🔰Bagian 24

50.4K 3.4K 217
                                    

Aku baca-baca komen. Adem banget ya Allah. Bukan haus pujian sih, tpi serius kalau ada yang bilang suka ceritaku, bawaannya kepingin publish cerita terus wkwk.

Happy Reading!

Viona makan dengan wajah jengkel. Bagaimana tidak? Sekarang ada orang tua dan mertuanya juga. Ditambah adik suaminya yang sama sekali tidak bisa dikondisikan. Gadis itu menatap tidak suka padanya secara terang-terangan. Viona juga sadar jika Ellard terus menatap adiknya seolah menegur. Pasti Adel sudah diminta untuk tidak mengatakan apapun oleh semua orang. Karena itu ia bermain dengan tatapannya.

'Gadis itu tidak ada manis-manisnya sama sekali. Tapi aku sadar itu karena ia sangat menyayangi kakaknya.'batin Viona. Karena itu ia tidak akan melakukan apapun. Kecuali Adel bertindak diluar kendali.

"Sudah."ucap Viona lalu menggeleng saat Ellard ingin menyuapinya kembali.

"Sedikit lagi."pinta Ellard lembut.

"Tidak mau."

"Satu suap lagi."bujuk Ellard membuat Viona menatap suaminya tajam.

"Kakakku hanya memintamu untuk makan. Kenapa kamu harus melotot seperti itu."ucap Adel tajam.

"Adel!"tegur Ellard cepat lalu menatap adiknya seolah meminta Adel untuk diam.

"Aku hanya mengatakan yang kupikirkan."balas Adel membela diri.

"Sudah, sudah. Jangan bicara lagi! Kakak iparmu sedang sakit."bujuk mama Yeni lalu menarik putrinya menjauh.

Ellard menghela napas lalu menatap istrinya."Mau makan sesuatu?"tawar Ellard.

"Tidak."

Sana segera mendekati putrinya."Tapi kamu harus makan, sayang. Lima suap bubur tidak akan membuatmu cepat sembuh."bujuk Sana membuat Viona diam lalu mengangguk.

"Makan buah saja."ucap Viona membuat Ellard bergegas mengambil buah dan mengupasnya.

Viona diam-diam melirik suaminya. 'Aku ingin sekali memeluk mas Ellard. Tapi jika kulakukan tanpa alasan, itu tidak mungkin.' batin Viona lalu menghela napas. Rencana berbaikannya harus tertunda karena ia masih di rumah sakit. Mungkin jika di rumah ia bisa perlahan mendekat dengan alasan apapun.

"Mah."panggil Viona membuat Sana yang sedang sibuk merapikan peralatan makan segara mendekati putrinya.

"Ada apa, sayang?"

"Kapan aku boleh pulang?"tanya Viona. Ia sudah dirawat selama empat hari. Harusnya sudah boleh pulang meski beberapa bagian tubuhnya masih terasa sakit. Tapi bukannya dokter sudah mengatakan semua baik-baik saja dan yang ia rasakan hanya efek terjatuh.

Sana mengusap kepala putrinya."Kita tunggu arahan dari dokter ya, sayang."

"Tapi__"

"Tidak ada tapi, kamu harus sembuh total dulu baru boleh pulang."sela David lalu mendekati putrinya.

"Tapi aku sudah baik-baik saja."ucap Viona.

"Baguslah. Tapi tetap kita harus menunggu,"ucap David lalu mengecup kening putrinya."Papa dan mertuamu akan bicara di luar."

Viona mengangguk lalu menatap suaminya yang sudah selesai memotong buah.

"Mau mama yang suap?"tanya Ellard pelan.

Viona hampir tersenyum. Tapi agar tidak ketahuan ia terpaksa mengangguk.

"Biar suamimu yang suapin, mama sedang sibuk merapikan barang-barang."ucap Sana yang sekarang langsung menyibukkan dirinya.

'Untung saja mama menolak.'batin Viona lalu memasang wajah kesal saat ia disuapi.

Setelah menghabiskan buah, Viona kembali berbaring dan berpura-pura tidur. Sungguh melelahkan harus menjalani hari seperti ini. Walaupun sebenarnya Viona yang sekarang masih terlalu lunak dibanding Viona dulu yang lebih galak dan menyebalkan.

Terima kasih pada orang tuanya yang ada di sini hingga membuat Viona tidak harus bertindak kasar dan menyakiti Ellard. Viona tidak bisa bayangkan jika orang tuanya tidak ada dan ia terpaksa harus bersikap seperti dulu pada suaminya, Ellard mungkin akan kembali terluka.

Setelah beberapa menit menutup mata dan tidak mendengar suara apapun, Viona memberanikan diri untuk bangun dan mencari semua orang.

Untung saja infus sudah dilepas dari tangannya jadi Viona bisa bebas melangkah ke manapun.

"Entahlah. Aku tidak tahu harus melakukan apa."

Viona mengernyit saat samar-samar mendengar suara suaminya. Sepertinya mereka sedang bicara di luar karena itu ia segera mendekat pada pintu dan menguping.

"Meskipun tidak jelas, tapi aku bisa melihat tatapan tajam Viona pada Ellard."

Itu suara mama mertuanya.

"Tidak ada yang bisa kita lakukan sekarang. Selain menyembunyikan rahasia ini dari Viona."

Rahasia?

'Rahasia apa?' batin Viona. Apa ada yang mereka sembunyikan.

"Viona bersikap seperti ini karena ada kalian. Jika tidak ada, mungkin__"

"Tenanglah, Ellard. Pasti ada cara agar saat Viona mengetahui kehamilannya dia tidak akan berbuat nekad."

Deg

'Aku hamil?' kaget Viona lalu menutup mulutnya. Pantas saja ia dirawat begitu lama dan saat jatuh perutnya terasa sakit sekali.

Viona menyentuh perutnya lalu tersenyum manis. Ini adalah anaknya dan Ellard.

"Jika Viona tahu dan ia tidak terima maka aku terpaksa mengatakan bahwa anak itu adalah milik Raden."

Viona melotot setelah mendengar perkataan suaminya.

"Viona tidak akan menyakiti bayinya dan Raden. Setidaknya dengan begitu bayi kami akan aman."

Viona hampir saja memukul pintu. Pemikiran macam apa itu? Ia dan Raden tidak pernah melakukan apapun. Bagaimana bisa ia hamil.

"Ck! Papamu itu benar-benar jahat, nak."gumam Viona lalu kembali menuju tempat tidur.

Bersambung

Menjadi Istri Yang Hilang IngatanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang