnya.

Saat Zahra sudah selesai memindahkan bajunya dari koper ke lemari kebetulan Ghaffir sudah selesai dengan ritual mandinya sehingga ia pun segera bangkit dan hendak menuju kamar mandi, namun lagi-lagi ia melihat Ghaffir yang telanjang dada hal itu mengundang emosinya yang sedikit jengkel melihat Ghaffir yang selalu seperti itu.

"Kak ffir ngapain sih selalu keluar kamar mandi telanjang dada, jantung Zahra kan jadi gak karuan ngeliat nya."

Kesalnya tapi ia pelankan suaranya diakhir kalimat agar Ghaffir tak mendengarnya.

Apa katanya tadi, apakah ia tak salah dengar kafir? Lalu apa tadi diakhir kalimat yang Zahra ucapkan ia sungguh penasaran karena ia hanya mendengar samar-samar. Ia butuh penjelasan namun Zahra harus mandi dan dirinya harus ke masjid karena dirinya lah yang menjadi imam. akhirnya ia urungkan niatnya, ia akan meminta penjelasan dari Zahra nantinya.

"Saya sholat di langgar, setelah mandi jangan lupa sholat magrib. Mengerti!" Pamit Ghaffir lalu mengambil jaketnya dan segera meninggalkan kamar.

"Iyaa."

(Langgar: anggap aja masjid dipesantren)

Setelahnya Zahra masuk kamar mandi dan segera menyelesaikan ritual mandinya lalu kemudian melaksanakan sholat magrib. disini tidak ada mukena, ia tidak enak jika harus meminjam kepada umma Khadijah untungnya ia membawa mukena favoritnya dikoper, ia pun segera mengambilnya dan segera menunaikan shalatnya.

Selesai sholat ia berdzikir dan berdoa ia bersyukur pada Allah karena sudah memberikannya suaminya seperti Ghaffir meskipun orangnya sedikit cuek tapi ia juga bersyukur karena mertuanya tidaklah jahat kepadanya namun malah sebaliknya, baik sekali dan juga sangat ramah jadi dirinya bisa mudah mengakrabkan diri dengan mereka.

Ia juga berdoa semoga orang orang yang baik kepadanya dan orang-orang yang dia sayangi bisa diberi kesehatan agar tetap bisa berkumpul bersamanya sampai dirinya sudah menjadi nenek-nenek.

⋆ ⋆ ⋆

Ghaffir sudah pulang dari langgar dan makan malam bersama keluarga dan istrinya. Kini dirinya hendak ke atas menuju kamarnya karena tadi Zahra sudah keatas terlebih dulu untuk kekamar mandi.

Setibanya diatas ia mengarahkan pandangannya ke sekeliling kamar dan istrinya itu tidak ada dikamar, ia mencari di kamar mandi juga tidak ada. Tapi ketika melihat pintu balkon terbuka ia menebak pasti Zahra ada disana dan ternyata benar istrinya itu tengah menikmati udara malam yang dingin menerpa kulitnya.

Ia pun segera menghampiri istrinya. "Disini dingin, ayo masuk." Ujarnya tepat disebelah telinga Zahra seraya memasangkan jaketnya dipundak Zahra.

Zahra terperanjat melihat sebuah jaket hangat yang melingkar dipundaknya kemudian ia menoleh kearah orang yang tadi berbisik di telinganya.

Ketika menoleh ternyata Ghaffir belum menjauhkan tubuhnya dari Zahra sehingga pandangan mereka bertemu.

Ghaffir menatap lekat manik mata Zahra, Zahra pun sama ia memandangi mata indah Ghaffir dengan jantung yang mulai berpacu cepat. Keduanya sama-sama hanyut dalam pandangan mata satu sama lain, secara tidak sadar tangan Ghaffir sudah melingkar diperut Zahra lalu kepalanya ia selipkan diceruk leher istrinya itu sambil menghirup aroma parfum sang istri.

"Biarkan begini sebentar, nyaman." Ujarnya dengan mengembuskan nafas panas.

Zahra yang diperlakukan seperti itu hanya diam saja meskipun rasanya sekarang hatinya ingin teriak dengan kencang, tetapi jika boleh jujur ia nyaman dengan posisi ini karena hangat dan dirinya juga bisa mencium aroma parfum Ghaffir.

Keduanya tetap dalam posisi itu sampai beberapa menit kemudian mereka masuk kekamar dan pergi tidur.

Keduanya tetap dalam posisi itu sampai beberapa menit kemudian mereka masuk kekamar dan pergi tidur

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
ZAFFIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang