Didalam sebuah mansion megah juga mewah, tampak seorang gadis berpakaian pelayan berjalan sambil mendorong troli berisikan alat-alat pembersih.
Gadis itu memiliki rambut coklat yang dikepang dua dan bernetra ungu indah."Selamat pagi," sapa beberapa pelayan lain kepada gadis tersebut, gadis itu juga membalas sapaan dari beberapa pelayan itu dengan ramah.
Troli yang ia bawa kemudian dibelokan ke lorong sepi dengan pencahayaan temaram.Suara ketukan sepatu juga troli yang ia bawa menjadi suara yang memenuhi lorong sepi tersebut.
Memang tidak ada yang aneh dari barang atau gerak-gerik yang gadis itu lakukan, tampak normal dan alami seperti pelayan pada umumnya.Saat gadis tersebut berhenti disebuah pintu yang terbuat dari kayu mahoni, ia pun lekas memutar kenop dan mendorong troli yang dipenuhi oleh alat kebersihan untuk masuk kedalam ruangan.
"Huh... akhirnya selesai," ujar gadis itu sembari mengusap peluh di dahinya.
"Clara..."
Seketika sebuah suara terdengar menggema diruangan tersebut, gadis pelayan yang dipanggil Clara itu kemudian berbalik kearah ujung ruangan yang dipenuhi oleh alat kebersihan.
"Clara..."
Suara itu kembali memanggil Clara, suara yang terdengar menyeramkan hingga terasa menggema keseluruh ruangan.
Clara tampak tenang saat berhadapan dengan suara yang terus memanggilnya itu, ia kemudian memasukan tangan kanannya kedalam saku pakaian pelayannya."Bisakah kau tidak menggangguku saat aku sedang bekerja? Aku sudah memberikan 'itu' padamu, apa masih kurang?" tanya Clara dengan raut wajahnya yang menunjukan kekesalan.
"Tentu saja kurang, kau harus memberikannya lagi agar aku tidak seperti ini terus!"
Suara menyeramkan itu tampak menaikan suaranya seperti tengah marah, seketika seluruh lentera yang menerangi ruangan tersebut mulai padam satu persatu.
Clara yang mengetahui lentera disekitarnya mulai mati sendiri, tampak tidak menunjukan reaksi apapun.Saat lentera terakhir padam, ruangan tersebut langsung gelap gulita. Tidak ada cahaya yang menerangi sedikitpun, kecuali kedua netra ungu Clara yang tampak bersinar ditengah kegelapan.
Seketika angin bertiup pelan, padahal tidak ada satupun jendela diruangan tersebut bahkan pintu tadi sudah tertutup rapat.
Clara kini merasakan hawa keberadaan seseorang di hadapannya, aura yang dikeluarkan seseorang dihadapannya tersebut terasa mencekam dan membuat bulu kuduk siapapun merinding. Namun, Clara terlihat biasa saja bahkan tatapannya terkesan datar."Kau harus menurutiku, ingat apa yang kau janjikan dulu."
Suara itu kemudian menggema didalam kegelapan, Clara kini mulai merasakan kuku tajam dan tangan dingin milik seseorang mulai meraba leher juga wajahnya.
Clara hanya diam saja saat merasakan kuku tajam dan panjang itu meraba leher dan wajahnya."Tunggu sebentar lagi dan aku akan menepatinya," jawab Clara sembari mendonggakan kepalanya keatas, ia kemudian mengulurkan tangannya kedepan.
Namun, saat Clara akan menyentuh sosok dihadapannya. Seketika ia mendengar derap langkah kaki seseorang diluar sana."Permisi."
Saat pintu terbuka, terlihat Clara yang tengah menyusun alat-alat kebersihan kedalam rak.
"Halo," sapa seorang pria yang ternyata adalah pelayan Parry.
Clara kemudian berbalik dan langsung menatap kearah pelayan Parry. "Oh? Tuan Philip, ada apa Anda kesini?" tanya Clara sembari tersenyum ramah.
"Nona Clara kebetulan sekali Anda ada disini, saya ingin meminta bantuan," pinta Philip.
Ruangan yang dipenuhi oleh alat kebersihan itu terlihat normal dan kembali diterangi oleh lentera.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Secret Witches: Last Starlight
FantasyAlice, seorang gadis kecil berusia 12 tahun yang memiliki takdir sebagai pengguna elemen cahaya terakhir. Bakat sihir Alice baru diketahui saat ia melakukan debutante bakat sihir didesanya, melihat bakat sihirnya yang memang sangat dibutuhkan untuk...