Chapter 15: Mysterious snake

9 3 0
                                    

Alice kini mulai memundurkan sedikit kursi rodanya kebelakang. "B-bagaimana ini..." ia kini menatap intens ular yang memiliki warna putih tulang itu.

Ular itu sekiranya memiliki panjang 30 cm dan memiliki mata merah menyala, ular tersebut tetap diam sembari menatap Alice yang kini mulai berwajah pucat pasi.

Ular tersebut kemudian sedikit mendesis saat menatap Alice yang ketakutan, Alice yang melihat itu semakin takut dan mulai memundurkan kursi rodanya dengan terburu-buru. Bahkan karena terlampau panik, Alice sama sekali tidak menyadari jika ada sebuah batu yang berada tepat dibelakang roda.

Saat kursi roda Alice menabrak batu tersebut, seketika kursi rodanya mulai oleng.

"Aaaa!" Alice berteriak histeris saat kursi rodanya mulai miring dan langsung membuatnya terjatuh ke atas tanah.

"Ack." Alice meringis kesakitan saat merasakan denyutan di bagian perutnya.
Sedangkan ular putih tersebut terlihat mulai bergerak mendekati Alice yang terbaring menyamping ditanah, Alice yang melihat ular tersebut mulai mendekatinya berusaha untuk mengusirnya.

"Pergi, pergi!" usir Alice agar ular tersebut tidak mendekatinya.

Namun, seakan usiran Alice tidak membuat ular tersebut takut kini ular itu berhenti tepat berada di hadapan Alice dengan lidahnya yang keluar masuk.

Alice menelan salivanya kesat sembari menutup matanya takut dan berharap jika Clara segera datang menolongnya.

"Penakut," ejek seseorang tepat ditelinga Alice.

Alice yang mendengar suara tersebut tersentak kaget dan langsung membuka mata, akan tetapi... kosong? Siapa itu tadi? Dan... kemana ular tadi? Ular itu seakan menghilang tepat saat Alice membuka mata.

Selain itu siapa pemilik suara dengan nada mengejek dan sarkas yang mengatai jika Alice penakut?
Suara itu bukan milik Clara, Alice yakin itu. Karena suara tersebut terkesan seperti remaja berusia 15 tahun dan... seorang lelaki.

Apakah itu hanya halulinasinya semata? Jika itu halulinasi lalu kenapa ular itu bisa langsung menghilang tepat saat ia membuka matanya.

"Astaga! Nona Alice!"

Alice seketika langsung tersadar dalam lamunannya dan menatap kearah Clara yang kini berlari menghampirinya.
"Nona, apa yang terjadi? Kenapa Anda bisa terjatuh? Apa ada yang terluka nona?" tanya Clara beruntun sembari membantu Alice untuk duduk.

"A-ada ular tadi," jawab Alice jujur kepada Clara.

"Ular?! Astaga, a-apakah ular itu menyerang Anda nona? Apakah ular itu menggigit Anda?" terlihat raut wajah khawatir yang cukup kentara pada Clara.
Alice kemudian menggelengkan kepalanya tidak. "Ular itu tidak menyerang atau menggitku, aku hanya terkejut saja saat melihat ada seekor ular yang muncul dihadapanku, kurasa dia hanya ingin lewat saja," jawab Alice yang terlihat masih berwajah pucat itu.

Untuk saat ini Alice akan merahasiakan tentang suara lelaki yang ia dengar juga hilangnya ular itu secara misterius. Seekor ular yang pergi biasanya akan menimbulkan suara gesekan antara tubuhnya dan rumput atau tidak mendesis dengan pelan.
Tidak mungkin jika seekor ular yang tadinya berdiri dihadapannya dapat bergerak dengan cepat bahkan di sepersekian detik sebelum Alice membuka mata ia langsung menghilang.

"Huhh... syukurlah, kalau begitu tolong tunggu sebentar nona. Saya akan mengambil kursi roda Anda," ucap Clara dan langsung beranjak berdiri mendekati kursi roda Alice yang terjatuh dengan keadaan menyamping seperti Alice tadi.

Alice dibantu oleh Clara untuk kembali duduk di kursi roda. "Untuk sekarang saya akan memanggil tabit untuk memeriksa Anda, apa Anda tidak keberatan jika kembali istirahat di kamar?" tanya Clara sembari mendorong kursi roda Alice untuk menjauhi kawasan danau.

"Tidak apa, aku juga sedikit pusing setelah terjatuh tadi," balas Alice kemudian menolehkan kepalanya kearah Clara dan tersenyum mengiyakan.
"Saya sungguh minta maaf nona, karena tidak dapat menjaga Anda dengan benar. Saya pikir jika danau itu aman dari bahaya," jelas Clara merasa bersalah.

"Tidak apa-apa, lagipula Clara juga tidak tahu jika ada ular atau hal berbahaya disana, aku juga kurang berhati-hati dan malah jatuh dari kursi roda karena terkejut."

Clara yang mendengar penuturan Alice tersebut semakin merasa bersalah.

"Anda terlalu baik, nona," ucap Clara sembari menatap sendu Alice yang terlihat merasa tidak masalah pada Clara yang telah membayakan Alice bahkan... hidup Alice.

Sedangkan disisi lain, seorang anak lelaki seusia Alice terlihat duduk diatas pohon dan menatap Alice dari kejauhan.
Kacamata bulatnya terlihat mengkilap diterpa cahaya matahari dan buku yang tengah ia baca mulai diterpa angin, sehingga lembaran bukunya bergerak dengan cepat dan berhenti di bab... 'sejarah penyihir tua'

///////////////

.

.

.

3 hari kemudian Alice dan Clara kini berada di ruang tamu dengan seorang wanita berambut putih disanggul tinggi dan memakai gaun sederhana berwarna hijau tua.
Alice sekarang sudah bisa berjalan sendiri, walaupun ia masih dipantau beberapa tabit untuk kesembuhannya, selain itu perban dikepalanya telah di lepas dan luka di dahinya telah sembuh dan tidak meninggalkan bekas.

Yah... walaupun perban di perut Alice masih belum dilepas dan terkadang luka diperutnya akan terasa berdenyut.

"Perkenalkan nama saya Marjori'e Keith, panggil saya madam Marjori'e," ucap wanita tersebut memperkenalkan diri.
"Nama saya Alice, senang dapat bertemu dengan Anda madam Marjori'e," balas Alice sembari tersenyum.

Madam Marjori'e lalu membalas senyuman Alice. "Suatu kehormatan bagi saya bertemu dengan sosok pengguna sihir cahaya terakhir. Saya sudah mendengar Anda dari yang mulia putri Ashley jika Anda akan ikut serta dalam acara pendirian kekaisaran," jelas madam Marjori'e.

"Iya, maka dari itu mohon bantuan Anda madam Marjori'e." Alice lalu kembali tersenyum dan menatap mata citrine madam Marjori'e yang menatapnya antusias.
Clara yang melihat tatapan antusias madam Marjori'e kemudian sedikit berdehem untuk menyadarkan antusiasme madam Marjori'e yang membuat sedikit jeda.

"Oh? Ekhem! ... maaf, saya akan menunjukan katalog gaunnya," ucap madam Marjori'e dan mulai memberikan beberapa katalog gaun pada Alice.

Alice kemudian mulai membuka beberapa lembar katalog gaun yang diberikan madam Marjori'e, terkadang madam Marjori'e juga akan menjelaskan beberapa gaun yang ada didalam katalog.
Alice juga terkadang meminta pendapat pada Clara yang lebih tahu mengenai jenis-jenis gaun.

"Ohh... bagaimana dengan gaun ini nona? Saya pikir Anda akan cocok menggunakan warna pastel pink," saran Clara melihat katalog gaun ke 4.

"Gaunnya indah sekali," Alice terlihat terpana dengan gaun yang berada dikatalog ke 4.
"Gaun itu kami desain mengikuti musim semi pertengahan bulan ini, selain itu kami juga menambahkan aksesoris mutiara dari kerajaan Ophir untuk menunjukan sisi cahaya polos dan lembut," jelas madam Marjori'e.

"Begitu ya... tapi maaf Clara, aku belum terlalu pas dengan gaun di katalog 4," balas Alice merasa tidak enak.
"Tidak apa nona, lagipula selera setiap orang tentu berbeda-beda, maka dari itu saya memakluminya," ujar Clara lalu tersenyum.

"Tenang saja nona, saya masih ada 7 katalog lagi yang akan saya tunjukan pada Anda. Maka dari itu Anda bebas berpendapat dan memilih gaun yang Anda sukai, Anda tidak perlu merasa terbebani," celetuk madam Marjori'e sembari membuka beberapa katalog gaun untuk Alice.

"Terimakasih." Alice kemudian kembali melihat-lihat gaun yang berada di gambar.

"Nona, setelah Anda memilih beberapa gaun akan ada penjual aksesoris dan penjual sepatu," ungkap Clara setelah melihat kearah jam dinding.
"Eh? Akan ada penjual yang lainnya datang kesini?" tanya Alice terkejut karena ia masih belum menentukan gaun yang akan dipilih.

"Tentu saja nona, Anda kan harus tampil semaksimal mungkin dihadapan seluruh penjuru kekaisaran," antusias Clara.

"Hee...!"
.
.
.
.
.
.
.
.
Next.

The Secret Witches: Last StarlightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang