🔰Bagian 6

68.7K 3.5K 60
                                    

Happy Reading!

Viona tiba di tempat kerja Ellard. Meskipun tempat ini tidak sebesar gedung milik Ellard di Jakarta, namun Viona tetap kesulitan menemukan ruang kerja pria itu. Karena meski tidak hilang ingatan pun, Viona tidak akan tahu ruang kerja Ellard karena ia memang tidak pernah ke sini.

Ingin bertanya, Viona sungkan."Sebaiknya aku telpon Ellard dan minta dia menjemputku."gumam Viona lalu mengambil ponsel dari dalam tas.

Sedang di lantai dua, Ellard masih bertahan dengan kegelisahannya. Harusnya Viona sudah tiba di sini atau mungkin bisa saja istrinya itu tidak pernah berniat menemui dirinya.

"Telpon saja!"ucap Haris membuat Ellard mengangguk lalu mengambil ponselnya namun saat dia ingin menghubungi Viona, ponselnya malah berdering.

Ellard segera menjawab panggilan dari Viona.

"Sayang, kau di mana?" tanya Ellard cepat.

"Mas, aku sudah di bawah."

Ellard berdiri dengan senyum lebar."Benarkah?"

"Iya. Tapi aku tidak tahu ruang kerja mas di mana. Aku juga sungkan untuk bertanya."

"Kau di mana? Mas akan turun dan menjemputmu."ucap Ellard lalu memberi kode pada Haris bahwa dia akan ke bawah.

Haris tersenyum lalu mengangguk. Semoga saja kali ini sahabatnya itu tidak mendapat harapan kosong.

Sedang Ellard sudah berlari menuruni tangga. Karena kantornya hanya ada tiga lantai, dia tidak memasang lift. Lagipula ini usaha baru yang dia rintis namun semoga bisa menjadi lebih besar lagi.

Ellard hampir terjatuh dianak tangga terakhir namun untung saja dia masih bisa menjaga keseimbangan.

"Mas, hati-hati dong."ucap Viona membuat Ellard tersenyum lalu langsung memeluk tubuh istrinya.

Viona mengernyit bingung."Mas kenapa?"

"Terima kasih sudah datang ke sini. Mas senang kau ada di sini."ucap Ellard membuat Viona diam namun sesaat kemudian ia mengerti. Terlalu sering mencoba kabur, Ellard pasti berpikir kali ini ia akan melarikan diri juga.

"Mas aneh sekali. Aku kan sudah bilang akan ke sini."ucap Viona membuat Ellard mengangguk.

"Mungkin karena mas terlalu merindukan dirimu."ucap Ellard membuat Vion terkekeh.

"Gombal banget."ejek Viona membuat Ellard segera merangkul pinggang istrinya dan mengajak wanita itu menaiki tangga menuju ruang kerjanya.

Begitu tiba di ruangannya, Ellard langsung meminta Viona duduk.

"Mau makan apa?"tanya Ellard.

"Apa saja."sahut Viona lalu kembali berdiri dan melihat seluruh ruang kerja suaminya.

"Mas sudah pesan makanan. Mungkin beberapa men__"

"Tidak ada foto kita di sini. Apa mas punya selingkuhan di kantor karena itu tidak memajang foto pernikahan kita di dinding?"tanya Viona membuat Ellard melotot. Tuduhan itu sangat keji. Dia sangat setia, bahkan seluruh dunia tahu itu.

Ellard langsung meluruskan, takut jika Viona benar menganggapnya selingkuh."Tidak, sayang. Foto pernikahan kita ada di sini bahkan sangat banyak."

Vione mengernyit."Mana?"

Ellard menarik tangan Viona menuju sebuah dinding kemudian tiba-tiba saja terbuka dan menunjukkan sebuah ruangan di dalam.

Viona melangkah masuk ke dalam kamar. Tempat ini memang cocok disebut kamar karena ada kasur dan lemari serta banyak foto pernikahan mereka ataupun foto Viona sendirian.

"Ini_"Viona sampai tak bisa mengatakan apapun lagi. Jelas saja orang normal akan menyebut kamar ini milik psikopat yang memasang banyak foto targetnya di dalam kamar.

Viona memperhatikan foto-foto yang terpajang di dinding. Ada beberapa foto lama yang Viona bahkan tak ingat itu diambil kapan.

Grepp

Ellard tiba-tiba saja memeluk tubuh Viona dari belakang.

"Bagaimana bisa mas selingkuh di saat semua pikiran yang mas miliki hanya tercurah padamu."bisik Ellard membuat tubuh Viona merinding.

"Mas sering tidur di sini?"tanya Viona, melihat ada kasur tentu saja untuk tidur kan.

Ellard mengangguk lalu menyembunyikan wajahnya di leher Viona. Kamar ini selalu menjadi tempatnya jika begitu merindukan Viona, karena jika di sini dia bisa sesuka hati memandang wanita yang dia cintai. Sedang di rumah, Viona selalu menghindar, mengamuk dan meminta cerai.

"Aku tidak ingat apapun tapi sepertinya mas sering tidak pulang."ucap Viona membuat Ellard melepas pelukannya lalu mengajak istrinya duduk di atas tempat tidur.

"Itu karena mas merintis usaha baru,  karena itu perlu lebih banyak waktu di sini."ucap Ellard beralasan dan tentu Viona tahu itu bohong. Bahkan jika usaha ini tidak ada pun, Ellard akan tetap kaya. Pria itu sangat kaya.

"Baiklah. Tapi aku tidak akan terima lagi jika mas tidak pulang."ucap Viona membuat Ellard tersenyum manis. Perlu dua tahun untuk mendengar kalimat itu keluar dari mulut Viona. Dan Ellard bersyukur, dia hanya menunggu selama dua tahun.

"Mulai sekarang mas akan pulang cepat, tidak lembur dan tidak akan pergi ke manapun."ucap Ellard membuat Viona menggeleng pelan.

"Tidak seperti itu juga. Jika tentang pekerjaan, mas boleh pergi."

"Aku tidak mau pergi. Dan jikapun harus, aku akan membawamu."

Viona mengangguk."Baiklah. Aku akan mengikuti suamiku kemanapun dia pergi."

Ellard mengangguk."Oh ya sayang. Tadi Mia menelponku. Katanya ia akan berkunjung dan menginap di rumah kita beberapa hari. Apa Mia juga sudah menghubungimu?"

Tubuh Viona menegang. Jadi Mia juga sudah menghubungi Ellard. Dasar licik.

"Mia bilang apa?"

"Hanya ijin menginap dan bilang ingin mengatakan sesuatu."ucap Ellard jujur.

"Katakan apa?"

Ellard mengangkat bahunya tanda tak tahu.

Viona menghela napas. Mia pasti sudah merencanakan sesuatu. 'Aku tidak boleh kalah langkah oleh Mia.' batin Viona lalu menarik lengan Ellard agar melingkar di pinggangnya.

Ellard diam menunggu hal selanjutnya yang akan dilakukan oleh sang istri.

"Mas, aku ingin anak perempuan."ucap Viona lalu menerjang tubuh Ellard.

Bersambung

Menjadi Istri Yang Hilang IngatanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang