MENGIRIM SEORANG BALIN

130 23 3
                                    

HALLO SEMUANYA 👋👋👋
*
*
*
USAHAKAN SEBELUM BACA FOLLOW DULU YA🤗🤗🤗
*
*
*
HAPPY READING💜💜💜
*
*
*

“Besok kita akan makan malam bersama dengan Raya dan orang tuanya, jadi persiapkan dengan baik.”

Kalimat yang baru keluar dari mulut sang papa membuat Aydan menghentikan sendok yang hendak masuk ke dalam mulutnya. Aydan menaruh sendok itu, menatap sang papa yang tengah mengunyah makanan.

Tahu anaknya sedang menatapnya, Pak Pratama ikut menghentikan aktivitasnya dan balik menatap putra tunggalnya itu dengan lekat.

“Kenapa? Mau menolak?” ujar Pak Pratama.

“Raya cuma sahabatku, Pa.”

“Lalu kenapa?”

“Aku tidak mau perjodohan itu terjadi, karena aku—”

“Aku apa? Kamu masih mengejar perempuan sakit jiwa itu? Iya?”

Brakk...

Gebrakan meja terdengar di tengah keheningan makan malam. Aydan marah mendengar sang papa berkata seenaknya tentang Mesha. Aydan tidak menyukai hal itu.

“Pa! Papa boleh marah padaku sekeras-kerasnya, tapi jangan mengatakan bahwa Mesha adalah perempuan seperti itu!”

“Kenapa? Memang kenyataannya seperti itu, kan?”

Aydan diam. Dia sudah tidak memiliki banyak tenaga untuk beradu argumen di tengah makan malam ini. Aydan menoleh, melihat sang mama yang terlihat gugup di sampingnya. Ia tahu, bahwa sang mama sebenarnya tidak menyetujui perihal suaminya yang hendak menjodohkan anaknya dengan Raya, karena sang mama tahu bahwa anaknya memiliki hak untuk mencintai wanita yang dicintainya, tapi ia juga tidak mau melawan apa yang menjadi keputusan sang suami.

Aydan berdiri dan langsung pergi meninggalkan meja makan kala itu juga. Selera makan malamnya telah hilang setelah sang papa merusak semuanya.

*

Aydan duduk di balkon rumahnya. Tatapannya kosong. Bintang-bintang sudah tidak dihiraukan lagi keberadaannya. Angin yang sesekali menyapa pun tidak digubrisnya.

Aydan tidak marah pada sang papa, ia hanya kecewa melihat sang papa dengan mudahnya mengatakan hal buruk tentang Mesha di hadapannya, padahal sang papa tidak tahu siapa Mesha sebenarnya.

“Jangan lama-lama di luar, Nak. Nanti masuk angin.”

Aydan menghentikan lamunannya, menoleh ke samping, melihat sang mama yang kini ikut duduk di sampingnya.

“Mama?”

Bu Sina tersenyum kecil pada Aydan.

“Mama juga pernah muda seperti kamu. Hal seperti ini sudah biasa terjadi.”

“Setiap manusia punya hati, Ma. Dan apa gunanya ada hati kalau tidak memakai memakainya?”

“Papa sangat sayang sama kamu, dia melakukan itu untuk masa depan kamu.”

“Bukan untuk aku, Ma. Tapi untuk papa sendiri.”

“Mama jadi penasaran deh, seperti apa sih perempuan yang kamu sukai itu? Pasti dia cantik ya, sampai buat anak mama jatuh cinta kayak gini?”

Bila HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang