SWEET SEVENTEEN

70 20 12
                                    

DON'T FORGET VOTE AND COMMENT GUYSS💜💜💜💜
*
*
*

Mesha memasuki toko buku yang diinginkannya tadi. Ia melihat banyak buku yang tersusun rapi di atas rak. Mesha sangat antusias melihatnya, ia berjalan menghampiri buku-buku di sana, diikuti Rosi yang sesekali tertawa kecil melihat betapa antusiasnya Mesha melihat banyaknya buku yang terpajang.

Mesha mengambil satu buku yang berjudul ‘Harimau-harimau’ karya Ahmad Tohari. Memandanginya lekat, membolak-balikkan buku tersebut beberapa kali.

“Suka baca buku, Sha?” tanya Rosi sembari melihat buku-buku yang berjejer rapi di sampingnya.

“Suka.”

“Kamu mau beli buku itu?”

Mesha melihat buku yang dipegangnya. “Iya.”

Mesha kembali melihat satu per satu buku di depannya, kembali memilih buku yang selama ini ia cari.

“Nah, ini dia.”

Akhirnya Mesha menemukan buku yang ia cari-cari. Rosi mendekati Mesha dan membaca judul buku yang dibawa Mesha.

“Rumah kaca?”

“Iya. Karya Pramoedya Ananta Toer.”

“Sudah? Itu saja?”

Mesha menggelengkan kepalanya, “Belum. Aku masih mau mencari dua buku lagi.”

“Kok banyak banget, Sha?” heran Rosi.

“Iya. Yang dua lagi buat kado ulang tahun.”

“Siapa yang berulang tahun?”

“Ada. Temen aku.”

Mesha kembali memilih dua buku karya Pramoedya Ananta Toer yang menjadi idolanya itu.

Setelah memilih keempat buku, Mesha langsung menuju kasir untuk membayar. Rosi hanya menunggu Mesha dari kejauhan, sembari melihat-lihat kembali buku di sana.

*

Rosi dan Mesha keluar dari mall dan beranjak pulang. Jalanan siang ini lumayan lengah, dan Mesha sangat bersyukur akan hal itu. Ia bisa merasakan angin yang menerpa wajahnya. Andai saja angin bisa membawa beban hidupku pergi, maka aku akan senang. Batinnya.

“Rosi berhenti!” ujar Mesha sembari menepuk-nepuk punggung Rosi keras.

Rosi melipirkan sepedanya ke pinggir jalan, membuka helmnya dan bertanya, “Ada apa, Sha?”

Mesha segera turun dari sepeda motor Rosi dengan membawa kresek yang berisi makanan yang Rosi beli di mall tadi.

“Bentar, tunggu sini.”

“Eh, kamu mau kemana?!” teriak Rosi yang kebingungan ketika Mesha berlari meninggalkan dirinya.

Mesha mendekati seorang anak kecil yang sedang mengais-ngais sampah di pinggir jalan. Terlihat anak dengan pakaiannya yang kumal, tanpa memakai alas kaki untuk melindungi kakinya.

“Permisi, Dik...”

Sang anak menoleh, melihat Mesha yang tersenyum padanya.

Mesha menyodorkan kresek pada anak di depannya. “Ini kakak punya makanan buat kamu. Kamu mau, kan?”

Anak kecil itu terdiam, ia masih tidak percaya. “Be... Beneran, kak?!” kaget anak itu.

Mesha tersenyum kecil, mengelus rambut anak itu. “Iya, kakak beneran. Kamu makan ya...”

Anak itu langsung mnerima makanan yang diberikan Mesha padanya. Ia terlihat sangat bahagia. “Terimakasih, kak.”

“Iya, sama-sama. Sandal kamu mana? Kenapa nggak pakai sandal?” tanya Mesha yang melihat anak kecil itu tidak memakai sandal..

Bila HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang