Kepakan suara sayap burung kini mulai terdengar seiring pagar besi yang membatasi kawasan pemakaman dibuka oleh seseorang.
Langit diatas sana mulai tertutupi oleh awan hitam, angin berhembus cukup kencang sehingga membuat suasana terasa mencekam bagi siapapun yang berada disana.Seorang wanita paruh baya berbalut gaun hitam terlihat berjalan menyusuri nisan-nisan tanpa nama.
Rambut ungu pudarnya digerai dengan indah dan memakai aksesoris sebuah pita hitam yang dipasang disisi kiri rambutnya, netra merahnya terlihat menatap jalanan dengan sorot pandang datar.Suara ketukan tongkat yang membantu dirinya berjalan kini bergesekan dengan tanah gersang.
Wanita paruh baya tersebut kemudian berhenti berjalan kala menemukan nisan tanpa nama yang ditaburi oleh helaian bunga camellia merah."Bagaimana kabar mu?"
Suara dengan intonasi lembut kini terdengar dari mulut wanita paruh baya itu.
"Aku datang kesini karena ini musim yang kau sukai, dimana tidak akan ada seorang pun yang datang ke pemakaman di musim ini." Wanita paruh baya itu berbicara sembari menuangkan air dari dalam kendi kecil keatas makam tersebut.Setelah menuangkan air ke atas makam, wanita paruh baya itu kemudian memunculkan dua tangkai bunga camellia ditangannya.
"Apa suatu hari nanti 'dia' akan kesini menemui mu? Aku sendiri masih belum berani memberitahu 'dia' tentang mu.
Tapi... kau tenang saja. 'Dia' akan kesini jika waktunya telah tiba, memang akan terjadi beberapa pertengkaran, tapi aku yakin 'dia' akan memakluminya," jelas wanita paruh baya itu lalu meletakan dua tangkai bunga camellia tersebut kedalam vas bunga kecil disisi kanan nisan."Aku berdoa atas kebahagiaan mu diatas sana," gumam wanita paruh baya tersebut, kemudian mulai membalikan badan dan melangkah kan kakinya untuk pergi dari sana.
"Dyeza..."
Wanita paruh baya tersebut seketika berhenti berjalan, kedua netra merahnya kini melebar penuh keterkejutan.
Ia kemudian berbalik kebelakang dengan cepat. Namun, kosong... tidak ada seorang pun disana selain dirinya.Wanita paruh baya itu tidak lain adalah Dyeza Ashil, ibu asuh Alice selama dipanti asuhan sampai akhirnya Alice dijemput oleh pihak kekaisaran.
Dyeza terlihat menarik nafas panjang ketika mulai merasakan sesak yang menyeruak didalam dadanya, sesaat Dyeza berharap jika sosok yang memanggilnya dengan suara samar itu berada disana."Mungkin itu hanya halulinasi ku saja," gumam Dyeza kemudian melanjutkan langkahnya lagi untuk pergi dari sana.
Saat Dyeza telah mencapai gerbang, samar-samar terlihat sosok pria berambut pirang duduk diatas batu nisan yang sempat Dyeza singgahi tadi.
Namun, tubuh pria berambut pirang tersebut terlihat tembus pandang, sehingga asumsi mengenai hantu mungkin akan benar.♣️♣️♣️♣️♣️♣️♣️
.
.
.
Suara ketukan sepatu mulai terdengar disebuah lorong mansion yang cukup panjang itu, sesaat kemudian terlihat Alice berjalan dengan tergesa-gesa bersama Clara dibelakangnya.
"Yang Mulia Putri kenapa tidak memberi tahu ku jika hari ini teman satu pembelajaran ku akan datang?" batin Alice bingung.Ia terus berjalan dengan langkah cepat menuju ruang tamu. "Nona Anda tidak apa-apa?" tanya Clara setelah memperhatikan raut wajah Alice yang terlihat gusar.
Alice yang mendengar pertanyaan Clara kemudian berhenti berjalan dan berbalik menatap Clara dibelakangnya.
"Clara... menurutmu apa yang harus aku katakan jika bertemu dengan orang yang akan menjadi teman ku?"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Secret Witches: Last Starlight
FantasiaAlice, seorang gadis kecil berusia 12 tahun yang memiliki takdir sebagai pengguna elemen cahaya terakhir. Bakat sihir Alice baru diketahui saat ia melakukan debutante bakat sihir didesanya, melihat bakat sihirnya yang memang sangat dibutuhkan untuk...