Cale terbangun di sebuah ruangan putih, manik matanya menelusuri ruang putih tersebut, sebelum memutuskan menetap tujuannya di depan tempat dia berdiri.
Matanya melebar, napas nya terasa tertahan oleh sesuatu , kakinya memilih untuk berjalan saat sebuah Langkah sederhana berubah menjadi berlari gemanya terdengar jelas di udara tipis,kaki miliknya terasa goyah setelah tinggal beberapa langkah dari tujuannya matanya yg membendung air mata keluar, kulit halusnya merasakan tetesan air mata membasahi pipinya.
Di depannya duduk di sebuah kursi dengan meja dan teh mawar oh teh mawar adalah kesukaan nya setelah hari yg menyebalkan dia akan selalu menyukai kepulan asap teh dengan harum mawar menyertainya, sosok anggun seperti boneka duduk dengan berwibawa di sebuah kursi dengan dibingkai rambut semerah mawar dan kulit pucat porselin.
"Mama?."
Wanita itu melihatnya, mata yg lebih coklat dari miliknya menatap iris coklat kemerahan cale.
Anak tersebut tidak menunggu jawaban, dia berlari dan langsung melompat ke arah ibunya tak mempedulikan apapun bahkan air mata deras yg keluar dari matanya.
orang di depannya diam, terkejut, asing? Apapun cale tidak peduli di depannya adalah ibunya wanita yg selalu dia sayangi dan hormati sebelum sebuah kecelakaan bodoh menimpa ibunya ,sebelum dunia merampas sesuatu yg cale anggap adalah hartanya yg paling berharga lebih dari uang apapun.
Ibunya memegang wajahnya menghapus air mata yg membasahi pipinya.
"Ada apa, kenapa kamu menangis rasberi kecil ku." Suara merdu Alunan lagu pengantar tidur terputar di benak cale saat bisa mendengar kembali suara ibunya.
"Apakah hari ini terlalu melelahkan untuk mu?."
Cale tidak menjawab, dia lebih membenamkan wajahnya pada telapak tangan dingin milik ibunya, jour themes hanya menanggapi dengan mengusap untaian lembut rambut anaknya dengan tangan lain, tangan cale meremas gaun ibunya.
"Apakah tutor mu terlalu keras hari ini?."
Kata-kata itu kembali mengingatkan cale bahwa dia adalah tuan muda dari sebuah keluarga, kehidupan lama yg telah dia tinggalkan setelah jangka waktu sebulan ibunya meninggal."Tidak, aku merindukanmu..."
Suara tawa manis keluar dari mulut ibu."bukankah kamu sudah bahagia?."
"TIDAK, ...ini tidak pernah sama jika tidak dengan mu mama..."
"Benarkan?."
"IYA, tidak ada yg membacakan cerita untuk ku, tidak ada lagi lagu pengantar tidur, tidak ada lagi yg datang saat aku demam.....tidak tidak ada lagi yg selalu menanyakan kabarku di rumah itu."
".... bukankah ayahmu ada di sana?"
".....dia mengabaikan ku." Wajah ibunya kabur dari waktu ke waktu dalam ingatan cale muda, namun berterima kasih pada lukisan yg di simpan oleh dirinya sendiri sebelum ayahnya menganggap lukisan itu menyakitkan dan meminta pelayan untuk menyingkirkan nya.
"Oh, rasberi kecilku... Dia pasti tidak bermaksud seperti itu."
"TAPI-" sebuah tangan dingin membelai kedua pipi cale.
"Aku tahu kamu tidak akan memaafkannya, aku pun sama...tapi kamu memiliki pamanmu sekarang bukan?." Cale melihat senyuman samar di bibir ibunya saat wajah bagian atas milik wanita itu semakin pudar dengan seiring waktu berlalu.
"Dia ada saat kamu sendirian, demam dan meskipun dia tidak bisa bernyanyi.... Dia selalu mementingkan dirimu lebih dari apapun."
"Kamu juga memiliki dua kakak bukan? Mereka juga adalah keluargamu sekarang."
KAMU SEDANG MEMBACA
a child. a protagonis
Fiksi PenggemarCerita ini murni karangan, karakter bukan milik saya. Saya hanya membuat suatu metapora dan meleburkannya menjadi sebuah cerita yg saya pikirkan selama ini ================================ Seorang pria berkedip pada benda melayang didepannya seola...