Chapter 14: Sick.

11 3 0
                                    

"Ugh..."

Alice meringis pelan saat merasakan sekujur tubuhnya terasa kaku juga nyeri bahkan untuk menggerakan jarinya saja sangat sulit.

"Kau sudah pingsan selama 2 hari, setidaknya butuh 1 minggu untuk pulih," jelas Ashley sembari menyeruput teh chamomillenya dan menonton Alice yang tengah disuapi bubur oleh Knill.

"Sebenarnya apa yang terjadi?" tanya Alice setelah menelan bubur yang Knill suapkan.
"Hm... kau sendiri Alice? Apa kau bertemu sosok yang mirip dengan mu saat setelah memakan makanan dariku?" Ashley kini bertanya balik pada Alice.

Alice terdiam sejenak, ia memang bertemu tapi... apakah itu ada kaitannya dengan kondisinya sekarang?

"Mungkin..." Alice menjawab dengan ragu sembari menatap Knill yang tengah mengaduk bubur.

Ashley seketika tersenyum setelah mendengar jawaban Alice. "Entah mengapa aku lebih suka dengan Alice yang baik dan penurut," celetuk Ashley sembari terkekeh.

"Hm? Apa terjadi sesuatu?" tanya Alice lagi, ia kini merasa penasaran dengan apa yang terjadi di dua hari yang lalu.

"Anda sempat mengamuk dan menghacurkan beberapa pilar bangunan, luka yang Anda dapat juga di akibatkan karena tertimbun beberapa puing-puing bangunan," jawab Knill.

"Aku mengamuk?!" seru Alice terkejut.

Knill kemudian mengangguk mengiyakan, sebuah jawaban singkat yang mampu membuat Alice syok seketika.

"Yah... lagipula pesta pendirian kekaisaran masih 3 minggu lagi, jadi gunakan waktu yang tersisa untuk menyembuhkan luka mu.
Kurasa aku juga tidak akan kesini untuk sementara waktu, kita mungkin akan bertemu kembali saat pesta pendirian kekaisaran," jelas Ashley sembari menghabiskan tehnya.

"Tapi... sebenarnya permen apa yang Anda berikan kepada saya?" Alice kini teringat akan bola kecil berwarna ungu yang ia ambil dari dalam toples.

"Oh? Itu sebenarnya bukan permen, itu adalah obat yang merangsang aliran sihir mu agar dapat meledak dan tidak terkendali," jawab Ashley sembari memunculkan toples berisikan bola-bola berwarna-warni itu kembali.

Bayangan tentang permen manis dan meleleh dimulut seketika buyar dibenak Alice kala mengingat apa yang terjadi sesaat setelah memakan apa yang berada didalam toples itu.

"Lain kali saya akan bertanya lebih detail jika menemukan permen," gumam Alice merasa ngeri jika ia salah lagi memakan sesuatu yang sebenarnya tidak boleh dimakan begitu saja.

"Ini adalah Emris, Alice. Kau tidak bisa sembarangan memakan sesuatu yang menurutmu enak dan memiliki tampilan cantik. Bahkan beberapa kue yang selalu kau temui ditoko akan sangat berbahaya jika ditangan para penjahat," ucap Ashley sembari menghilangkan toples berisikan bola-bola berwarna-warni itu.

"Kalau begitu apa Anda salah satu oknum pengubah makanan?"

Alice bertanya dengan polosnya sehingga menciptakan suasana hening seketika. "Entahlah, menurutmu... apa aku salah satu dari mereka?" Ashley bertanya balik sembari menopang dagu.

"Eh?"

Alice menjadi bingung sekarang, apa ia salah bertanya kepada Ashley?

"Ada beberapa makanan yang murni diciptakan untuk melakukan hal berbahaya dan makanan itu tanpa mengubah resep utama," balas Knill menjawab pertanyaan Alice tadi.

"Kau mengetahuinya Knill?" beo Alice sembari membuka mulutnya saat sendok berisikan bubur mulai masuk lagi kedalam mulutnya.
"Itu pengetahuan umum yang dapat diketahui anak seusia Anda, nona Alice," sahut Knill.

Ashley terlihat terkekeh saat melihat keterbingungan Alice mengenai makanan berbahaya.

"Mungkin setelah pesta pendirian kekaisaran aku harus memanggil teman belajar untuk Alice," ujar Ashley seketika.
"Eh? Teman belajar?" Alice terkejut seketika saat mendengar perkataan Ashley.

"Itu akan membuka relasi lain tentang pengetahuan mu, Alice," jawab Ashley sembari berdiri dari duduknya dan berjalan kearah Alice.

"Saya rasa melakukan itu perlu laporan lebih lanjut yang mulia. Teman belajar untuk nona Alice harus diseleksi seketat mungkin agar tidak mengganggu pengawasan terhadap sihir elemen cahaya nona Alice," jelas Knill tegas.

"Teman belajar ya..."

Alice kini mulai terlihat antusias saat membayangkan sosok teman yang akan belajar bersamanya nanti.
Alice mungkin akan mengajaknya bermain setelah kelas berakhir, mereka bisa saja bermain boneka atau... bersama-sama memetik bunga dirumah kaca.

"Saya menantikannya!" seru Alice bersemangat.

"Lihatkan? Alice sendiri menantikannya, jadi bagaimana Knill?" tanya Ashley kembali.

Knill kemudian menghela napas panjang dan menatap datar Alice juga Ashley yang terlihat bersemangat.

"Saya akan mempertimbangkannya."
__

Lima hari telah berlalu dan Alice masih belum pulih total, ia berada disebuah kursi roda dengan Clara yang mendorongnya, Alice sedikit suntuk karena terus menerus berada didalam kamar.

Tabit mengatakan jika tubuhnya masih lemah dan kakinya tidak akan kuat menahan beban tubuhnya selama 5 menit sekalipun.
Alice cukup setuju dengan perkataan tabit tersebut karena selain kakinya yang tidak dapat bertahan selama 5 menit, perban dikepalanya juga belum dibuka bahkan perban diperutnya sekalipun.

Walaupun begitu tapi hal tersebut tidak menyulutkan kegembiraan Alice saat Clara mengajaknya untuk pergi ke danau yang berada tak jauh dari rumah kaca mansion.

"Anda harus cepat sembuh nona Alice, sebentar lagi pesta pendirian kekaisaran dan desainer dari ibu kota akan datang dalam 3 hari lagi," jelas Clara sembari mendorong kursi roda yang Alice duduki.

"Desainer?!" seru Alice terkejut.

"Iya, beliau adalah madam Marjori'e Keith, sekaligus pemilik toko 'Dulcibelle' Anda mengetahuinya nona?" tanya Clara sembari membelokan kursi roda Alice menuju danau.

"Dulcibelle... oh? Bukankah itu toko yang memiliki pelayanan reparasi 1 tahun sekali?"

Alice kini mengingat tentang gaun seorang putri duke yang mengunjungi desanya 2 tahun yang lalu.
Putri itu mengatakan jika gaun tersebut dijahit oleh seorang desainer terkenal dan selalu menjadi langganan anggota kerajaan atau kekaisaran.

"Oh? saya tidak menyangka Anda akan mengetahuinya, apa Anda pernah pergi ke toko tersebut nona?" tanya balik Clara.
"Tidak, ibu tidak punya waktu untuk memikirkan hal-hal mewah seperti itu. Dulu seorang putri duke pernah berkunjung ke desa dan dia pernah menjawab pertanyaan adik ku yang bertanya dari mana asal gaun yang ia pakai itu," jawab Alice.

"Kalau begitu Anda beruntung sekarang karena dapat bertemu dengan pembuat gaun terkenal itu," ucap Clara sembari memberhentikan kursi roda Alice ditepi danau.

"Aku harap bisa menunjukannya pada kakak-kakak dan adik ku," gumam Alice menatap kearah air danau dengan tatapan sedikit sendu.

Clara kemudian mengusap rambut pirang Alice lembut. "Anda pasti akan bisa menunjukannya nona, tapi untuk sekarang sepertinya saya harus mengambilkan topi untuk Anda, Cuacanya semakin panas," saran Clara mencoba untuk mengalihkan pembicaraan.

"Baiklah, kurasa mataharinya semakin terik juga," balas Alice sembari menatap kearah langit yang cerah.

"Tolong tunggu sebentar nona," pamit Clara kemudian pergi.

Alice kini sendirian di danau itu, walaupun matahari sedang terik-teriknya. Namun, semilir angin sejuk membuat Alice cukup nyaman. Akan tetapi ketenangan itu tidak bertahan lama, saat sebuah suara gemerisik dari dalam semak-semak membuat Alice langsung menoleh.

"Eh?"

Alice tersentak kaget kala mandengar suara dari dalam semak-semak yang kini terdengar cukup kencang.
"Clara?" panggil Alice sembari memutar kursi rodanya, Alice menelan salivanya kesat saat semak-semak yang berada tak jauh darinya mulai berhenti bergoyang.

Sesaat kemudian Alice langsung terdiam membeku dengan kedua netranya yang melebar, tatkala menemukan seekor binatang melata keluar dari dalam semak belukar itu.

"U-ular..."
.
.
.
.
.
.
.
.
Next.

The Secret Witches: Last StarlightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang