HAI SEMUANYA👋👋👋
*
*
*
Gimana kabar kalian hari ini???
*
*
*
Jangan lupa VOTE dan COMMENT sebanyak-banyaknya ya, kalau bisa per paragraf kalian comment in deh biar aku tambah semangat nulisnya.... Okay?☺️☺️☺️
*
*
*
Mesha masih terperanga di hadapan Aydan. Ia tidak tahu jika dirinya bisa tidur selama itu tadi, padahal ia pikir bahwa tadi hanya tidur selama satu menit saja.“Jangan bohong!” ketus Mesha yang masih tidak percaya.
“Ngapain aku bohong, Sha? Lihat nih,” sahut Aydan menunjukkan jam tangannya pada Mesha. Dan benar, Mesha tidur selama satu jam lamanya.
“Bener, kan?”
“Kenapa nggak bangunin aku dari tadi?!”
“Mana bisa aku bangunin kamu yang tidur pulas kayak gitu, Sha.”
Mesha langsung melenggang pergi meninggalkan Aydan begitu saja. Langkah kaki yang sudah tidak beraturan karena keterlambatannya masuk ke kelas membuatnya sesekali hampir terjatuh. Mesha yakin, secepat apapun ia berjalan, pada akhirnya guru yang saat ini mengajar pasti akan memberikan hukuman yang ganas.
Langkah Mesha terhenti. Mendadak perutnya menjadi mulas sendiri. Matanya menatap pintu kelas yang kini sudah tertutup rapat. Mesha menghembuskan napas panjang, meyakinkan dirinya bahwa Tuhan pasti akan menolongnya saat ini. Tangan Mesha bergerak, mulai mendorong pintu kelas.
“Permisi,”
Semua mata tertuju pada satu orang, yakni Mesha. Sedangkan Mesha hanya bisa berdiri mematung, melihat Bu Parni dengan hiasan lipstik merah menyala menatap ke arahnya. Mesha meneguk ludahnya dengan susah payah, seperti akan ada semburan lava panas yang menghujam ke arahnya.
“Bagus. Baru datang. Sudah satu jam.” ujar Bu Parni berjalan menghampiri Mesha.
Mesha diam, entah alasan apa yang akan ia ucapkan, karena saat ini alasan apapun pasti tidak akan bisa membujuk seorang yang bernama Bu Parni.
“Maaf Bu, saya—”
“Saya apa?! Saya telat?! Dari mana saja kamu?!”
Mesha diam, masih bingung dengan apa yang akan diucapkannya saat ini.
“Kenapa nggak bisa jawab?! Sekarang kamu harus—”“Sha,”
Sebuah panggilan yang sudah tidak asing lagi bagi Mesha terdengar di belakangnya. Mesha membalikkan badan dan hanya menatap Aydan kebingungan.
“Siapa kamu? Anak kelas dua belas ngapain di sini?” tanya Bu Parni tegas.
Aydan tersenyum tenang dan menyalami Bu Parni sopan.
“Sebelumnya saya minta maaf karena tidak meminta izin terlebih dahulu pada Bu Parni. Jadi, tadi Pak Rizal menyuruh saya untuk membantu merekap hasil belajar siswa-siswi SMA BAGASKARA, dan saya disuruh untuk mengajak satu siswa lagi, jadi saya minta Mesha untuk ikut saya membantu Pak Rizal di ruang kepala sekolah, Bu.” ujar Aydan dengan tenangnya.
Mesha hanya bisa kebingungan, mengapa Aydan mengatakan hal itu kepada Bu Parni.
“Apa itu benar, Mesha?” tanya Bu Parni pada Mesha.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bila Hujan
Teen Fiction"Alam raya tidak akan membiarkannya menjadi sebatang bunga yang kuncup di musim panas. Tidak. Selama aku masih berada di sisinya" Aydan Balin Pratama~ "Takdir terlalu bermain-main denganku hingga tidak ada kata bahagia dalam kampus hidupku" Ara Mesh...