KEHADIRANNYA ADALAH ANGIN SEJUK

129 22 4
                                    

HAPPY READING💜💜💜
*
*
*
USAHAKAN FOLLOW DULU SEBELUM BACA YA DAN JANGAN LUPA VOTE SAMA COMMENT👌👌👌
*
*
*

Raya tidak lagi melihat punggung Aydan yang pergi meninggalkannya begitu saja. Ia begitu geram, mengepalkan tangannya begitu kuat.

“Lihat saja Aydan, aku janji, tidak lama lagi perempuan itu akan merasakan apa yang aku rasakan.”

Raya turun dari rooftop. Melihat Raya yang hanya berjalan sendiri, membuat Pak Pratama bingung dan bertanya, “Kemana Aydan?”

Dan Raya menjawab dengan air mata palsunya. “A... Aydan ninggalin saya begitu saja, om, dia marah dan langsung pergi ninggalin saya...”

Pak Pratama yang mendengar itu langsung memuncak amarahnya.

“Maksud kamu?”

“Saya yakin Aydan ke rumah perempuan itu, om...”

“Kamu yang tenang ya, om pasti akan kasih pelajaran sama Aydan.”

*

“Mas, nggak jadi turun?” ujar tukang ojek yang ditunggangi Aydan.

“Nggak Mas, saya cuma mau lihat dari sini saja...”

“Itu pacarnya, Mas? Kok nggak ikut ngerayain ulang tahunnya?”

“Bukan pacar Mas, tapi saya cinta sama dia.”

“Ya, kalau cinta, segera diungkapkan Mas,”

“Sudah Mas, tapi dia masih belum yakin dan percaya.”

“Ngapain Mas pake jas bagus kayak gitu tapi nggak mau masuk. Percuma.”

Aydan tertawa kecil. “Terus, gimana dong Mas? Kasih saran dong.”

“Kalau saran saya sih, Mas sekarang turun, dan ngasih ucapan langsung sama mbaknya.”

Aydan diam, ia masih merenungkan apakah yang dikatakan mas-mas tukang ojek itu bagus untuk ia lakukan.

“Harus gitu ya, Mas?”

“Iya, Mas. Itu namanya gentle gen.”

Aydan tertawa, “Gentle gen? Gentle man, Mas.”

“Oh iya itu maksudnya. Gentle man.”

*

Bagaikan keluarga bahagia yang sedang merayakan hari ulang tahun anak mereka. Ya, seperti itulah yang sedang dirasakan Mesha saat ini. Paman dan bibinya adalah orang tua bagi Mesha. Paman Seno membuka kue ulang tahun yang cukup besar, kemudian menyalakan lilin di tengahnya.

“Tara mana, Sha?” tanya Bi Lastri yang tidak melihat Tara sama sekali.

“Oh, kak Tara lagi tidur, Bi. Kasihan kalau dibangunin.” sahut Mesha.

“Ya udah, kalau begitu jangan dibangunin.”

“Sekarang kamu tiup lilin ya,” ujar sang paman, membawa kue ulang tahun di tangannya.

Bila HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang