KITA TIDAK DICIPTAKAN UNTUK MENYENANGKAN HATI ORANG

168 39 27
                                    

HAI SEMUANYA👋👋👋

*

*
*
Gimana kabar kalian hari ini???
*
*
*
Oh iya, bab selanjutnya aku bakalan spill Role Player cerita ini ya... Kalian siappp???
*
*
*
Jangan lupa VOTE dan COMMENT sebanyak-banyaknya ya, kalau bisa per paragraf kalian comment in deh biar aku tambah semangat nulisnya.... Okay?☺️☺️☺️
*
*
*

       "Sha! Sha!”

       Aydan mencoba memanggil Mesha sembari menepuk-nepuk pipinya pelan. Mesha mulai merasakan gerakan pada tubuhnya, matanya mulai terbuka, dan ia melihat seseorang yang berhasil menolongnya di saat yang tepat.

       “Aydan!” teriak Mesha yang langsung memeluk Aydan kuat dan erat. Air mata jatuh dengan derasnya di mata Mesha, ia sungguh tidak bisa berkata apa-apa lagi. Mimpi buruknya itu kembali datang, bahkan di sore yang panas ini.

       “Aku... Aku takut... Aku takut...”

       “Kamu kenapa, Sha?! Kamu mimpi? Mimpi apa yang membuatmu seperti ini?” kaget Aydan yang melihat Mesha menangis sesenggukan di pelukannya.

       “Dia datang... dia datang lagi, Dan... Dia datang....” lirih Mesha.

       “Siapa? Siapa, Sha? Siapa yang datang?”

       Mesha menangis dengan kerasnya, padahal itu hanya sebuah mimpi, namun mimpi itu membuat Mesha ketakutan, sangat ketakutan.

       Hampir lima belas menit Mesha berada dalam pelukan Aydan. Ia masih trauma dengan mimpi buruk yang selalu datang tak kenal waktu itu. Sekali menutup mata, wajah manusia yang paling ia benci terus-menerus meminta untuk bertandang ke mimpinya. Mesha jadi malu sendiri karena ia sudah terlalu lama dipelukan Aydan, apalagi ia merasa bahwa saat ini ia sedang menjadi tontonan orang-orang di kedai itu. Sedangkan Aydan hanya bisa diam, membiarkan Mesha menenangkan diri terlebih dahulu.

       Mesha berusaha menahan tangisnya dan mengusap air mata yang tersisa. Perlahan ia melepaskan pelukannya dan tidak berani menatap Aydan sama sekali.

       “Kamu udah nggak papa, Sha?”

       “Maaf,”

       “Apa yang terjadi, Sha?”

       “Aku mimpi. Mimpi buruk.”

       “Mimpi? Kamu mimpi apa hingga kamu nangis seperti ini?”

       Mesha berusaha kuat, ia menatap Aydan yang terlihat sangat khawatir di sana.

       “Aku mimpi dia datang, dan aku... aku takut. Perlahan aku mundur ketika dia mendekatiku, hingga aku lupa bahwa aku sedang berdiri di atas sebuah batu yang di bawahnya adalah air yang sangat dalam. Aku jatuh dan tenggelam. Tidak ada yang bisa aku lakukan, aku pikir aku akan mati. Tapi Tuhan membiarkanku tetap hidup dengan kamu membangunkanku.”

       Aydan masih tidak mengerti dengan siapa yang dimaksud Mesha padanya.

       “Dia siapa, Sha?” tanya Aydan yang kebingungan.

Bila HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang