Sesosok gadis terlihat membuka lembaran koran yang tengah ia baca dengan cepat.
"B-bagaimana ini..."
Terdengar nada suara gadis tersebut yang terdengar cukup getir dibalik lembaran koran.
Saat koran itu ditutup dan diletakan diatas meja, baru terlihatlah raut wajah gelisah sosok gadis tersebut yang tidak lain adalah Alice."Ada apa nona?" tanya Clara sesaat setelah memasuki kamar Alice dengan nampan berisikan teh dan camilan.
"Clara bagaimana ini? Semua isi berita dikoran membicarakan tentang hujan cahaya kemarin!" jelas Alice berseru dengan gelisah."Hm? Memangnya kenapa?" tanya Clara menatap Alice bingung.
Alice yang melihat tatapan bingung Clara pun semakin panik, ia menepuk jidatnya cepat karena melupakan tentang perbincangannya dengan Demetrius kemarin untuk merahasiakan tentang hujan cahaya yang tidak terprediksi itu.
"Eh?! Ada apa nona?" tanya Clara berseru kaget saat Alice menepuk jidatnya sendiri dengan keras.
"A-ah... maksud ku, a-anu... itu- ya! Aku baru ingat jika kemarin aku tidak melihat parade ke pusat kota," jawab Alice gelagapan."Hm? Anda tidak apa-apa, nona?" Clara kini menatap khawatir Alice yang kini berbicara patah-patah.
Alice reflek menggelengkan kepalanya sembari tersenyum kikuk, "tidak apa-apa, aku baik-baik saja."
Clara yang melihat tingkah kikuk Alice pun terlihat menaikan sebelah alisnya bingung.
"Jika ada sesuatu, Anda bisa membicarakannya dengan sa-Seketika sebuah suara ketukan pintu memotong ucapan Clara, Alice dan Clara kemudian menoleh kearah pintu yang memang terbuka sedari tadi.
"Apa aku menganggu kalian?" tanya sosok yang tengah bersandar di daun pintu.
"Knill!" seru Alice dengan tatapan senang, ia langsung berlari menghampiri Knill yang kini tengah tersenyum tipis.
"Maaf tidak menemui Anda kemarin, setelah acara pemberkahan saya harus rapat dengan komite sihir," jelas Knill sembari merendahkan tubuhnya sehingga sejajar dengan tinggi badan Alice."Tidak apa, lagipula kau juga ada datang menghadiri acaranya. Yah... walau aku sedikit kecewa karena kemarin harus melewatkan parade dikota," balas Alice sembari menghela napas panjang.
"Akan tetapi Anda mengikuti acara pelepasan lampion, kan?" tanya Knill sembari menatap Alice yang terlihat sedikit lesu.Alice yang mendengar pertanyaan Knill langsung mengangguk kan kepalanya antusias.
"Iya! Aku senang dapat ikut dalam acara pelepasan lampion kemarin, itu adalah pengalaman pertamaku melihat lampion yang diterbangkan sebanyak itu," jawab Alice riang.Knill yang melihat Alice kembali memancarkan aura ceria pun kemudian mengelus puncak kepala Alice lembut.
"Setidaknya ada 1 acara yang menghibur Anda," ujar Knill sembari kembali berdiri, akan tetapi seketika Alice langsung ingat dengan berita yang tadi sempat ia baca dikoran.
"Knill, apa benar kemarin hujan cahaya menyebar ke seluruh dunia?"
"Oh? Anda sudah mendengar beritanya ternyata. Betul, hujan cahaya yang Anda munculkan kemarin ikut menyebar keseluruh dunia bahkan sampai ke pelosok beberapa negara," jawab Knill sembari mengangguk kan kepalanya.
Alice seketika melebarkan matanya terkejut dan langsung terkesiap saat mendengarnya.
Alice tidak tahu jika hujan cahaya kemarin akan tercipta dan mengguyur semua orang di acara kemarin.
Alice bahkan tidak menduga jika hujan cahaya itu akan ikut turun ke seluruh dunia sehingga membuat media geger dan berita dikoran semuanya mengangkat berita tentang hujan cahaya kemarin.Alice kini mulai menggigit kuku jarinya gugup, sebuah kebiasaan baru yang mungkin akan terbawa olehnya mulai sekarang.
"Apakah itu sesuatu yang buruk nona?" tanya Clara sembari menghampiri Alice yang terdiam sembari menggigiti kukunya.
Alice kemudian menatap kearah Clara yang menatapnya khawatir, bergulir kearah Knill yang kini menatap Alice tanpa ekspresi.Setelah ini Alice akan menemui tuan Demetrius untuk meminta penjelasan lebih lanjut.
◇◇◇◇◇◇◇
.
.
.
Alice kini berdiri ditepi danau istana pertama, dimana acara pelepasan lampion akan segera dimulai.
Setelah acara pemberkahan yang membuat semua orang diguyur oleh hujan cahaya buatan Alice, kini orang-orang mulai berkumpul ditepi danau dengan masing-masing memegang lampion."Clara kapan acaranya dimulai?" tanya Alice merasa tidak sabar untuk menerbangkan lampion yang kini tengah ia pegang itu.
"Sebentar lagi acaranya akan segera dimulai nona, saat Yang Mulia Baginda kaisar menerbangkan lampionnya terlebih dahulu maka kita baru bisa menerbangkan lampionnya," jawab Clara menjelaskan.Alice kini menatap kearah lampion miliknya yang dihias oleh gliter berwarna biru, lampion tersebut belum ia nyalakan karena acara belum dimulai. "Oh? Omong-omong kemana Knill?" tanya Alice menyadari jika Knill tidak berada disini.
"Tuan Knill tadi memberi pesan jika beliau tidak akan datang ke acara pelepasan lampion, tuan Knill ada urusan mendesak." Clara menjawab sembari merendahkan tubuhnya hingga setara dengan tinggi badan alice.
Alice yang mendengar jika Knill tidak akan datang seketika kebingungan. "Urusan? Urusan apa? Bukankah tadi Knill ikut menghadiri acara pemberkahan?"Clara kemudian mengangguk, "tuan Knill memang ikut acara pemberkahan tadi, tapi setelah acara pemberkahan selesai. Tuan Knill langsung mengatakan jika beliau tidak bisa ikut dalam acara pelepasan lampion karena ada urusan mendadak."
"Tapi Knill kan su-
"Semuanya mohon perhatian!" Sebuah seruan lantang seketika memotong ucapan Alice.
Alice juga Clara kemudian menengadahkan kepala mereka keatas, dimana diatas balkon sebuah menara tinggi kini menampilkan sosok Luther disana."Tuan perdana menteri," celetuk Alice mengingat sosok Luther sewaktu ia pertama kali datang ke ruang singgasana dan sempat mengira jika Luther ialah sang penguasa kekaisaran Asher yang agung.
"Acaranya akan dimulai nona," bisik Clara sembari berdiri dan mulai mematik api untuk menghidupkan lampion Alice."Kita bersama-sama disini untuk memeriahkan hari pendirian kekaisaran kita. Kekaisaran yang paling kita cintai, hormati dan kita sanjungi yaitu Asher.
Dihari yang diberkati ini kita semua berkumpul untuk menuntaskan doa dan harapan kita kepada para dewa dan dewi yang masih memberikan kesempatan bagi kita untuk tetap hidup di dunia ini. Maka dari itu hidupkan lah api yang berada didalam hati kalian dan bakarlah tekad kalian hari ini."Luther dengan penuh wibawa mulai mematik api sihir kedalam lampion yang diletakan diatas meja itu, "silahkan Yang Mulia." Luther kemudian berjalan menyisi dan membiarkan sebuah sapuan angin dingin mengarah ke lampion tersebut. Dimana sapuan angin tersebut berasal dari sosok yang tampak berdiri dibalik tirai berwarna ungu, sehingga lampion tersebut mulai terbang.
Tampak lampion berukuran sedang dan berwarna putih tulang juga memiliki simbol kekaisaran Asher itupun mulai terbang keatas langit memimpin lampion-lampion yang ikut dilepaskan dari daratan.
Alice juga ikut melepaskan lampion miliknya sehingga terbang keatas. "Wahh..." Alice menatap takjub pada lampion-lampion yang mengapung diatas sana, mereka bersinar bak bintang dilangit.
Alice kemudian mulai menyatukan kedua tangannya dan menutup matanya untuk berdoa."Berkati lah semua orang yang ku sayangi dan... bahagiakan lah mereka."
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Next.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Secret Witches: Last Starlight
FantasyAlice, seorang gadis kecil berusia 12 tahun yang memiliki takdir sebagai pengguna elemen cahaya terakhir. Bakat sihir Alice baru diketahui saat ia melakukan debutante bakat sihir didesanya, melihat bakat sihirnya yang memang sangat dibutuhkan untuk...