20. pahitnya hidup.

358 8 0
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Kastara memberhentikan mobilnya di teras rumah, ia menarik niscala masuk kedalam rumah sungguh ia marah, kesal, benci, kecewa jadi satu ia takut entah apa yang dirinya takuti.

Niscala perempuan itu terus menangis ketakutan melihat suaminya marah besar, niscala tidak tahu harus menjelaskan apa lagi kalau dirinya memang tidak terlalu kenal dengan ustadz abu ataupun pria lain.

"Jawab jujur dulu kamu memiliki hubungan dengan pria itu kan?, sampai dia berani lamar kamu di depan gue suaminya lo" Tanya kastara marah.

"Hiks aku sudah jujur kalau aku tidak----"

"JAWAB JUJUR NISCALA NAZALEA PUTRI, GUE ENGGAK BUTUH JAWABAN KEBOHONGAN LO. GUE MAU LO JUJUR SAMA GUE HANYA ITU" Bentak kastara mendorongku tubuh niscala ke kasur mending tubuh tubuh niscala. "Jawab jujur atau gue kasar sama lo" Ancam kastara tak main-main.

Niscala berusaha melepaskan dirinya dari kastara. "Hiks aku jujur aku tidak tau soal perjodohan itu, ak-----"

"TERUS KENAPA COWOK ITU BERANI DATANG KE RUMAH ABI SAMBIL BAWA KEDUA ORANG TUANYA HAH?" Bentak kastara.

Niscala menggeleng. "Aku tidak tau kak aku benar-benar tidak tau hiks" Isak niscala.

Kastara menarik jilbab niscala mencium leher niscala kasar meninggalkan bercak merah di sana, bahkan satu leher sampai dada penuh dengan tanda merah. "Kawab gue niscala" Lieih kastara mengatur emosinya.

Niscala perempuan itu semakin menangis ketakutan. "Hiks aku benar-benar tidak tau kak, selama ini aku di Cairo aku pesantren di sana, kuliah di sana, dan umi menyuruh aku pulang untuk melanjutkan kuliah di Indonesia. Aku setuju keputusan umi sama abi, hiks. Setelah satu minggu aku kuliah di sini aku ketemu kakak di jalan, pertama kalinya aku ketemu sama kakak yang tolong aku hiks. Awalnya aku ingin kuliah di Jakarta tapi abi tidak mengizinkan aku di sana walhasil di bandung, terus ketemu kakak." Jelas niscala ia tidak tahu apakah setiap kata yang keluar dari mulutnya dimengerti suaminya wtau tidak.

Kastara diam menyimak ucapan istrinya, menatap niscala yang menangis tersedu-sedu. Kastara menyembunyikan wajahnya di leher niscala menghirup aroma tubuh niscala yang menenangkan.

"Gue cuma takut lo ninggalin gue karena ilmu agama pria itu bagus, enggak seperti gue. Hanya itu yang gue takuti" Lirih kastara.

Niscala menggeleng. "Aku tidak akan meninggalkan mu kak, sampai maut memisahkan kita berdua" Isak niscala.

Kastara mendongak menatap niscala. "Janji?" Tatapan kastara melembut tidak seperti tadi.

100 TasbihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang