🔰Bagian 28

47.6K 3.1K 182
                                    

Selamat berbuka.

Happy Reading!

Tiga hari berlalu dan tubuh Viona semakin lemah. Dokter bahkan harus datang dan memasang infus serta meresepkan banyak vitamin. Selama itu juga Viona hampir tidak pernah mengisi perutnya. Jika ia memasukkan makanan maka akan langsung keluar detik itu juga.

"Aku bisa gila."gumam Viona lemah. Sekarang ia hanya bisa berbaring di atas tempat tidur dengan bi Jumi yang setia menjaganya.

Bi Jumi mendekat."Coba nyonya pikirkan, apa ada makanan yang nyonya inginkan. Jika sedang sakit seperti ini biasanya kita tidak akan memuntahkan makanan yang memang diinginkan."ucap bi Jumi membuat Viona mendengus.

'Aku bisa makan apapun, bahkan semua makanan yang ada di dunia ini bisa ku makan. Tapi harus ada mas Ellard, pria itu adalah syarat agar aku tidak muntah lagi.' batin Viona lalu menatap bi Jumi.

"Apa bibi benar-benar tidak bisa bisa menghubungi suamiku?"tanya Viona membuat bi Jumi melotot.

"Tuan Ellard? Memang kenapa nyonya?"tanya bi Jumi gelagapan.

"Bisa atau tidak?"tanya Viona setengah marah.

Bi Jumi mengangguk ragu.

"Berikan ponsel bibi!"pinta Viona membuat bi Jumi mengeluarkan ponsel dan memberikannya.

Viona dengan cepat mengambil ponsel itu lalu mencari nomer suaminya. Ternyata bi Jumi dan suaminya sudah beberapa kali bicara dengan durasi yang lumayan.

"Saat aku bertanya kemarin, bibi bilang tidak bisa menghubungi suamiku. Lalu ini apa? Kalian bicara terlalu sering, sampai aku pikir bibi adalah istri dari suamiku."omelnya membuat bi Jumi meminta maaf lalu melangkah pergi sedang Viona langsung menekan tombol panggil ke nomer Ellard.

"Iya, bi. Apa Viona baik-baik saja?"

Viona melotot saat panggilan telponnya diangkat.

"Tidak. Aku hampir mati di rumah." teriak Viona kesal. Meski teriakannya tidak begitu kuat karena tubuhnya yang lemah.

"Viona?" terdengar suara kaget Ellard diseberang sana.

"Pulang sekarang!"titah Viona.

"Tidak bisa. Apapun yang ingin kamu bicarakan, kita bicarakan nanti."

Viona semakin kesal."Aku tidak ingin bicara, aku hanya ingin kamu pulang."

"Satu minggu lagi."

Tutt

"Tidak. Pulang sekarang hiks aku merindukanmu hallo__ hallo mas Ellard."

Viona kembali menangis saat telponnya ditutup. Dan saat ia menelpon lagi malah tidak diangkat.

Prakk

"Ada apa, nyonya?"tanya bi Jumi yang segera memasuki kamar saat mendengar suara berisik.

Viona hanya terus menangis setelah melempar ponsel bi Jumi ke lantai.

"Arghh"

"Ya ampun, nyonya. Apa yang terjadi?"tanya bi Jumi panik lalu segera mendekati Viona yang terlihat kesakitan di atas tempat tidur.

"Sakittt.."cicit Viona membuat bi Jumi langsung berteriak meminta bantuan.

"Bertahanlah, nyonya. Bertahanlah."ucap bi Jumi namun Viona tidak memberi respon lagi karena telah menutup matanya.

***

Ellard bergegas datang begitu diberitahu oleh asisten rumah tangga bahwa Viona dilarikan ke rumah sakit.

"Tuan, tuan tidak ke luar kota?"tanya bi Jumi kaget.

Ellard menggeleng."Bagaimana keadaan istriku?"tanya Ellard cemas.

"Nyonya sudah lebih baik, tuan. Tapi dokter meminta tuan untuk menemuinya."beritahu bi Jumi membuat Ellard membuka pintu ruang rawat istrinya sebentar kemudian berlalu menemui dokter.

Saat bertemu dengan dokter, Ellard langsung mendapat banyak omelan. Terutama tentang istrinya yang tidak mengisi perut dan hanya mengandalkan infus dan vitamin.

"Jika terus seperti ini, istri anda bisa keguguran. Asupan gizi saat hamil sangat mempengaruhi perkembangan janin. Telat makan saja bisa bahaya, tapi istri anda malah tidak makan."

Ellard hanya diam. Sungguh dia tidak tahu harus melakukan apa. Menemui Viona dan memaksa wanita itu untuk makan jelas tidak mungkin. Apalagi Viona tidak makan karena selalu saja muntah saat mencoba memakan sesuatu.

"Menurut dokter, apa yang harus saya lakukan?"tanya Ellard frustasi.

Dokter memajukan tubuhnya lalu menatap pria di depannya."Temui istri anda dan ajak ia bicara. Beberapa kasus yang saya temui, ada istri yang hanya ingin makan jika disuapi oleh suaminya. Mungkin saja istri anda juga begitu."

Ellard melotot. Itu tidak mungkin.

"Atau bisa saja harus dipangku oleh suaminya saat makan."

Ellard semakin kaget. Tidak mungkin Viona ingin dipangku oleh dirinya.

"Baiklah, dokter. Terima kasih atas sarannya."ucap Ellard lalu meminta ijin untuk keluar.

Begitu suami pasiennya pergi, dokter hanya bisa menggeleng pelan.

"Ada-ada saja."gumamnya.

Sedang di ruang rawat, Viona masih menunggu kedatangan suaminya. Dokter pasti sudah bicara dengan Ellard kan?

'Semoga saja dokter mengatakan semua yang kuberitahu tadi.' batin Viona.

Bersambung

Satu part lagi, kita bikin Viona dan Ellard akur ya. Sebelum masuk ke konflik selanjutnya.

Menjadi Istri Yang Hilang IngatanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang