Cinta bukan hanya sekedar kata-kata. Cinta bukan hanya tentang dua manusia yang saling bertemu dengan rasa yang sama. Cinta adalah sebuah pengorbanan. Mengorbankan cinta kita demi kebahagiaan orang dicintai. Itu lah makna cinta menurut orang-orang yang pernah kutemui.
Sama halnya dengan apa yang dia lakukan saat ini. Dia yang mulai mengorbankan perasaannya demi wanita yang dicintainya. Dia yang mulai menjauh untuk melindungi cintanya. Dia yang kini hanya bisa diam dan merenung menanti takdir yang tidak tahu bagaimana ujungnya.
Mesha mengambil duduk di pinggir jendela bis kota. Ia sangat menyukai tempat itu karena bisa melihat bagaimana orang-orang yang sibuk dengan urusan mereka masing-masing. Seperti biasa, Mesha hanya diam dan duduk memandangi kemacetan Jakarta di pagi hari. Tidak ada yang bisa dilakukan kecuali duduk dan diam.
“Boleh duduk di sini?”
Suara seseorang membuat Mesha menoleh, menampakkan laki-laki berkaca-mata yang kemarin malam menolongnya.
“Ini bis umum, jadi tempat duduk ini juga untuk umum.” Sahut Mesha dan kembali menatap keluar jendela.
Rosi tersenyum dan langsung duduk di kursi kosong di samping Mesha.
“Gue Rosi.” ucap Rosi tiba-tiba.
“Udah tahu.” jawab Mesha tanpa mengalihkan pandangannya dari jalanan.
“Lo nggak papa? Nggak ada yang luka, kan?”
Kini Mesha memilih mengalihkan pandangannya pada Rosi, ada sesuatu yang harus ditanyakan pada laki-laki berkaca-mata itu.
“Kenapa bisa tahu tentang gue?” tanya Mesha.
“Karena itu tugas gue.”
“Lo ngikutin gue? Lo mau ngelakuin hal jahat, kan?”
Rosi tertawa kecil, “Hal jahat apa sih, Sha? Gue malah nolongin Lo semalem.”
“Terus kenapa bisa tahu tentang gue?”
“Karena itu tugas gue.”
“Tugas apa?”
“Melindungi Lo.”
Mesha terdiam. Mulutnya terbungkam unntuk beberapa saat, memikirkan kalimat yang barusan keluar dari mulut Rosi.
“Gue nggak butuh orang untuk melindungi gue. Lagian siapa Lo yang seenaknya bilang begitu?”
“Jangan gitu dong, Sha. Hari ini Lo nggak boleh marah-marah, karena Lo lagi ulang tahun.”
“Bagaimana bisa Lo tahu—”
“Pak, kiri!!”
Belum sempat Mesha bertanya, Rosi sudah menghentikan bis tepat di depan SMA BAGASKARA. Mesha pun ikut turun dari bis, sedangkan Rosi hanya bisa melihat raut wajah Mesha yang terlihat begitu kesal.
Mesha memilih untuk tidak berurusan dengan laki-laki bernama Rosi itu dan berjalan menuju kelasnya. Dia sudah tidak menggubris Rosi yang ia yakini mengikutinya dari belakang. Dalam benaknya ia hanya curiga bahwa Rosi akan melakukan hal-hal jahat padanya. Bagaimana tidak? Dia mengetahui segala tentang Mesha dan kali ini dia tahu bahwa hari ini adalah hari ulang tahun Mesha, padahal jika tidak diberi tahu tadi, maka Mesha akan lupa jika hari ini adalah hari ulang tahunnya.
*
Langkah Mesha berhenti tepat di depan meja. Ada pemandangan aneh yang dilihat Mesha kali ini. Ia melihat sesuatu yang berbeda, bukan hanya tumpukan amplop yang berisi pertentangan akan dirinya, namun setangkai bunga gardenia berwarna putih ikut andil di atas tumpukan amplop di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bila Hujan
Teen Fiction"Alam raya tidak akan membiarkannya menjadi sebatang bunga yang kuncup di musim panas. Tidak. Selama aku masih berada di sisinya" Aydan Balin Pratama~ "Takdir terlalu bermain-main denganku hingga tidak ada kata bahagia dalam kampus hidupku" Ara Mesh...