🔰Bagian 31

52.3K 3.1K 114
                                    

Happy Reading!

"Iya, mah. Maaf Ellard baru beritahu mama, tapi sekarang Viona sudah baik-baik saja." ucap Ellard. Setelah dua hari pulang dari rumah sakit barulah dia berkata jujur bahwa Viona sempat dirawat.

"Syukurlah. Lalu bagaimana dengan hubungan kalian? Apa ada perkembangan?"

Ellard tersenyum mendengar pertanyaan mama mertuanya.

"Berkat do'a dari kalian semua, kini hubungan Ellard dan Viona baik-baik saja."

"Benarkah? Mama senang sekali mendengarnya. Semoga kalian selalu bahagia, hanya itu saja yang mama harapkan."

"Pasti, mah. Terima kasih."

"Ya sudah, mama tutup ya. Nanti mama telpon lagi saat Viona sudah bangun."

"Iya, mah."

Tutt

"Dari siapa?"tanya Viona yang tiba-tiba saja memasuki dapur.

"Dari mama, sayang. Kemari!"pinta Ellard sambil menepuk pahanya.

Dengan senang hati Viona segera menjatuhkan bokongnya dipangkuan sang suami.

"Mas harusnya bangunin aku."rajuk Viona membuat Ellard terkekeh.

"Mas mana tega bangunin kamu, apa lagi tadi malam kalian susah tidur."ucap Ellard lembut. Kalian yang dimaksud tentu Viona dan calon bayi mereka.

Viona mendengus."Tapi tadi malam mas juga kurang tidur."

Ellard mengusap perut istrinya."Mas sudah biasa."

"Sudah biasa bukan berarti mas boleh bergadang."omel Viona membuat Ellard tersenyum. Jika Viona tidur maka Ellard pasti dengan senang hati juga ikut menutup mata. Tapi masalahnya, tadi malam Viona terus bergerak gelisah. Wanita hamil itu tak kunjung terlelap walaupun Ellard sudah memasakkan nasi goreng, memeluk di tempat tidur bahkan harus menyanyi dengan suara serak-serak berserakan, Ellard memang tak pandai bernyanyi. Namun untungnya perjuangan Ellard menidurkan Viona berakhir dijam tiga pagi dan setelah itu dia juga ikut terlelap.

"Ya sudah nanti malam mas akan tidur meski kamu belum awhh"rintih Ellard saat sang istri berdiri lalu menjatuhkan bokongnya lagi dengan kasar. Ellard yang kaget langsung mengusap perut istrinya.

"Ya nggak bisa gitu. Mas baru boleh tidur setelah aku tidur."ucap Viona kesal.

Tuh kan.

"Iya, sayang. Sekarang mau makan apa?"tanya Ellard lembut.

Viona menatap semua makanan yang ada di atas meja."Apa saja yang penting disuapin."ucap Viona.

Ellard mengangguk lalu berniat memindahkan sang istri ke kursi samping.

"Nggak mau."rengek Viona sambil memeluk leher suaminya erat.

Ellard membatalkan niatnya lalu mengambil beberapa jenis masakan dengan sedikit perjuangan.

"Mas, aku nggak mau daging ayam."tegur Viona membuat Ellard menggantinya dengan daging ikan. Setelah itu dengan hati-hati Ellard menyuapi istrinya.

"Emmmm enak."gumam Viona dengan mulut penuh makanan.

"Kamu tidak mual kan, sayang?"tanya Ellard cemas.

Viona menggeleng lalu membuka mulutnya lagi membuat Ellard tersenyum senang dan segera menyuapi istrinya.

"Alay banget sih. Masa makan saja harus dipangku."sindir Adel yang baru turun dari lantai atas.

"Adel!"tegur Ellard. Agar Viona mau makan, Ellard bahkan mampu menyeberangi lautan api, mengarungi samudera dan memanjat gunung tertinggi di dunia. Tapi untungnya Viona hanya meminta dipangku dan disuapi.

Viona menatap sinis adik iparnya itu. Tidak bisakah Adel berkata dengan baik atau setidaknya tidak menyindir sejahat itu.

"Lagi, sayang."ucap Ellard meminta istrinya membuka mulut tapi Viona malah menggeleng.

"Mas, aku tidak mau makan lagi."ucap Viona membuat Ellard menggeleng. Istrinya itu baru makan beberapa suap dan sekarang malah tidak mau lagi.

"Lima suap lagi."bujuk Ellard.

"Tidak mau."

"Biar saja, kak. Lagipula mau apa bujuk-bujuk orang yang tidak mau makan."ucap Adel membuat Viona menatap adik iparnya itu.

"Aku mau makan masakan Adel, mas."ucap Viona tiba-tiba membuat Ellard kaget dan Adel langsung melempar roti yang ia ambil.

"Apaan? Aku nggak mau."tolak Adel cepat.

Viona langsung menatap suaminya dengan wajah sendu sambil mengusap perutnya."Ini maunya anak kamu, mas."ucap Viona serak seakan menahan tangis membuat Ellard segera menenangkan sang istri.

"Iya, sayang. Tapi Adel tidak bisa masak. Biar mas saja ya, kamu mau mas masakin apa?"tanya Ellard lembut.

"Walau bisa, aku juga tidak mau masak."ucap Adel kesal membuat Viona semakin bertekad.

Viona menggeleng dengan air mata yang sudah menetes membuat hati Ellard seakan diiris pisau.

"Tapi kan Adel bisa belajar, dibantu sama bi Jumi."ucap Viona membuat Adel melotot.

"Aku tidak mau."bentak Adel kesal.

Viona langsung mengusap dan menatap perutnya."Maaf ya, nak. Kemarin kamu tidak makan karena papa nggak ada di rumah. Hari ini karena bibi kamu tidak mau masak. Hiks kasihan banget kamu, nak."isak Viona membuat Ellard menatap sang adik.

"Aku nggak mau, kak."tolak Adel cepat.

Ellard ikut mengusap perut istrinya."Kamu tidak kasihan sama kakak ipar kamu atau paling tidak dengan calon ponakan kamu."

"Nggak tuh."

"Adel, kakak mohon. Hanya satu menu."pinta Ellard membuat Adel tetap menggeleng.

"Ada banyak makanan di sini, ngapain masak lagi."ucap Adel cuek.

Brakk

Adel terlonjak kaget sedang Viona langsung memeluk sang suami saat Ellard memukul meja makan.

"Iya. Iya. Tapi awas saja kalau tidak di makan."omel Adel lalu segera berdiri dan melangkah menuju dapur.

Viona langsung tersenyum penuh kemenangan. Sedang Ellard langsung mengusap punggung istrinya.

"Sudah, sayang. Jangan nangis lagi."bujuk Ellard lembut membuat Viona mengangguk pelan.

'Rasain, siapa suruh punya mulut jahat begitu.' batin Viona.

Bersambung

Menjadi Istri Yang Hilang IngatanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang