Chapter 32: Two people are opposites of each other.

13 1 0
                                    

Keesokan harinya setelah sarapan pagi Alice langsung menuju pintu keluar mansion dan mulai menunggu kedatangan Cecilia dan Parry.
Entah mengapa perasaan mengebu-ngebu muncul dan membuatnya antusias menunggu kedua teman satu pembelajarannya itu.

Beberapa saat kemudian Alice mulai mendengar derap langkah kaki kuda dari luar gerbang mansion.
Alice mulai berjalan menuruni beberapa tangga dari pintu utama mansion dan kini menapak di atas aspal.

Seketika sebuah kereta kuda dengan lambang rumit yang memiliki warna hitam bergradasi biru dongker, terlihat melewati gerbang mansion.
Kereta kuda tersebut kemudian berhenti tepat dihadapannya, bersamaan dengan pintu kereta kuda terbuka dan seorang pria memakai baju pelayan muncul.

"Selamat pagi nona Alice," sapa pelayan pria itu sembari tersenyum ramah.

Alice kemudian membalas senyuman pelayan pria itu, "selamat pagi juga."

Pelayan itu kemudian mulai mengulurkan tangannya pada sosok yang masih berada didalam kereta kuda.
Sebuah tangan berbalut sapu tangan putih terlihat menerima uluran tangan pelayan pria itu.

Seketika terlihat sosok yang memakai sepatu hitam legam menapak ditangga pertama kereta kuda, bersamaan dengan sosok berambut coklat legam dan memakai kacamata bulat mulai turun dan langsung menapak keatas aspal.

"Selamat pagi," sapa Parry sembari menatap Alice datar.

Alice seketika gelagapan saat sosok yang berasal dari dalam kereta kuda dihadapannya adalah Parry.
Kalau begitu lambang yang berada di kereta kuda yang Parry tumpangi adalah kereta kuda resmi dari kediaman duke Artedev?!

"A-ah... selamat pagi juga," balas Alice sembari mengangguk singkat.

Parry terlihat membawa sebuah buku ditangan kirinya. "Apa saya terlalu pagi datang kesini?" tanya Parry yang langsung membuat Alice semakin gelagapan.
"Ti-tidak, silahkan masuk," jawab Alice cepat dan mempersilahkan Parry untuk masuk.

Parry kemudian mulai mengikuti Alice umtuk masuk kedalam mansion, tatapan dari netra hijau cerahnya tampak datar.
"Bagaimana dengan perjalanan Anda saat kesini?" tanya Alice mulai membuka percakapan.

"Lancar." Parry menjawab dengan singkat sembari menoleh kearah jendela yang langsung mengarah ke hutan.
Alice lalu melirik kearah Parry yang berjalan disampingnya, entah mengapa atmosfir diantara mereka berdua membuat Alice tidak nyaman.

Padahal sewaktu mereka pertama kali bertemu, aura Parry sama sekali tidak sedingin ini. Itulah mengapa saat Parry kembali muncul kemarin sebagai teman satu pembelajarannya, Alice merasa aneh dan reflek tidak mengenal Parry.

Ditambah adanya pertengkatan kecil sempat terjadi kemarin pada saat dirumah kaca, padahal saat itu adalah pertemuan untuk mengakrabkan hubungan mereka.

"Yang Mulia Putri... beliau merubah jam sesi mengajarnya menjadi cukup pagi, 'kan?" tanya Parry memecah kecanggungan antara mereka.
"O-oh, iya... Yang Mulia Putri akan memulai sesi mengajarnya hari ini cukup pagi," sahut Alice kikuk.

Parry yang menyadari jika Alice terlihat canggung pun hanya menatapnya datar tanpa rasa tertarik sama sekali.
Mereka bertiga yaitu Alice, Parry dan pelayan pria tadi kini telah sampai diruangan yang akan menjadi tempat sesi pembelajaran mereka dimulai.

"Briggette itu mungkin sebentar lagi akan datang," intrupsi Parry yang membuat Alice langsung tersentak.
"Brigette? Maksud Anda nona Cecilia?" tanya Alice memastikan maksud Parry.

Parry kemudian mengangguk singkat, "dia tidak mungkin terlambat, Anda bisa menunggunya sekitar 7 menit lagi."

Alice yang mendengarnya langsung sumringah, "kalau begitu saya akan menunggunya dibawah! Anda bisa masuk lebih dulu kedalam kelas." Alice kemudian tanpa sadar langsung menyunggingkan senyuman hangat kepada parry karena terlampau bersemangat.

The Secret Witches: Last StarlightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang