Chapter 34: Punishment.

4 1 0
                                    

Jarum jam tampak terus bergulir untuk menunjukan waktu, langit diatas sana tampak mulai berwarna jingga dengan beberapa kelelawar terlihat terbang berlalu lalang.

Seketika gebrakan suara buku yang diletakan dengan kasar terdengar cukup kencang sehingga memenuhi seisi ruangan yang dipenuhi oleh rak-rak buku tersebut.
"Hari pertama kelas dimulai dan langsung dihukum," ujar Parry sembari menghela napas lelah.

"Berisik, ini semua salah mu yang malah mengajak ku untuk duel," cerca Cecilia.
Parry langsung menatap Cecilia tajam, "salah ku? Kau yakin ini salah ku, bukankah jika nona De Asher tidak mengacau maka duel tetap berjalan dan kita tidak mendapat hukuman seperti ini."

Alice yang tengah menulis di sebuah perkamen tampak tersentak kaget setelah mendengar ucapan Parry, ia kemudian menoleh dan menatap dua orang yang memiliki pangkat bangsawan itu menatap balik padanya dengan tatapan yang sulit di artikan.
Alice tahu jika ia salah dan malah gegabah masuk ke area pertarungan. Namun, saat Alice melihat darah menetes dari kaki Parry, ia langsung merasa tidak tahan dan tanpa pikir panjang berlari begitu saja.

"... maaf." Alice kini mulai berdiri dari duduknya dan menatap Cecilia dan Parry silih bergantian, "maaf telah merepotkan kalian berdua, karena saya... kalian malah ikut dihukum," jelas Alice dengan suara sendu.

"Nona Alice," panggil Cecilia.

Alice kemudian menatap Cecilia yang berjalan mendekatinya. "Maaf... maafkan saya nona Cecilia, s-saya bersalah," ucap Alice, matanya tampak berkaca-kaca.
Perasaannya entah mengapa menjadi campur aduk antara kecewa, marah dan sedih, Alice hanya mampu mengeluarkan perasaan campur aduk tersebut dengan menangis.

Kedua tangan Cecilia kemudian menggenggam kedua tangan Alice. "Tolong jangan terlalu menyalahkan Anda, kami berdua disini juga bersalah karena malah menyulut kemarahan Yang Mulia Putri," balas Cecilia.
Parry yang melihat dua orang yang tengah berbicara tersebut hanya dapat menatapnya dengan tatapan malas.

Drama.

Parry muak jika harus dihadapkan dengan anak yang sedikit-sedikit menangis dan lemah seperti Alice.
Dibentak sedikit saja langsung menangis, apalagi kalau dihadapkan dengan situasi dibunuh atau membunuh, bisa gila gadis itu.

Parry sekarang mulai berpikir apakah ini yang namanya sosok pengguna sihir elemen cahaya terakhir? Parry pikir jika sosok pengguna sihir elemen cahaya yang ia temui nanti adalah sosok mandiri dan juga kuat, tapi ternyata dibawah ekspetasi sekali. Bahkan sewaktu ia bertemu dengan Alice ditaman saat dirinya sengaja menyusup kesana dulu, ia malah melihat Alice yang bertingkah kekanakan.

"Mengecewakan."

Cecilia terlihat mengelus punggung Alice yang tengah menangis dipelukannya, ia terus membisikan kata-kata menenangkan pada Alice.

Setelah dirasa cukup, Alice kemudian melepaskan pelukannya.

"Terimakasih..."

"Sama-sama. Bagaimana, apa sedikit baikan?" tanya Cecilia sembari menatap kearah Alice yang sudah berhenti menangis.
Alice tampak mengangguk pelan dan langsung menghapus sisa air matanya.

"Hey!" seru Parry memanggil.

Cecilia dan Alice kemudian menoleh kearah Parry yang duduk dikursi. "Cepat selesaikan hukuman ini dan lekas pulang, aku lelah," jelas Parry sembari menatap datar kedua gadis itu.
Alice kemudian mengangguk dan langsung kembali duduk dikursi untuk melanjutkan menulis rangkuman peraturan penggunaan sihir yang tengah ia tulis dibuku.

"Aku akan mengambil bagian buku dirak belakang." Cecilia kemudian berjalan kearah rak-rak buku yang menuliskan informasi tentang beberapa peraturan penggunaan sihir.

The Secret Witches: Last StarlightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang