🔰Bagian 26

50.5K 3K 148
                                    

Selamat berbuka..

Happy Reading!

Viona bolak balik di atas tempat tidurnya. Terbiasa tidur dipelukan Ellard setiap malam membuat Viona tidak bisa menutup mata tanpa suaminya.

"Aku bisa gila."gumam Viona lalu menggigit bibir bawahnya. Apa sebaiknya ia masuk ke kamar Ellard dan tidur di sana.

"Tapi itu tidak mungkin."ucap Viona lalu menyingkirkan selimut yang menutupi tubuhnya dengan kasar.

Viona mengusap wajahnya lalu melirik ke arah jam, sudah jam dua. Harusnya Ellard pasti sudah tidur. Jika ia masuk sebentar ke kamar itu, harusnya tidak akan masalah.

"Aku hanya akan mencium suamiku lalu kembali ke sini."ucap Viona lalu bergegas turun dari tempat tidur.

Sedang yang tidak Viona ketahui adalah, sedari tadi Ellard juga belum tidur. Dia masih terjaga sambil memperhatikan layar laptop yang menampilkan suasana kamar istrinya.

Saat Viona bergerak dengan kasar membuat Ellard hampir serangan jantung. Bagaimana bisa Viona bergerak seperti itu, padahal ia baru saja keluar dari rumah sakit.

"Apa Viona menginginkan sesuatu?"gumam Ellard. Mungkin ngidam seperti kebanyakan ibu hamil lainnya. Mengingat istrinya sangat gelisah seperti itu.

Ellard segera beranjak dari kursi lalu menuju pintu saat melihat istrinya turun dari tempat tidur.

Ceklek

Tubuh Viona membatu saat pintu yang ingin ia buka tiba-tiba saja terbuka dan menampilkan sosok pria yang ingin ia peluk.

Ellard hanya memakai kaos tipis berwarna hitam hingga menampilkan otot-otot lengan yang kekar juga bentuk perut yang indah.

Viona menelan ludahnya kasar lalu mendengus keras.

"Apa kamu membutuhkan sesuatu?"tanya Ellard lembut.

Viona berkacak pinggang."Dari mana kau tahu kalau aku ingin mengetuk pintu kamarmu?"tanya Viona curiga.

Ellard menggeleng sambil menebak kira-kira apa yang Viona inginkan."Aku merasa lapar."ucap Ellard akhirnya. Dia kira Viona mungkin lapar. Ibu hamil bukankah akan sering merasa lapar.

Viona menghela napas keras."Benarkah? Kebetulan aku juga lapar. Tapi tidak mungkin memanggil bibi dan aku juga tidak bisa memasak."

Ellard tersenyum."Kamu mau makan apa?"tanya Ellard antusias.

"Yang gampang saja, mie rebus."

"Tidak boleh. Itu tidak bergizi."

"Kenapa kau malah mengaturku."omel Viona kesal membuat Ellard segera meminta maaf.

"Maaf, bagaimana dengan telur dadar?"

Viona mengangguk. Ia kan hanya ingin berduaan dengan Ellard. Jadi makan apapun tidak menjadi masalah.

Ellard segera melangkah menuju dapur diikuti oleh Viona.

"Duduk di sana dan jangan lakukan apapun."pesan Ellard lalu segera memakai celemek dan bergegas mengeluarkan beberapa telur.

Viona menurut dan hanya duduk dengan diam sembari memperhatikan punggung tegap suaminya.

'Kamu jangan gini dong, nak. Mama juga mau dipeluk papa kamu. Tapi sekarang bukan saat yang tepat.'batin Viona sembari mengusap perutnya.

"Ada apa dengan perutmu? Apa terasa sakit?"tanya Ellard yang segera mematikan kompor saat tak sengaja melihat istrinya menghela napas sambil mengusap perut.

Viona segera menggeleng."Tidak."

"Lalu kenapa menyentuh perutmu?"tanya Ellard yang kini sudah mendaratkan telapak tangannya di perut rata Viona.

Viona segera mendorong tangan suaminya."Memangnya kenapa? Ini kan perutku. Terserah mau ku usap atau pukul."

"Apa yang kau lakukan?"bentak Ellard saat Viona mengangkat tangan dan berniat memukul perutnya.

"Kau ini kenapa?"bentak Viona balik membuat Ellard menghela napas lalu menjauh.

"Jangan pernah memukul perutmu. Mulai sekarang kau harus menjaga perutmu dengan baik."ucap Ellard lalu kembali menuju kompor.

"Memangnya kenapa? Seperti aku sedang hamil saja."gumam Viona membuat Ellard menegang.

"Anggap saja begitu."ucap Ellard akhirnya.

"Apa kau bercanda? Aku ini masih perawan."ujar Viona membuat Ellard diam dan lanjut memasak.

Viona kembali menatap punggung sang suami. Sepertinya cara yang ia gunakan salah. Kenapa setelah berhenti pura-pura hilang ingatan, ia malah menjadi egois. Padahal jelas tujuan awalnya adalah meminta maaf dengan Ellard lalu berbaikan.

'Apa sebaiknya aku katakan saja yang sebenarnya. Aku yakin Ellard pasti akan mengerti.' batin Viona. Sungguh ia tidak suka berpura-pura seperti ini. Lebih baik langsung jelaskan saja kalau ia sudah sadar lalu meminta maaf.

"Iya begitu saja."gumam Viona. Lagipula Ellard harusnya senang jika ia sudah menyesali perbuatannya terdahulu dan berjanji tidak akan mengulanginya lagi.

Viona beranjak mendekati suaminya.

"Aku ingin bicara."ucap Viona pelan membuat Ellard berbalik.

"Ada apa?"tanya Ellard penasaran.

"Aku ingin mengatakan sesuatu dan ini sangat penting."ucap Viona.

Ellard menghela napas lalu melangkah mundur. Jangan bilang jika Viona ingin meminta cerai lagi. Ellard tidak akan mau mengambulkannya. Apalagi saat ini Viona sedang hamil anaknya.

"Kita bicara nanti saja."ucap Ellard lalu bergegas menata telur dadar di atas meja.

"Kau ini kenapa? Aku hanya ingin ber__"

"Cukup! Aku tidak ingin mendengar apapun."bentak Ellard keras lalu melepas celemek dan melangkah kembali ke kamarnya.

Viona bergegas menyusul sang suami. Apa yang terjadi dengan pria itu?

Bukk

Ellard menutup dan mengunci pintunya membuat Viona mendesah kesal.

Apa-apaan itu?

Bersambung

Menjadi Istri Yang Hilang IngatanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang