15

844 40 0
                                    

Desember 2014
Los Angeles

Di lorong atau kantin, Kaigan memandangiku, tetapi tidak pernah mendekat atau berbicara. Dia tampak lebih diam setelah percintaan kami yang terakhir. Aku pikir dia telah merubah labelku dari pengganggu menjadi seseorang yang cukup menarik. Itu menyebalkan. Aku beberapa kali menatap kamera, memastikan apakah ada yang salah dengan riasan atau pakaianku. Aku memang berpakaian terbuka, tetapi semua perempuan di sini melakukannya. Namun aku mengurangi riasan wajahku. Enggan menjadi bahan hinaan Kaigan. Lihatlah apa yang aku lakukan. Aku memikirkannya.

"Kalungmu baru." Beatrice menunjuk kalungku.

"Hugo memberikannya padaku."

"Kenapa kau tidak berkencan saja dengannya? Apa kau lebih tertarik dengan Mendez itu?" tanya Maria.

"Aku ragu tipe keduanya adalah aku."

"Ya, kau orang Asia."

Aku mengangguk. "Benar, aku orang Asia." Kaigan tidak mungkin menyukaiku. Dia hanya tertarik dengan kecantikanku. Pasti demikian.

Berbicara soal kalung. Hugo memberikannya seminggu yang lalu. Kalung tersebut memiliki kamera yang terkoneksi dengan ponsel. Dia mengajariku caranya, tetapi aku membiarkannya hanya menjadi kalung.

Hugo benar-benar keren. Kalung ini adalah kalung berbahan dasar emas putih. Liontinnya berbentuk hati dengan isi berlian. Aku tidak melihat dimana kameranya, tetapi Hugo menunjukkannya lewat kaca pembesar. Mengejutkan sekali melihat betapa teknologi mampu menciptakan benda-benda semacam ini. Lebih mengejutkan, karena Hugo membuatnya khusus untukku.

"Temanmu."

Aku melihat Harin berjalan ke arahku. Pandangannya menyorot tidak suka kepada Beatrice. Tentu saja aku langsung berdiri. Kami akan ke kelas berikutnya.

"Aku duluan."

Beatrice hanya mengantar lewat sorot matanya. Kaigan masih menatapku, jadi aku berbalik dengan canggung.

"Kau membuat masalah lagi dengannya."

"Kaigan? Tidak."

"Tatapannya itu menunjukkan segalanya."

"Abaikan dia."

"Jadi, kau pergi ke California?"

"Aku tidak tahu harus berangkat dengan siapa."

"Kau belum membicarakannya dengan Hugo?"

"Mengapa aku harus membicarakan semua hal padanya?" Lagipula Hugo sudah banyak membantu. Aku malah semakin berhutang. Bagaimana jika aku tidak bisa memberikan yang serupa. Betapa membebankanya memikirkan hal seperti itu.

"Berbicaralah padanya. Penting bagi kita untuk pergi ke California. Lagipula semuanya pergi. Ngomong-ngomong, bagaimana dengan Beatrice?"

"Dia akan berangkat lebih awal. Diantar langsung oleh supirnya."

"Aku tidak bisa membawa mobil."

"Kita sama." Jadi kami tidak bisa berangkat bersama. Kami harus menggunakan tumpangan masing-masing.

"Apapun itu, aku pasti pergi. Ini demi nilai."

"Kau tidak berminat bergabung dengan kelompok Asia kami?"

"Tidak, terima kasih." Aku tersenyum. Memperlihatkan penolakan halus. Aku tidak mau berada di kubu manapun. Tidak ada yang menjamin akan memberikanku perlindungan.

***

"Astaga!" Aku memekik, kaget menemukan Kaigan setelah menutup pintu lokerku.

Desire |18+Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang