Chapter 2: Mansion.

26 3 0
                                    

"Selamat siang nona Alice, perkenalkan nama saya Knill Erewhon. Saya berasal dari organisasi bakat sihir, sekaligus pengawas Anda di mansion ini," jelas pria Elf yang kemarin datang ke panti asuhan.
Pria yang jika sekali lihat seperti masih berumur 20 tahunan itu kini membungkuk kan badannya kearah Alice.

Knill sendiri memiliki rambut pirang sebahu yang diikat rendah dan bernetra hijau cerah, kulitnya putih bersih dengan wajah rupawan yang biasanya dimiliki bangsa Elf.

"T-tolong angkat tubuh Anda pak Knill, s-saya tidak terbiasa jika ada yang memberi hormat kepada saya," ucap Alice gelagapan saat Knill yang lebih tua darinya memberi hormat padanya.

"Tolong jangan panggil saya pak Knill, walaupun umur saya tahun ini menginjak usia 187 tahun. Akan tetapi saya ingin Anda memanggil nama saya langsung," ungkap Knill dengan nada yang flat dan tetap membungkuk kan tubuhnya.

"Eh?! 187 tahun! I-itu... bukankah umur yang sudah melewati 1 abad! s-seharusnya saya lah yang menghormati Anda pak Knill," balas Alice terkejut dan sedikit gelagapan.

"Tidak nona, ras Elf memang memiliki umur yang sangat panjang juga fisik yang tidak ikut menua bersama umur kami.
Namun, disini saya adalah pengawas juga bawahan Anda. Maka dari itu mohon kerja samanya dan tolong panggil nama saya saja," pinta Knill yang kukuh ingin dipanggil nama saja.

"Tapi..."

Alice menatap ragu Knill yang masih membungkuk kan badan kearahnya.
Alice kemudian menundukan kepalanya kebawah dan menelan ludahnya kesat. Ada sedikit perasaan tidak enak untuk memanggil orang yang lebih tua darinya tanpa menggunakan panggilan sopan.

"Kalau begitu... Knill, tolong berdirilah..." titah Alice dengan suara yang lirih.

"Baik, nona," jawab Knill dan kembali menegakan tubuhnya.

Setelah Knill kembali menegakan tubuhnya, Alice pun sedikit mendonggakan kepalanya dan menatap Knill ragu.

"U-um... Knill?"

"Ya, nona? Apa ada yang bisa saya bantu?" tanya Knill.

"A-anda bilang jik-

"Tolong jangan gunakan bahasa formal kepada saya nona, tolong gunakan bahasa yang biasa Anda gunakan untuk berbicara pada bawahan," sela Knill memotong ucapan Alice.

"A-anu... t-tapi sebelumnya s-saya tidak pernah memiliki bawahan. K-kecuali... bahasa non formal yang saya gunakan adalah saat berbicara dengan... teman."

Alice lalu kembali menundukan kepalanya dan memilin baju yang ia gunakan. Beberapa prasangka tentang Knill yang akan menetang apa yang ia bicarakan membuat Alice takut untuk kembali bertatap muka dengan Knill.

"Nona," panggil Knill.

"Baik, s-saya salah seharusnya... ah?"

Hening, Knill tidak kembali memotong ucapannya!

Alice kemudian mulai mendonggak kan kembali kepalanya dan menatap netra hijau Knill yang menatapnya sedikit antusias.
"Apakah... Anda dapat berbicara dengan saya tanpa menggunakan bahasa formal jika Anda menganggap saya teman?" tanya Knill terlihat penasaran.

"Iya, say- tidak. Aku... bisa melakukannya," jawab Alice kemudian tersenyum.

Knill yang menatap Alice dengan tatapan antusias itupun sedikit menyunggingkan senyum tipis.

"Terimakasih nona."
_

Alice kini mengekori Knill yang berjalan didepannya untuk berkeliling mansion. Alice akui jika mansion besar yang akan ia tinggali mulai sekarang memiliki ukuran yang sangat besar dan sepertinya cukup untuk menampung sekitar 60 orang?

Mereka kini mulai memasuki sebuah rumah kaca, saat pertama kali Alice memasuki rumah kaca tersebut.
Alice langsung disambut dengan aroma harum bunga yang bercampur akan tetapi aroma harum bebungaan yang masuk kedalam hidungnya itu sama sekali tidak membuatnya pusing atau mual.

"Wahh! indah sekali warnanya," kagum Alice, saat melihat pohon berukuran besar yang memiliki daun berwarna pink. Ralat, daun yang pohon itu miliki adalah rentetan bunga berwarna pink.

"Itu pohon sakura, pohon itu kami bawa dari negeri Enkami," jelas Knill.

Alice menatap takjub pohon yang memiliki nama pohon sakura itu, Alice pikir jika warna pepohonan hanya ada 3 warna saja.
Yaitu hijau, orange dan coklat, akan tetapi ia baru mengetahui sekarang jika warna pohon cukup banyak dan bervariasi juga. Selain itu dedaunan pepohonan tidak selalu daun, melainkan bisa menjadi bunga.

"Apa Anda tertarik dengan pohon sakura ini, nona?" tanya Knill. Menyadari jika Alice terlihat mengagumi pohon berwarna pink tersebut.

"Iya, warnanya sangat cantik! Selain itu warna bunga pohon ini... mirip dengan mata ibu ku," jawab Alice yang seketika berubah menjadi sendu.

Knill yang mendengarnya tampak tertegun, "Maaf, saya pikir Anda tidak pernah bertemu dengan ibu Anda."

"Aku pernah melihatnya, tapi... ibu sepertinya tidak ingin menemuiku," ujar Alice kemudian mendekati pohon sakura itu dan menyentuh sisi batang pohon tersebut.

"Kau ternyata terkena hama, ya...?" gumam Alice lirih.

Alice lalu menyentuh bagian batang pohon yang rusak itu dengan tangan kanannya.

"Apa yang sedang Anda lakukan nona?" Knill menatap Alice yang tengah menutup mata dan terlihat mulai memfokuskan diri.

Sesaat kemudian setelah Alice memfokuskan diri, seketika sebuah pola sihir berwarna emas muncul di telapak tangan Alice, bersamaan dengan rambut pirang diatas bahu Alice yang bersinar, bak emas.

Knill yang melihat pemandangan tersebut terlihat takjub dengan percikan sihir Alice yang kini seperti kunang-kunang dimalam hari.

"Tumbuh lah dengan baik."

Seketika batang pohon yang terkena hama tersebut mulai berangsur-angsur pulih.

"Tidak mungkin..." gumam Knill terkejut, saat penyembuhan yang Alice lakukan pada batang pohon sakura tersebut bekerja dua kali lipat lebih cepat.

"Huhh... jaga dirimu dengan baik pohon," ucap Alice sembari menatap batang pohon yang tadinya rusak itu sekarang terlihat sehat kembali.
"Nona, Anda bisa menggunakan sihir elemen cahaya? Bukankah kemarin Anda baru saja melakukan debutante?" tanya Knill langsung.

Alice kemudian tersenyum kaku dan menggaruk tekuknya yang tidak gatal.

"Itu... dulu saat aku berada dipanti asuhan, alih-alih mempelajari sihir dasar serangan, aku lebih memilih mempelajari dasar sihir penyembuhan.
Kau tahu bukan? jika dasar sihir penyembuhan bisa dengan membuat ramuan sihir atau menggunakan mantra penyembuhan?" Alice kini bertanya balik.

"Iya, saya mengetahuinya," jawab Knill.

"Maka dari itu... saat setelah debutante selesai kemarin, aku langsung menguji sihir elemen cahaya ku langsung.
Aku pikir tidak akan ada perubahan apapun jika hanya menggunakan sihir penyembuhan walaupun telah memiliki sihir elemen, tapi... ternyata sebaliknya sihir penyembuhan yang aku miliki menjadi bekerja dua kali lipat lebih cepat," jelas Alice.

"Kalau begitu, bukankah anda sekarang dapat menyembuhkan luka berat dengan cepat?" tanya Knill.

"Oh? tidak, Aku tidak pernah mencoba untuk menyembuhkan luka berat. Pengalaman ku saat ini hanya menyembuhkan luka kecil atau tanaman yang layu dan terkena hama," jawab Alice cepat.

"Itu ba-

"Hoo... menarik sekali," sela seseorang, seketika memotong pembicaraan mereka berdua.

"Eh...?" Alice mematung ditempat saat menemukan seseorang yang berdiri diambang pintu.
.
.
.
.
.
.
.
.
Next yok.

                   25 Febuari 2024.
Happy Reading^^

The Secret Witches: Last StarlightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang