NEW PART🥳🥳🥳🥳
*
*
*
JANGAN LUPA VOTE DAN COMMENT YA💜💜💜
*
*
*Seperti surat dan perangkonya, Raya tidak mau terpisah sedetik pun dari Aydan. Seperti halnya saat ini. Aydan yang tidak mau diajak makan di kantin harus bersabar mendengar ocehan-ocehan Raya yang tak kunjung henti.
“Aydan, ayo ke kantin...” pinta Raya untuk kesekian kalinya.
“Gak.”
“Oh, kamu nggak mau? Oke... Nggak papa... Tapi, jangan salahkan aku kalau papa kamu akan marah.”
Aydan menoleh. Menatap sinis pada Raya, sedangkan Raya malah tersenyum kecil penuh dengan menantang.
“Bagaimana?”
Aydan berdiri. Berjalan keluar dari kantin. Diikuti Raya yang berusaha mengejarnya. Ya, jika sudah menyangkut papanya, maka Aydan akan harus menuruti semua yang dikatakan Raya. Jika tidak, maka Aydan akan menerima konsekuensi yang tidak terduga nantinya.
“Aydan, tunggu!”
Aydan tidak menggubris Raya dan terus berjalan menuju kantin. Raya menghentikan langkahnya. Ia tidak mau Aydan bersikap semaunya.
“Kalau kamu nggak berhenti, aku akan bilang pada—”
Mulut Raya bungkam. Ia melihat Aydan yang membalikkan badannya dan berjalan ke arahnya, dan Raya hanya bisa tersenyum bahagia melihatnya.
Aydan berada di depan Raya tepat.
“Makasih ya udah nungguin aku.” ucap Raya.Aydan dan Raya berjalan beriringan menuju kantin. Banyak pasang mata yang melihat mereka dengan penuh penasaran. Apalagi, Raya yang kini sedang menggandeng tangan Aydan bak sepasang keksaih yang tak mau dipisahkan. Kedatangan Aydan di sekolah barunya pun sudah menggemparkan seantero sekolah karena ketampanan yang dimilikinya.
Sayangnya, Raya yang memperkenalkan Aydan sebagai kekasihnya di depan teman-temannya, membuat semua siswa hanya bisa memandang penuh dengan kekecewaan.
Raya memilih kursi duduk yang berada di tengah-tengah kantin. Raya ingin dirinya dan Aydan menjadi sentra pembicaraan dan penglihatan teman-temannya saat ini.
“Aydan mau makan apa?” tanya Raya.
“Aku nggak laper.”
“Tapi kamu harus makan...”
“Udah aku bilang, kan? Aku nggak laper. Udah, kamu pesen makanan saja. Aku mau ke kelas dengan cepat.”
“Kenapa? Kenapa kamu nggak mau makan?”
“Kalo kamu terus ngoceh, aku balik ke kelas sekarang.”
“Iya.. Iya... Aku pesen makanannya sekarang.”
Raya menatap Aydan kesal. Ia tahu, bahwa sekeras apapun usahanya untuk mengubah perasaan Aydan tidak akan pernah mudah. Ia tahu bagaimana Aydan. Jika ada sebuah keputusan yang sudah diambilnya, maka tidak ada yang bisa mengubahnya.
*
Mesha duduk di halte depan sekolahnya. Ada tiga siswa lainnya yang juga ikut menunggu bis dengannya. Headset sudah sedari tadi terpasang di telinganya. Berusaha melupakan semua perkataan Rosi yang membuatnya kehabisan tenaga.
Kali ini cuaca sedang berteman dengan Mesha. Tidak ada mendung, apalagi air hujan yang selalu bisa membuat bajunya basah.Kepala yang tertunduk melihat sebuah bayangan tepat di depannya. Mesha mendongakkan wajahnya. Ia sedikit terkejut dengan kehadiran perempuan yang tadi malam berhasil membuatnya tenggelam di kolam.
Mesha berdiri dan hendak pergi, namun tangan perempuan itu menahannya kuat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bila Hujan
Teen Fiction"Alam raya tidak akan membiarkannya menjadi sebatang bunga yang kuncup di musim panas. Tidak. Selama aku masih berada di sisinya" Aydan Balin Pratama~ "Takdir terlalu bermain-main denganku hingga tidak ada kata bahagia dalam kampus hidupku" Ara Mesh...