02

1.6K 50 0
                                    

Keesokan paginya.

Kepalaku pusing. Aku sepenuhnya sadar, aku telah minum setengah kaleng bir hanya, karena tidak enak terhadap keduanya. Sekarang aku merasa tidak enak pada diriku sendiri. Ini pertama kalinya aku menyentuh minuman keras dan rasanya tidak enak. Aku heran mengapa Hugo dan Jean mampu menikmati berkaleng-kaleng bir dengan gembira.

"Astaga, jam berapa sekarang?" Hugo mendudukkan diri. Dia berada di sisi sofa yang lain. Tidak memakai atasan dan hanya mengenakan celana boxer yang membuatku mengalihkan pandangan.

"Aku memiliki kelas pagi ini, Sialan!" Hugo memaki. Pintu kamar mandi terbanting keras disusul suara Jean.

"KELUAR, BRENGSEK!"

"Tutup mulutmu, Jean!"

"Jika kau berpikir aku tertarik dengan tubuhmu, sama sekali tidak! Kau menjijikkan!" hardik Hugo.

"FUCK OFF, WALTER!"

Aku berpura-pura tidak mendengar perdebatan keduanya. Untungnya kelasku dimulai minggu depan. Aku bisa sedikit lebih santai daripada keduanya.

"Kau menjijikkan, Jean!" Hugo mengumpati Jean ketika keluar kamar mandi. Aku langsung mengabaikannya. Dia bahkan tidak memakai apapun dan hanya berjalan santai menuju lemari.

"Mana lebih menjijikkan dengan laki-laki yang bertelanjang sambil pamer benda semacam itu."

"Oh, kau menantangku."

Tolong bawa aku pergi dari sini. Demi Tuhan! Mataku tidak mau melihatnya, tetapi Hugo berkeliaran secabul itu di sini.

"Joana, menurutmu apakah miliku—"

Aku cepat-cepat masuk ke kamar mandi dan menutup pintunya. Sialan! Mereka vulgar sekali.

"Hei, Joana, berhati-hatilah jika kau bertemu dengan Kaigan."

Suara Hugo terdengar di dekat pintu. Aku tidak tahu siapa Kaigan dan mengapa aku harus berhati-hati terhadapnya. Lagipula Hugo tidak terlihat seperti sosok laki-laki yang serius. Dia mungkin hanya bercanda, karena itu salah satu temannya.

"Jangan menatapnya dan jangan membicarakannya. Jika kau terpaksa, maka diam saja. Jangan melawan. AKU PERGI!"

Aku menyalakan keran. Mencuci wajahku perlahan dan berharap Jean juga akan segera pergi.


***

Mrs.Cloe tidak bisa melakukan apapun. Kamar itu telah ditetapkan. Masing-masing siswa bisa bertukar hanya jika saling menyetujui. Jelas aku tidak dapat melakukannya. Aku tidak mengenal perempuan atau laki-laki manapun yang mau bertukar tempat. Membayangkan akan sekamar dengan Hugo dan Jean membuatku mengerang jengah.

Hugo jelas terlihat sangat vulgar. Jean mungkin lebih baik, tetapi tetap saja aku tidak bisa seruangan dengan laki-laki bertubuh besar seperti mereka. Membayangkan aku akan bertukar pakaian di depan mereka atau keluar toilet dengan handuk, membuatku merasa ngeri.

Masalahnya aku tidak punya pilihan. Akan baik jika nantinya aku memiliki teman. Namun sekarang aku sendirian. Berdasarkan cerita Mrs.Cloe mahasiswa Asia sangat sedikit di Universitas Lympus. Terdapat semacam diskriminasi. Selain sulit mencari teman sejenis. Aku terancam, karena belum tentu ada yang mau sekamar denganku. Bahkan jika demikian, aku tidak mungkin meminta Dad membatalkan studiku.

Desire |18+Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang