Chapter 7: The ruler of the empire Asher.

15 4 0
                                    

"A-apa, i-ini...?"

Alice kemudian menolehkan kepalanya dengan ling-lung saat ia kini berada disebuah ruangan megah dan sunyi.
Apakah ia sudah berada didalam ruang takhta? Tapi... dimana yang mulia baginda kaisar?

"Alice, sosok pengguna cahaya terakhir yang ditemukan setelah 100 tahun berlalu!"

Alice langsung terlonjak kaget, saat sebuah suara mengintrupsi keheningan ruangan tersebut.
Alice kemudian mengedarkan pandangannya keseluruh penjuru ruangan tersebut untuk mencari sumber suara tadi.

"Diatas sini," panggil suara tegas itu.

"Oh, aku harus melakukan curtsy." Alice membatin saat mengingat peraturan pertama saat menghadap kaisar.

"Huh... aku pasti bisa," Alice mulai mengatur nafasnya agar menjadi tenang.

"Selamat pagi Yang Mulia Baginda Kaisar, sang penguasa besar kekaisaran Asher. Saya Alice, memberi salam kepada Anda yang mulia ini."
Alice kemudian memberi hormat kepada sosok yang berdiri diatas balkon tersebut.

"Tata krama mu cukup bagus sebagai seorang rakyat jelata, ya? Sekarang angkat kepala mu Alice," titah suara tegas tersebut.
Alice kemudian mendonggakan kepalanya dan menemukan sosok pria paruh baya berambut merah maroon panjang juga bernetra kuning cerah terlihat berdiri tepi balkon.

Alice dapat merasakan aura dan wibawa sosok yang berdiri diatas balkon tersebut, bak sosok pemimpin yang tangguh. Namun, tampak sedikit culas?

Walaupun begitu... Alice mengira jika ruang takhta yang akan ia datangi adalah ruangan dengan satu kursi besar diatas podium tinggi, mirip seperti didalam cerita dongeng yang selalu ia baca.
Namun, nyatanya ruangan tahkta yang ia pijaki sekarang sangat berbeda jauh dengan apa yang ia bayangkan selama ini.

Ruangan tahkta yang sekarang Alice tempati, terdiri dari podium berbentuk lingkaran yang sekarang Alice pijaki.
Kemudian sebuah balkon tinggi yang menghadap langsung kearahnya dan ditempati oleh pria berambut merah yang di yakininya sebagai sang penguasa kekaisaran.

"Alice!"

"Ya, Yang Mulia baginda?" tanya Alice sembari menundukan kepalanya patuh.

"Apa kau bisa menunjukan sihir elemen cahaya mu dihadapan sang Penguasa Kekaisaran ini?"

"Dengan senang hati saya akan menunjukannya kepada Anda yang agung," jawab Alice tegas.

"Tunjukan."

Alice kemudian mulai menyantukan kedua tangannya untuk saling bertautan, ia lalu menutup matanya dan mulai berkonsentrasi.

Seketika sebuah cahaya berwarna kuning keemasan mulai muncul dari dalam kedua tangan Alice yang saling bertautan dan langsung menyebar keseluruh podium.
Disusul rambut pirang diatas bahu Alice yang bersinar terang dan memancarkan serpihan cahaya.

Beliau sang Penguasa Kekaisaran menatap dengan fokus kearah Alice yang tengah mengeluarkan sihir cahaya.

Sekarang baik masyarakat dan para petinggi di dunia Emris, tidak akan dapat menentang dan membantah keberadaan Alice yang seorang rakyat jelata ini... sebagai sosok pengguna sihir elemen cahaya terakhir.

"Mengesankan! kau bagai peran utama dari dalam cerita yang datang untuk menyinari dunia," puji beliau sang Penguasa kekaisaran.
Alice yang mendengar pujian dari beliau sang Penguasa Kekaisaran, kemudian berhenti mengeluarkan sihirnya dan beralih menunduk kan kepalanya memberi hormat.

"Saya merasa terhormat atas pujian Anda Yang Mulia," balas Alice sembari tersenyum.

"Tapi Alice, ada yang ingin aku tanyakan padamu."

The Secret Witches: Last StarlightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang