🔰Bagian 33

50K 2.6K 84
                                    

Happy Reading!

Brakk

Adel menutup pintu kamar dengan keras lalu menguncinya. Kenapa harus ia lagi yang dimarahi. Padahal Adel hanya ingin pergi keluar sebentar.

"Ini pasti gara-gara kak Viona. Kak Ellard nggak pernah marahin aku seperti ini."gumam Adel lalu melemparkan tubuhnya ke atas tempat tidur dan mulai menangis. Bahkan bukan hanya marah, kakak yang dulu menyayanginya itu bahkan sudah pernah menamparnya dengan keras.

Dalam pikiran Adel sekarang bersarang kalau sang kakak tidak menyayanginya lagi. Padahal dulu ia adalah adik kesayangan. Apapun yang ia inginkan selalu dituruti.

"Hiks wanita itu pasti pengaruhi kak Ellard supaya benci sama aku."gumam Adel lalu membenamkan wajahnya dibantal. Ia tidak terima kakaknya direbut seperti ini.

"Arghhh"teriak Adel lalu melempar bantal yang ia gunakan ke lantai."Aku benci sama wanita itu. Aku benci!"

Deg

Viona tiba-tiba saja merasa berdebar.

"Kenapa ya?"gumam Viona lalu mengatur napas. Biasanya jika perasaannya tiba-tiba tidak enak, pasti akan terjadi sesuatu.

Ceklek

Viona segera duduk saat melihat suaminya.

Ellard menghela napas lalu menutup pintu.

"Mas tidak ke kantor?"tanya Viona. Bukannya tadi pria itu pamit mau pergi bekerja.

Ellard diam lalu berbaring menggunakan paha Viona sebagai bantalnya.

"Mas baru saja bertengkar dengan Adel."ucap Ellard jujur.

"Loh kenapa?"tanya Viona kaget. Tadi saat sarapan, anak itu tidak ada. Lalu kenapa tiba-tiba saja sudah bertengkar dengan suaminya.

Ellard mengecup perut istrinya singkat.

"Entahlah. Kamu tahu Adel kan? Ia kalau dikasih tahu, jawab terus. Mas jadi emosi."ucap Ellard. Tersirat sedikit penyesalan, Viona rasa suaminya pasti kelepasan membentak adiknya itu.

"Memang kenapa sih, mas? Adel ngomong apa sampai mas emosi."tanya Viona sembari mengusap kepala sang suami.

Ellard memejamkan mata lalu menggeleng. Awalnya dia hanya bertanya ke mana sang adik akan pergi tapi jawaban gadis itu membuat Ellard emosi. Bukannya mengatakan mau ke mana dan bersama siapa, gadis itu malah bicara macam-macam tentang Viona. Ellard tentu saja tidak bisa terima, jadilah dia membentak adiknya itu. Mungkin sekarang gadis itu sedang menangis.

Viona menghela napas. Ellard bukan tipe yang emosian pada adiknya, Viona yakin itu. Tapi jika suaminya itu emosi, maka bisa saja Adel mengatakan sesuatu tentang dirinya.

"Mas tenangkan diri dulu lalu temui Adel dan minta maaf."ucap Viona membuat Ellard mengangguk.

"Adel juga mengungkit tentang tadi malam, katanya kamu pasti mengadu. Memang apa yang terjadi, sayang?"tanya Ellard begitu mengingat perkataan adiknya tadi.

Viona berhenti mengusap kepala suaminya."Tadi malam aku duduk di ruang tamu nungguin mas beli sate. Tapi tiba-tiba saja Adel turun dan mau pergi. Katanya mau ke mall tapi aku larang, lagipula sudah malam. Jadi aku bilang, kalau tetap mau pergi harus ijin sama mas dulu. Makanya tadi malam, pintunya aku kunci."ucap Viona jujur membuat Ellard mengangguk.

"Keputusan kamu sudah benar, sayang."ucap Ellard. Dia sendiri tidak mengerti kenapa adiknya berubah seperti ini. Memang sedari dulu sangat manja tapi bukan tipe pembangkang.

"Iya. Mas sudah tenang sekarang?"tanya Viona.

Ellard mengangguk lalu segera bangun setelah melayangkan satu kecupan di perut istrinya."Kamu lanjut istirahat, mas akan ke atas dan minta maaf dengan Adel."

Viona tersenyum."Ingat! Jangan emosi lagi."pesan Viona.

"Iya, sayang."

Cupp

Ellard mengecup bibir istrinya lalu turun dari tempat tidur."Mas akan langsung ke kantor setelah menemui Adel."ucap Ellard.

"Iya. Hati-hati, mas."ucap Viona.

Sedang di kamar atas, Adel sedang bicara dengan seseorang.

"Hamil?"

"Iya dan karena wanita itu sedang hamil, kak Ellard selalu memanjakannya dan menjadi lebih sering membentakku."

"Bukannya sudah kubilang kalau kakakku itu sangat manipulatif. Lihat saja nanti, ia pasti akan membuatmu semakin dibenci oleh kak Ellard."

Adel melotot. Ia tidak mau itu terjadi.

"Apa yang harus aku lakukan?"tanya Adel cemas.

"Begini saja, kau harus berpura-pura baik dengan kak Viona agar kak Ellard tidak memarahimu lagi."

"Aku tidak mau."tolak Adel cepat.

"Harus mau. Setelah kau mendapat kepercayaan dari kak Viona dan kak Ellard, baru kita bertemu."

Adel diam berpikir.

"Bertemu untuk apa?"

"Kamu akan tahu nanti. Tapi sekarang lakukan seperti yang kukatakan. Jangan sampai kak Ellard semakin membencimu."

Adel mengangguk."Baiklah."

"Bagus. Kita bertemu dua hari lagi. Nanti aku smsin tempatnya."

"Oke."

Tutt

Tok tok

Ceklek

"Adel."panggil Ellard lalu melangkah memasuki kamar adiknya.

"Kak Ellard mau apa ke sini?"tanya Adel marah.

"Kakak mau minta maaf,"ucap Ellard membuat Adel diam."Maaf karena tadi kakak kelepasan bentak kamu."

"Dulu kakak tidak pernah begitu ke Adel. Kakak nggak sayang lagi sama Adel."ucap Adel lemah.

"Kakak minta maaf."ucap Ellard lalu memeluk tubuh sang adik.

Adel membalas pelukan sang kakak. Seperti kata Mia. Ia harus berpura-pura baik agar kak Ellard tidak semakin membencinya.

"Adel juga minta maaf, kak."ucap Adel membuat Ellard tersenyum.

Bersambung

Menjadi Istri Yang Hilang IngatanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang