Chapter 25: Rain of light.

5 2 0
                                    

Sebelum naik keatas podium, Alice terlebih dahulu melepas sepatu pentopelnya sehingga ia kini bertelanjang kaki ketika naik keatas podium.
Alice kemudian melirik kearah Demetrius yang berada dibawah podium, "lanjutkan..." Demetrius berbisik pelan pada Alice.

Alice menelan salivanya kesat dan mulai merapatkan kedua tangannya didekat dada.
Bahu Alice terlihat gemetaran, ia sekarang sangat gugup bahkan kepercayaan dirinya saat yakin dapat melakukan sihir pemberkahan seketika sirna lagi.

Diatas podium yang ia pijaki sekarang, orang-orang tampak menatapnya dengan intens.
Desau angin malam yang dingin menjadi suara yang hanya Alice dengar ditengah-tengah keheningan diatas podium.

'Siapa saja... buat keheningan ini hilang!'

"Nona Alice!"

Panggil seseorang dengan suara lantang, seketika semua atensi orang-orang mengarah kearah gazebo yang dikhususkan untuk bangsawan.
Disana terlihat gadis berusia 17 tahun berambut coklat panjang dan bernetra ungu, tampak melambaikan tangannya kearah Alice dengan senyum lebar.

"Hey! Jaga sopan santun mu!" tegur seorang pria tua.

"C-clara?"

Alice menatap Clara yang kini tengah melambaikan tangannya padanya.

"Anda pasti bisa nona Alice! Saya disini mendukung Anda, saya yakin Anda pasti bisa!" seru Clara yang terlihat heboh sendiri.
Alice yang melihat Clara berteriak lantang bahkan mengabaikan teguran bangsawan lain pun kemudian tersenyum.

Demetrius yang melihat Alice tersenyum pun tampak menatap Alice tenang.
"Anda bisa memulainya nona," intruksi Demetrius yang langsung diangguki oleh Alice.

"Semuanya bisa aku meminta perhatiannya?!" seru Alice lantang.

Semua orang yang tadinya memerhatikan Clara yang berteriak kegirangan di gazebo khusus tempat para bangsawan, seketika langsung mengalihkan atensinya kepada Alice.

"Aku sebagai pengguna sihir elemen cahaya satu-satunya saat ini, aku... ingin mengucapkan terimakasih banyak pada dukungan juga harapan kalian selama 100 tahun yang lalu. Aku memang bukankah seseorang yang lahir dari keluarga bangsawan atau keluarga kaisar, melainkan seseorang yang lahir di pedesaan kecil yang hidup bahagia bersama ibu, kakak dan adik. Sebagai seorang pengguna sihir elemen cahaya, aku sadar jika banyak hal yang harus aku lakukan untuk menyeimbangkan dunia Emris ini. Awalnya memang sulit dan membuatku ingin mundur. Namun,  dengan adanya doa dan dukungan kalian semua, aku akan mencoba berusaha semaksimal mungkin."

Alice tampak mulai melangkahkan kakinya ke depan podium dengan percaya diri.
Ia kini sudah membulatkan tekadnya dan menatap seluruh rakyat kekaisaran Asher dengan keyakinan kuat.

"Aku... Alice bersumpah akan mengabdi kepada dunia Emris dan melindungi seluruh mahkluk yang hidup didunia ini dengan segenap kekuatan ku dan nyawaku sendiri!" seru Alice lantang.

Seruan Alice yang lantang seketika membuat orang-orang terlihat takjub dan mulai bertepuk tangan dengan meriah.
Orang-orang kini tampak saling menyerukan nama Alice sembari bersiul gembira.

"Nona Alice, beliau telah dewasa," ucap Clara sembari bertepuk tangan juga.

"Hm... kau benar," balas Knill dengan tatapan datar kearah Alice yang berdiri diatas podium sambil melambai-lambaikan tangannya.

Tidak lama setelah tepukan tangan meriah dan dukungan yang diserukan oleh orang-orang kepada Alice, ia kemudian memulai acara pemberkahannya.
Dan tanpa harus merapatkan kedua tanganya terlebih dahulu, sebuah petagram sihir berukuran sedang seketika muncul dibawah kaki Alice.

Alice merentangkan kedua tangannya kedepan dan dalam seperkian detik rambut pirangnya langsung bersinar terang.
Percikan-percikan cahaya tampak muncul dari dalam petagram sihir Alice. Para rakyat, bangsawan bahkan Ashley sekalipun menatap kagum kepada sihir cahaya Alice yang terlihat bersinar terang ditengah gelapnya malam.

Alice kemudian perlahan mulai mengangkat kedua tangannya yang direntang kedepan.
Bersamaan dengan percikan-percikan sihir cahaya Alice yang mulai menyebar keseluruh lingkup istana pertama, bak seperti bintang jatuh.

Selain memberikan gambaran seperti bintang jatuh, sihir pemberkahan Alice juga mulai menyembuhkan luka ringan orang-orang yang berada di sekitar istana pertama.
Orang-orang mulai bersorak gembira kala merasakan tubuh mereka terasa bugar dan sehat.

Namun saat tangan Alice telah berada diatas, sebuah bola cahaya berukuran sedang tiba-tiba mulai terbentuk.
Alice terkesiap dan reflek melebarkan kedua matanya, tidak menyangka jika akan muncul bola cahaya berukuran sedang dikedua tangannya yang tengah ia angkat keatas.

Ini... diluar prediksi bukan?

Angin bertiup pelan dari bola cahaya yang tercipta dikedua tangan Alice, ia kemudian melirik kearah Demetrius yang sepertinya sama sekali tidak memprediksi hal tersebut.
'Bagaimana ini?' Alice membatin ke bingungan ditengah-tengah orang-orang yang menatapnya penuh kekaguman.

"Lepaskan saja nona," titah Demetrius sedikit berseru agar Alice dapat mendengarnya dengan jelas.
Ia tahu betul jika bola cahaya ini harus dilepaskan, tapi... didalam pikirannya sekarang adalah 'bagaimana cara melepaskan bola cahaya ini, jika bola cahaya itu saja mulai membesar dan menyerap energi alam?!'

"Lempar keatas nona," intruksi Demetrius yang terlihat waspada karena bola cahaya tersebut mulai membesar.

Alice menelan salivanya kesat karena tidak bisa berpikir jernih sehingga mulai terlampau panik dan tanpa sadar langsung memberikan dorongan agar bola cahaya tersebut melesat cepat keatas langit.

Saat bola cahaya itu terlepas dari kedua tangannya, bola cahaya tersebut langsung melesat dengan cepat keatas langit bahkan membuat atensi seluruh orang-orang menatap kearah bola cahaya yang Alice lepaskan.

Alice dan Demetrius sekalipun menatap bola cahaya yang melesat dengan cepat tersebut keatas langit.
Bola cahaya yang memiliki ukuran sedang itu seketika mengeluarkan sebuah gelombang sebanyak 3 kali sehingga langit tampak diselimuti kain trasparant berwarna emas.

Akan tetapi sesaat kemudian, bola cahaya itu langsung meledak dan membuat kilauan cahaya turun seperti hujan.

"Wahhh!"

"Astaga, ini luar biasa!"

"Dunia Emris telah kembali jaya!"

"Dewi, dewa, terimakasih banyak!"

Seruan orang-orang mulai terdengar heboh saat dihujani kilauan cahaya dari atas langit, bak hujan deras yang mengguyur.
Para bangsawan yang tadinya berada ditempat teduh, kemudian mulai berlarian mendekati podium untuk dapat merasakan hujan cahaya milik Alice.

Baik Alice maupun Demetrius tidak menduga hujan cahaya ini akan terjadi, Alice memasang wajah tidak percaya dengan tetesan cahaya yang kini menghujani tubuhnya.
Memang terlihat seperti air dari kejauhan karena jatuh dengan cepat. Namun jika diambil dengan tangan maka akan terasa seperti bubuk emas yang dalam seperkian detik langsung menghilang.

Keanehan ini juga tidak luput dari mata sosok sang penguasa kekaisaran Asher. Dari balik tirai merah yang menutupi balkonnya itu, sosok sang penguasa kekaisaran tersebut menatap dengan tatapan tidak menduga, netra merahnya terlihat melebar perlahan menatap tetesan hujan cahaya yang diturunkan oleh Alice.

"Luar biasa, sungguh keajaiban yang tidak terduga," gumam Ashley sembari merasakan tetesan bubuk emas yang bergerak seperti air hujan mengenai telapak tangannya.
Sedangkan dilain sisi sosok Knill terlihat meneduh di bawah pohon. Tatapannya datar dan dingin, ia menatap orang-orang yang bersorak gembira ditengah hujan cahaya.

Seharusnya ia juga ikut senang karena diguyur oleh hujan cahaya. Namun, ia memilih untuk meneduh dan tidak ikut campur dalam kesenangan yang baginya sama sekali tidak berarti apapun.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Next.






The Secret Witches: Last StarlightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang