•£| 40

328 46 39
                                    

"....."

"Pesawat akan lepas landas, dihimbau bagi para penumpang untuk memperhatikan instruksi maskapai penerbangan agar perjalanan anda menyenangkan."

Suara Roda yang berputar terdengar di ruangan kelas satu, pramugari menyajikan banyak makanan di atas meja bahkan jika hanya ada satu penumpang di dalam ruangan tersebut. Hendak membukakan alkohol pramugari yang sedang melakukan pekerjaannya di sela oleh orang yang dilayaninya.

Memberikan isyarat agar tidak membuka alkohol, pramugari itu mengangguk sebelum pergi untuk membawakan makanan lain.

'ketua, saya sudah mencari tiket yang anda minta.
Keberangkatan anda di jadwalkan pukul 10 pagi, saya sudah berusaha untuk mencari penerbangan lain yang lebih stabil namun hanya itu penerbangan dengan jadwal terbang lebih cepat untuk saat ini.'

Kata-kata raven bergema di dalam memorinya, 'sayangnya saya juga tidak bisa ikut karena memiliki tugas lain yang di berikan oleh...tuan rumah. Saya meminta pengertian anda.' itulah percakapan terakhir yang diingatnya saat raven pamit undur diri, wanita itu berbau seperti darah. Bahkan lebih pekat dari biasanya.

Indranya menegaskan hal tersebut adalah kenyataan di bawah ilusi kesedihan, memandang awan. Mata merah ruby tak bisa mengalihkan pandangannya dari hamparan awan di langit, warnanya putih bersih dan tidak memiliki kotoran sedikitpun. Mengingatkan dirinya kepada sayap halus seorang wanita pada kenangan masa lalu yang memudar, pandangannya melembut beberapa saat,Menutup matanya, dia menggelengkan kepalanya dengan lembut kembali memandang dengan waspada.

'sadarlah...'

Memiliki pandangan serius, pria itu mengigat kembali surat yang diberikan pada dirinya.
"eomma berkata, bahwa abeoji sibuk sehingga dia tidak sempat mengirimkan surat, namun eomma masih meminta diriku untuk pulang ke Korea." Ibunya adalah wanita yang baik, dia bisa mengatakan bahwa anak ini beruntung, dalam jiwa halus kenangan tubuh yang baik mengalir dalam nadinya.

Masih ada 11 jam lagi hingga dia dapat melihat kota kelahirannya, seoul Korea Selatan, pikirannya akan berputar sebanyak hidup yang telah dia ambil untuk merenung.

.

.

.

Jinwoo termenung di dalam dunianya, dengan hal tersebut Jinho mengangetkan guild masternya,sekali hentakan tumpukan kertas yang di banting ke meja kerjanya menjadi tiket jinwoo kembali kedunia. "Dan ini Adalah tumpukan terakhir yang dapat aku temukan, anda harus menandatangani semua perjanjian ini sekarang."
Jinho Berkata.

"....."

"Hyung-nim?!"

"Ah-, y-ya terimakasih jinho." Jinwoo menjawab dengan sedikit dilema, dia mulai melakukan pekerjaannya dengan mengambil satu kertas dari tumpukan tersebut. Jinho mengerutkan keningnya, dia cemberut disaat jinwoo terus membaca kontrak yang di ajukan oleh banyak orang. "Hyung-nim juga punya jadwal untuk membersikan dungeon siang ini."

"Hmmn."

"...."

"Kita masih belum memenuhi kuota kita dalam membersihkan dungeon."

"Ya."

Bersikap acuh,yoo jinho tidak punya pilihan lain selain meminta undur diri dari pekerjaannya. Kakinya melangkah untuk pergi sebelum sebuah kalimat yang ambigu di lontarkan oleh jinwoo.

a child. a protagonisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang