ORANG-ORANG PILIHAN

205 43 198
                                    

HAI SEMUANYA👋👋👋

Gimana kabar kalian hari ini???
*
*
*
Semoga selalu diberikan kesehatan dan kebahagiaan ya🤗🤗🤗
*
*
*
Ini adalah bab kedua dari 'Bila Hujan'. Oh iya, diusahakan untuk FOLLOW akun wattpad penulis ya biar kalian nggak ketinggalan update-an terbaru😉😉😉
*
*
*
Jangan lupa VOTE dan COMMENT sebanyak-banyaknya ya, kalau bisa per paragraf kalian comment in deh biar aku tambah semangat nulisnya.... Okay?☺️☺️☺️
*
*
*


“Kamu siapa sih?! Kamu nggak punya hak menghalangi aku untuk pulang!”

“Justru itu aku ingin mempermudah jalanmu untuk pulang. Jadi berikan alasanmu.”

“Nggak!!”

“Seberat apa alasanmu hingga kamu tak mau memberitahunya?”

“Seberat ketika aku masih hidup di dunia ini!”

Aydan terdiam. Ia tahu jawaban yang keluar dari mulut Mesha bukan lah ucapan tanpa arti, namun ada sesuatu yang dalam dan keruh di sana. Bukan sekedar ucapan perih, tapi ada sesuatu yang tersembunyi dan terus menyakiti. Entah apa itu, tapi yang pasti seperti ada lelah di sana, ada luka juga, yang entah darimana asalnya itu datang.

Mata Mesha sudah tidak kuat lagi menahan air mata yang akan jatuh, namun ia pertahankan agar tidak terlihat lemah di depan laki-laki egois yang berada di hadapannya. Pikiran Mesha saat ini hanya tertuju pada satu orang. Satu orang yang kini sangat ia khawatirkan.

Tak terasa air mata mengalir dari matanya.

“Aku mohon kak... Aku harus pulang...” Lirih Mesha.

Entah mengapa Aydan langsung melepaskan tangan Mesha dari tangannya. Aydan menatap Mesha lekat. Entah mengapa lubuk hatinya yang paling dalam mengatakan bahwa dia harus melakukan dan menuruti kemauan perempuan yang memohon padanya itu.

Mesha sangat lega karena laki-laki itu mau melepaskan tangannya. Mesha berdiri cepat dan beranjak dari sana tanpa melihat Aydan sama sekali. Sedangkan Aydan yang melihat langkah Mesha yang tergesa itu sangat penasaran mengapa Mesha setakut itu. Aydan mengikuti Mesha dari belakang.

Kaki kiri Mesha terlihat gemetar. Pandangannya untuk menanti bis yang ia tunggu masih belum juga terlihat, membuat hati Mesha semakin tak karuan.

Ah, kenapa bisnya bisa selama ini? Ini semua gara-gara laki-laki tadi! Aku tidak akan memaafkan diriku sendiri jika terjadi apa-apa dengan kak Tara.

Sudah setengah jam masih belum juga ada bis yang lewat, membuat Mesha semakin gelisah akan keadaan ini. Mesha berlari dari halte ke arah jalan pulang. Ia sudah tidak tahan harus menunggu bis, karena ada sesuatu yang amat ia khawatirkan kali ini.

Mesha tidak pernah pulang terlambat ke rumah, karena keterlambatannya akan membuahkan sebuah peristiwa buruk yang terjadi pada kakaknya.

Jam setengah empat sore. Waktu itulah yang harus selalu ditepati oleh Mesha. Menjanjikan sang kakak untuk pulang tepat pada jam itu, dan Tara pasti tidak mau mendengar penjelasan atau hanya sekadar kompromi dari sang adik.

Kenapa dia berlari? Kenapa dia tidak menunggu bis saja untuk pulang? Gumam seseorang yang tak lain adalah Aydan yang berada berjarak agak jauh dari Mesha agar tidak terdeteksi kehadirannya.

Napas Mesha tersegal-sengal. Ia tidak perah berlari secepat dan sepanjang ini, namun rasa khawatirnya melebihi kemampuannya dalam berlari.

Kakak, tunggu Mesha... Tunggu Mesha sampai di rumah kak, jangan lakuin apa-apa...

Bila HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang