Chapter 22: Shadow figure

5 2 0
                                    

Knill kini menatap fokus kepada dua orang yang ia kenali tengah berdansa ditengah-tengah aula.
"Nona Alice?" Knill kini menyadari jika Alice yang tengah berdansa dengan pangeran keempat yaitu Virion De Asher.

"Ohh... lihatlah kedua pasangan yang cocok itu, kau juga melihatnya kan,  Knill Erewhon?" tanya seseorang yang berdiri tepat dibelakang Knill.
Ia kemudian berbalik dan menemukan sosok wanita berambut moca dan bernetra seperti warna madu.

"Saya memberi hormat kepada Duches Sydney Lumiere Brigette," salam Knill sembari menundukan kepalanya.

"Angkat wajahmu tuan Knill Erewhon," titah duches Sydney sembari menutup setengah wajahnya dengan kipas berwarna merah.
"Seperti biasa Anda selalu memuat tren dikalangan lady bangsawan, ya?" jelas Knill menatap penampilan duches Sydney yang terlihat glamour.

"Sebagai kepala keluarga duchy Brigette, tentu aku harus memimpin tren, kan?" celetuk duches Sydney terlihat senang dengan pujian Knill tadi.
"Anda benar juga," sahut Knill sembari mengalihkan pandangannya kearah Alice yang masih berdansa bersama Virion.

Duches Sydney yang menyadari arah perhatian Knill tampak langsung tersenyum culas.
"Bagaimana menurut Anda dengan pangeran keempat dan nona Alice yang berdansa disana? Bukankah mereka terlihat serasi jika dilihat dari berbagai sisi," ujar duches Sydney sembari mengibaskan kipasnya hingga tertutup.

"Jika dilihat sekilas memang mereka serasi, tapi nona Alice tidak diperbolehkan memiliki hubungan relasi semacam pertunangan oleh organisasi bakat sihir juga baginda kaisar. Selain itu Yang Mulia pangeran Virion dengan nona Alice bisa dikatakan adalah saudara mulai sekarang walau hanya anak angkat," ungkap Knill sembari melirik kearah duches Sydney yang tampak terkesiap.

"Aku tahu, tapi tetap saja marga dapat diletakan dalam artian berbeda bukan?" tanya duches Sydney sembari mengibas-ngibaskan kipasnya pelan.
Knill yang melihat duches Sydney memberi tatapan licik, kemudian menyeringai kecil.

"Anda tahu sendiri jika perintah baginda tidak dapat ditentang, maka dari itu... kita yang sebagai pengabdi kekaisaran ini harus mematuhi perintahnya," jawab Knill.
"Yah... tentu saja kita harus mematuhinya," timpal duches Sydney sembari mengangguk dengan perasaan yang sedikit gusar.

Melihat jika duches Sydney sedikit terpukul mundur oleh ungkapannya tadi yang mengatakan jika, 'setiap seseorang yang mengabdi pada kekaisaran tidak bisa menentang perintah mutlak seorang kaisar'. Tentu hal itu membuat Knill puas sendiri karena dapat memojokan bangsawan sekelas kepala keluarga duke.

"Kalau begitu saya pamit undur diri dulu, sepertinya adik saya sudah selesai berbicara dengan bangsawan lainnya," pamit duches Sydney, kemudian pergi.

Knill yang melihat gerak-gerik duches Sydney yang terlihat kesal pun langsung terkekeh geli, ia kemudian menatapnya dengan tatapan merendahkan seakan-akan mendapatkan sebuah pertunjukan yang sempat menghiburnya itu.

Sedangkan dilain sisi, yaitu sang Duches Sydney Lumiere Brigette. Tampak menyunggingkan senyuman aneh setelah berjalan cukup jauh dari posisi Knill berada.

"Knill!" Panggil suara yang ia kenali.

Knill kemudian berbalik dengan nampan yang sudah ia ambil dari meja. "Bagaimana dengan dansanya nona?" tanya Knill langsung, sehingga membuat Alice terkesiap.

"Lancar," jawab Alice sembari tersenyum kikuk dan langsung membawa nampan yang berada ditangan Knill.
"A-aku ingin segera makan sup jagungnya," lanjut Alice yang secara terang-terangan mengalihkan pembicaraan.

"Kalau begitu sebaiknya Anda duduk ditempat tadi semula," saran Knill sembari menatap Alice datar.

"Kau benar, sebaiknya kita duduk ditempat awal," balas alice kemudian langsung berjalan kearah tempat duduk yang tadi sempat Knill tunjukan.
Knill yang mengekori Alice dibelakang terlihat menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan, dipikiran Knill sekarang adalah menyusun kembali rencana yang akan dimulai esok hari.

Alice tentu bagian dari rencananya, tapi... entah mengapa Knill sedikit berempati pada gadis lugu dan polos seperti Alice.
Entahlah... terkadang dirinya juga memiliki rasa empati kepada sosok yang lemah seperti seekor burung merpati.

♧♧♧♧♧

.

.

.

Beberapa menit kemudian setelah Demetrius membuka sesi seputar mantra sihir penyerangan yang dulu pernah Alice pelajari.
Kini Alice berada di sebuah ruangan luas yang tidak memiliki perabotan satupun.

Ruangan itu memang terkesan mewah. Namun, ruangan ini adalah ruangan latihan yang tersedia di istana Perdia, dimana istana tersebut akan Alice tempati selama tinggal di kekaisaran.

"Nona Alice, apa saya bisa mulai membacakan hasilnya?" tanya Demetrius sembari membuka perkamen yang telah ia tulis tadi.

"Iya, silahkan," jawab Alice mengizinkan.

Demetrius kemudian mulai menjelaskan apa yang ia tulis didalam perkamen, "Saya sudah merangkum beberapa kemampuan nona Alice ysng dulu dan sekarang, kemudian menggabungkannya dengan kemampuan sihir elemen Anda. Hasilnya jika nona Alice mengulang pola pembelajaran saat masih berada ditingkat menggunakan sihir dengan rapalan mantra. kemungkinan besar Anda dapat mengubah metode pembelajaran Anda dahulu menjadi metode pembelajaran sihir elemen Anda sekarang."

"Memang tidak mudah karena dulu Anda mengucapkan perapalan mantra dan menggerakan tongkat sihir yang memiliki pola. Karena sekarang kekuatan Anda adalah elemen yang bersifat alami, kekuatan yang akan Anda keluarkan juga haruslah bersifat alami dan juga sebagai penyalurnya yaitu pola sihir," jelas Demetrius detail.

"Jika didalam sihir penyembuhan aku bisa melakukannya, tapi aku sama sekali tidak bisa membayangkan struktur pola sihir untuk penyerangan," ujar Alice tampak tidak percaya diri.

"Walaupun saya disini sebagai pembantu Anda dalam melakukan sihir pemberkahan. Tapi... tidak bisa dipungkiri jika saya juga tertarik dalam melatih sihir cahaya Anda agar dapat berkembang dan mampu membuat struktur pola sihir penyerangan," balas Demetrius sembari tersenyum tipis.

"Eh?"

Alice menatap Demeterius bingung saat mendengar jika ia tertarik untuk melatih sihirnya.

"Saya rasa untuk rencana melatih sihir Anda akan saya undur terlebih dahulu karena untuk sekarang kita akan fokus saja pada sihir pemberkahan.
Anda pasti tahu jika sihir pemberkahan adalah sihir yang memiliki sifat menyembuhkan, persis seperti sihir dasar penyembuhan untuk menyembuhkan luka." Demetrius kini memulai materi.

"Aku dengar sihir pemberkahan bersifat menyembuhkan luka dan kegundahan jiwa dan hati setiap mahkluk hidup. Sihir pemberkahan berisikan doa dan harapan untuk kesejahteraan setiap mahkluk juga... sihir pemberkahan ialah sihir yang juga dinobatkan sebagai sihir terindah karena memiliki visual yang memanjakan mata," jelas Alice yang kini mulai antuasias.

"Nilai 100 untuk Anda, didalam sihir pemberkahan terdapat hal berbeda yang dikeluarkan. Sihir pemberkahan bersifat murni dan suci juga melambangkan kedamaian jiwa yang tengah berada didalam kesesatan dan kegelapan. Sihir pemberkahan juga tidak sembarangan seseorang dapat melakukannya karena elemen juga menjadi unsur utama sihir pemberkatan berhasil," papar Demetrius.

"Elemen air, angin dan cahaya lah yang hanya dapat menggunakan sihir pemberkahan, dikarenakan dari ketiga elemen tersebut masuk kedalam kategori elemen alami yang bersangkutan dengan sisi rohani," imbuh Alice percaya diri.

Demetrius yang mendengar penjelasan Alice pun langsung menyunggingkan senyum puas.

Demetrius merasa jika hubungannya dan Alice terasa cepat akrab, percakapan mereka langsung menyambung dan itu membuat Demetrius sedikit merasa antusias.
Akan tetapi... tentunya hal ini adalah sebuah keanehan padanya yang sulit akrab dengan orang lain, Demetrius sejujurnya sedikit kebingungan.

Sebenarnya... siapa Alice?
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Next.

The Secret Witches: Last StarlightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang