18. Ancaman

41 32 5
                                    

Haii...
Happy reading🍒

•••

Suasana di dalam ruangan tersebut sangat mencekam, apalagi ruangan tersebut sangat gelap gulita.

Terdengar teriakan mengerikan dari seseorang, tidak di ketahui siapa orangnya setelah itu menangis histeris.

Tiba datang lah cahaya yang begitu memancar, sehingga tidak terlihat apapun di dalam hanya pantulan cahaya.

Orang tersebut menyipitkan matanya, begitu silau cahaya tersebut menerpa matanya.

Datang lah sesosok gadis berbaju putih dengan rambut yang tergerai indah, ia tersenyum kepadanya sambil menghampiri nya.

"Kakak, aku kangen." ucapnya.

Pria tersebut mendongak ke atas setelah cahaya itu mereda, ia meneteskan air matanya sambil mendekati nya.

"Adek!" teriaknya, sang adik hanya tersenyum manis.

"Kakak, Aqila udah tenang di sana. jangan lupa jaga kesehatan nya ya, dan satu pesan dari Aqila, kakak gak boleh menyalahin pria itu."

"Dia telah menyelamatkan Aqila." lanjutnya, setelah itu pria tersebut akan memeluk tetapi sayangnya sosok adik nya sudah menghilang.

Seketika Marvendo bangun dari mimpinya, ia melihat sinar lampu dan juga menatap sekelilingnya yang bernuansa putih di situ ada ibunya yang sedang mengkhawatirkan nya.

Marvendo baru ingat, dirinya sedang berada di rumah sakit saat ini, kondisi nya belum membaik saat ini membuat ibunya begitu khawatir.

"Nak, kamu udah sadar, ibu cemas." ucapnya.

Ibunya mengusap-usap surai rambut Marvendo, terlihat wajahnya seperti seakan menangis.

"Aqila..." lirihnya, sontak Anysa terkejut.

"Udah nak, adik kamu udah tenang di sana." ucapnya, setelah mengucapkan kalimat tersebut Anysa tidak tahan menahan air matanya.

Anysa menunduk sambil menangis, tiba-tiba pintu di buka oleh Alicia yang membawa bingkisan buah-buahan.

Alicia menghampiri Anysa dan juga Marvendo, Alicia meletakkan bingkisan itu di atas meja, lalu memeluk Anysa dari samping.

"Suttt, ibu gak boleh nangis. kasian nanti Aqila nya jadi ikutan sedih nanti, sama kasian sama Marvendo nya nanti dia juga malah tambah sedih." ucap Alicia.

Anysa mengangguk, lalu ia menghapus air matanya. setelah tangisannya mereda Alicia melepaskan pelukannya.

"Cia ada di sini, kalo ibu butuh apapun. Cia pasti bantu kok."

Anysa tersenyum, mencoba untuk tidak bersedih lagi. hatinya merasa lega jika berada di sisi Alicia.

...

Fira senyum-senyum gak jelas, saat sedang menatap layar handphone nya, Nira menatap aneh ke arah anaknya yang seperti orang gila.

"Senyum-senyum sendiri, kayak orang gila. bantuin bunda sini." Nira melirik sekilas ke arah Fira.

"Bentar, ini lagi ngirim tugas sekolah." ucap Fira sedikit berteriak, Nira menggeleng kan kepalanya tak habis pikir.

Enemy Lover Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang