HAI SEMUANYA👋👋👋
*
*
*
Gimana kabar kalian hari ini???
*
*
*
Jangan lupa FOLLOW, VOTE dan COMMENT sebanyak-banyaknya ya, kalau bisa per paragraf kalian comment in deh biar aku tambah semangat nulisnya.... Okay?☺️☺️☺️
*
*
*
Oh iya, kalian penasaran nggak sama Role Player cerita ini???
Yang penasaran comment ya...
*
*
*Bis berhenti, menyisakan tiga manusia yang kini berdiri di pinggir jalan, menunggu sang sopir memberikan kembalian. Mesha, Aydan, dan ibu satu lagi berjalan menuju pasar di depan mereka. Ibu itu pamit pada Aydan dan Mesha.
"Ibu permisi dulu ya, mau belanja."
"Iya Bu, have a nice day!"
Mesha masih bingung dengan apa yang dilihatnya. Ia tidak mengerti mengapa laki-laki di sampingnya bisa terlihat akrab dengan ibu-ibu itu. Mesha melihat ibu itu tersenyum kebingungan mendengar apa yang Aydan ucapkan.
Mesha masuk ke dalam pasar, dan tentu saja diikuti oleh prajurit kehormatannya itu. Sesekali Mesha harus mengangkat kakinya karena jalan di pasar lumayan becek karena hujan semalam. Mesha menghentikan langkahnya di depan ibu penjual sayur langganannya.
"Bu Ni,"
"Neng Mesha! Mau beli sayur apa, Neng? Udah habis stok sayuran di rumah?"
"Iya, Bu. Kak Tara lagi doyan makan soalnya,"
"Wah kalau gitu Neng Mesha nya bakal rutin ke kios ibu nih," ujar Bu Ni tertawa kecil, matanya kemudian beralih pada seorang laki-laki di belakang Mesha. "Itu siapa Neng yang di belakang?"
Mesha menolehkan badannya, Aydan tersenyum pada Bu Ni. "Ini temen saya Bu,"
Bu Ni mencoel lengan Mesha, "Temen apa temen?"
"Apaan sih Bu Ni. Temen, Bu..."
"Iya iya, jadi beli apa, Neng?"
"Sayur kol nya dua ya Bu,"
"Siap."
"Berapa Bu?"
"Enam ribu, Neng."
Mesha berpamitan pada Bu Ni dan melanjutkan perjalanannya menyusuri sudut pasar dengan tenang.
"Jalannya becek, Sha..." gumam Aydan yang sedikit tidak nyaman karena jalanan pasar yang becek, ditambah lagi bau pasar yang tidak sedap membuat Aydan harus menutup hidungnya rapat-rapat.
"Memangnya kamu sering ke pasar, Sha?"
"Iya. Beli kebutuhan dapur. Memangnya kamu nggak pernah?"
Aydan terdiam, ia bahkan tidak pernah sekali pun pergi ke pasar, kecuali pembantu di rumahnya yang setiap hari ke sini."Kelihatannya gimana?"
"Di lihat dari sepeda kayuhmu itu sih, kamu sudah sering ke pasar."
Aydan tersenyum, ia lebih menyukai Mesha yang mengenal dirinya sebagai manusia biasa tanpa sebuah kelebihan apa pun. Menjadi manusia paling sederhana di depannya adalah sebuah anugrah, karena dengan begitu ia akan menganggap Tuhan adil, karena memberikannya manusia yang sama, tidak ada berat sebelah, bahkan lebih rendah.
Mesha keluar pasar. Ia membuka tangannya sedikit. Tersisa lima ribu rupiah setelah membeli ayam. Ia menengok ke belakang, melihat Aydan yang lelah dengan keringat yang mengucur di wajahnya, sedangkan yang dilihat tersenyum lebar.
"Tunggu sini." ucap Mesha, kemudian memberikan kresek hitam pada Aydan untuk dibawakan.
"Sha, mau kemana? Aku jangan ditinggal!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Bila Hujan
Fiksi Remaja"Alam raya tidak akan membiarkannya menjadi sebatang bunga yang kuncup di musim panas. Tidak. Selama aku masih berada di sisinya" Aydan Balin Pratama~ "Takdir terlalu bermain-main denganku hingga tidak ada kata bahagia dalam kampus hidupku" Ara Mesh...