"Kau... adalah diriku?"
Alice memandang sosok yang sangat mirip dengannya itu, mulai wajah, tanda lahir di telinga kiri, rambut pirang diatas bahu dan netra biru topaz yang ia miliki.
Bahkan piyama yang sosok itu pakai sama persis dengan Alice pakai sekarang."Mungkin bisa dikatakan jika aku adalah sihir yang mencerminkan individu mu."
Sosok tersebut seketika mulai melayang dan mendekatinya, ia kemudian menapak keatas lantai.
Kedua netra biru topaz Alice dengan kedua netra biru topaz yang dimiliki sosok itu kini saling menatap satu sama lain."Aku kagum padamu Alice," jelas sosok itu sembari tersenyum.
"Eh? Kagum?" tanya Alice bingung.
"Aku kagum pada sifat optimismu pada situasi apapun bahkan saat kau dibuang," jawab sosok itu sembari menatap Alice.
Alice yang mendengarnya langsung menelan salivanya kesat, saat sosok dihadapannya mengatakan hal yang ia hindari selama ini.
"Apa maksudmu?" tanya Alice terlihat gusar.
"Aku sudah mengatakannya padamu jika aku adalah sihir yang mencerminkan individu mu, itu berarti baik wujud mu dan ingatan mu akan tersambung dengan ku," jelas sosok itu menjawab.
"Apakah... kau datang dari permen ungu yang diberikan oleh Yang Mulia Putri Ashley?" tanya Alice lagi.
"Permen? Oh, ahahah! Kau lucu sekali, mana ada permen yang menjadi penentu sihir yang mencerminkan individu mu sendiri. Aku bukan berasal dari permen itu, aku berasal dari wujud sihir mu yang selama ini netral." Sosok itu kembali menjawab sembari menunjuk kearah Alice.
Alice seketika terdiam membisu, ia mulai mencerna apa yang sosok itu katakan padanya. Sihir yang mencerminkan individunya? Alice sama sekali tidak mengerti apa maksudnya itu.
"Kau... menyadari jika kepribadian ku berbeda jauh dengan mu, kan?" sosok itu kemudian menjawab pertanyaan yang berada didalam benak Alice.
"Eh?"
Alice seketika terkejut saat apa yang ia pikirkan didalam benaknya langsung dijawab oleh sosok dihadapannya itu.
"Kita tersambung, tentu aku mengetahuinya, mungkin... mirip telepati?" Sosok itu terlihat menerawang."Tapi kenapa sifat mu...?" Alice menggantungkan pertanyaan dengan suara gemetar dan mulai memilin piyama tidurnya, ia kemudian menundukan kepalanya kebawah.
Seketika sosok itu maju satu langkah mendekati Alice dan langsung memegang kedua bahu Alice erat, "walaupun wujud dan ingatan kita sama, tapi kepribadian yang terbentuk berbeda. Aku... mengambil sisi negatif mu yang tidak menyukai orang 'itu'."
"Ibu?"
Alice reflek menyebutkan orang yang sosok itu jelaskan tadi.
"Iya, ibu mu. Ibu kandung kita Alice," jawab sosok itu sembari tersenyum menyeringai.
"Tapi kenapa...?" Alice bertanya dengan suara parau dan kedua netranya yang mulai berkaca-kaca.
Netra biru topaz sosok itu kemudian menatap datar Alice yang mulai menangis.
"Karena aku tahu jika kau tidak akan mampu menghadapinya didunia nyata."
/////////////////////
.
.
.
"Akh!"
Knill seketika terpental dari tempat tadi ia membuat pelindung, saat sebuah gelombang sihir milik Alice langsung menghacurkan sihir kubah pelindungnya serentak.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Secret Witches: Last Starlight
FantasíaAlice, seorang gadis kecil berusia 12 tahun yang memiliki takdir sebagai pengguna elemen cahaya terakhir. Bakat sihir Alice baru diketahui saat ia melakukan debutante bakat sihir didesanya, melihat bakat sihirnya yang memang sangat dibutuhkan untuk...